Berita

Jokowi di Gunung Mas Kalimantan/Net

Publika

Pindah Ibukota Bakal Gagal

RABU, 11 SEPTEMBER 2019 | 12:30 WIB

AGENDA akhir jabatan Presiden Jokowi yang diantaranya rencana pindah ibukota negara dari Jakarta ke Penajam, Kalimantan Timur diprediksi bakal gagal.

Nuansa politis lebih kental ketimbang realistis. Yang jelas tidak sedikit muncul suara suara kritis. Di tengah lemahnya kewibawaan Presiden nampaknya sulit untuk mendapat support dari rakyat secara maksimal.

Banyak program Pemerintahan Jokowi "babak belur". Semua disebabkan pola manajemen yang bukan atas dasar kebutuhan dan perhitungan yang matang. Terkesan semau maunya saja.


BPJS ambisi besar tapi manajemen belepotan sehingga tunggakan luar biasa besar kepada rumah sakit rumah sakit. Rumah sakit dibuat susah dan kalang kabut. Ujungnya solusi "gampangan" diambil yaitu menaikan iuran hingga 100 persen disertai ancaman Bu Menteri kepada masyarakat yang telat bayar.
Marak protes atas kenaikan iuran tersebut.

Esemka program hebat tapi realisasi tidak jelas malah diproduk Esemka "palsu". Merek doang yang ditempelkan. Memalukan sekali. Hanya untuk memasarkan produk Cina, Presiden harus menjadi pengiklan.

Soal pindah ibukota nampaknya sama saja. Agenda besar yang realisasi diragukan. Ribut dan heboh luar biasa. Program prestisius yang minim daya dukung. Rakyat sebagai kekuatan utama pendukung sudah terbelah dan dapat diduga sebagian besar rakyat tidak setuju.

Tiga hal yang mendasari, pertama urgensi dan rasionalitas yang kabur, kedua lokasi pemindahan yang dinilai kurang pas, dan ketiga biaya besar yang akan jadi beban berat negara dan rakyat.

Ibukota Jakarta memiliki nilai historis, politis, dan ekonomis artinya dari sisi manapun sudah teruji. Pindah ibukota harus mampu meningkatkan kualifikasi dari yang ada sekarang. Sekurangnya benar berada di area yang signifikan menunjang pengembangan.

Ketika pilihan Penajam di Kaltim nampaknya aspek historis, politis, dan ekonomis tidak akan terpenuhi. Selain berada di area tambang batubara lokasi hutan masih mendominasi.

Dari pengembangan ekonomi spekulasi masih tinggi. Yang jelas biaya pembangunan Rp 500 triliun menganga di depan. Bukan keuntungan tapi utang dan beban.

Untuk memenuhi biaya tersebut akan menimbulkan pro kontra baru apakah penggunaan dana APBN, jual aset, atau pinjaman luar negeri. Berbeda dengan banyak negara yang melakukan pemindahan ibukota. Kota baru yang menjadi lokasinya itu terlebih dahulu telah memiliki modal dasar untuk pengembangan. Bukan dari nol.

Sebagaimana biasa jika pemimpin minim dukungan maka realisasi program besar diprediksi akan gagal. Pemerintahan Jokowi teruji berpengalaman dalam hal kegagalan.

M. Rizal Fadillah
Pemerhati politik.

Populer

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Polres Tangsel Diduga Gelapkan Barbuk Sabu 20 Kg

Minggu, 21 Desember 2025 | 02:07

Pemberhentian Ijeck Demi Amankan Bobby Nasution

Minggu, 21 Desember 2025 | 01:42

Indonesia, Negeri Dalam Nalar Korupsi

Minggu, 21 Desember 2025 | 01:05

GAMKI Dukung Toba Pulp Lestari Ditutup

Minggu, 21 Desember 2025 | 01:00

Bergelantungan Demi Listrik Nyala

Minggu, 21 Desember 2025 | 00:45

Komisi Percepatan Reformasi Polri Usul Polwan Dikasih Jabatan Strategis

Minggu, 21 Desember 2025 | 00:19

Putin Tak Serang Negara Lain Asal Rusia Dihormati

Minggu, 21 Desember 2025 | 00:05

Ditemani Kepala BIN, Presiden Prabowo Pastikan Percepatan Pemulihan Sumatera

Sabtu, 20 Desember 2025 | 23:38

Pemecatan Ijeck Pesanan Jokowi

Sabtu, 20 Desember 2025 | 23:21

Kartel, Babat Saja

Sabtu, 20 Desember 2025 | 23:03

Selengkapnya