Berita

Ragil/JTO

Bisnis

Ragil, CTO Berusia 19 Tahun

SENIN, 10 JUNI 2019 | 22:44 WIB | OLEH: JOKO INTARTO

SORE yang indah. Jalanan Ibukota belum terlalu macet. Sebagian penghuninya masih terjebak arus mudik. Di sepanjang tol Trans Jawa. Atau di Tol Trans Sumatera. Menunggu ferry.

Sebagian mungkin sudah tiba di rumah. Tapi kecapekan. Setelah mengemudi puluhan jam. Dari acara Lebaran di kampung halaman. Mereka pilih mbolos. Terutama: yang kerja di sektor swasta.

Sekitar pukul lima sore tadi saya baru tiba di Tower H, di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Terlambat jauh dari rencana. Karena masih ada meeting sebelumnya. Dengan Pak Guntur Subagja. Pengusaha property dan agrobisnis sekaligus mentor Sekolah Wira.

“Saya sudah mau pulang nih,” kata Pak Awang saat saya menunggu lift menuju lantai 12A: kantornya.

“Tunggu ya. Saya sudah sampai. Masih menunggu lift,” jawab saya buru-buru. Sekaligus mengobati rasa kesalnya: kelamaan menunggu.

Keluar dari lift, Pak Awang sudah menunggu di depan pintu kantornya yang keren itu. Sambil memegangi perutnya. Rupanya ia sedang kurang enak body. Perutnya kram. Karena telat makan. Dan kebanyakan ngopi.

Warung makan memang masih banyak yang tutup. Termasuk kantin di gedung itu. Cuma ada Indomaret yang jualan roti. Dan dua coffee shop. Yang juga tidak menjual nasi.

Agar tak buang-buang waktu, Pak Awang segera mengajak saya masuk ke meeting room. Saya tidak hendak presentasi. Lebih ingin mendengarkan apa bisnis perusahaan itu. Kok isinya anak-anak remaja: separo usia saya.

“Perusahaan kami membuat banyak sistem solusi,” kata Pak Awang.

Ada dua yang dipamerkannya. Traveles: market place untuk paket wisata. Dan satu lagi saya lupa. Namanya agak kearab-araban. Sistem solusi untuk pembayaran zakat. Dua-duanya sedang mendekati fase final. Akan segera launching. Bulan ini juga.

Ragil, remaja itu, yang mempresentasikannya. Saya suka penampilannya. Gayanya. Dan cara menjelaskannya. Seperti bukan remaja lagi. Padahal usianya baru 19 tahun.

“Ia CTO di perusahaan ini,” kata Pak Awang.

Hah? CTO? Seusia itu? Keren bener… CTO adalah jabatan yang cukup tinggi. Sekelah wakil direktur pada perusahaan konvensional. CTO singkatan dari chief technology officer.

Sebagai pejabat setingkat wakil direktur, CTO bertanggung jawab penuh atas segala kegiatan teknologi dan informasi yang ada di dalam perusahaan itu.

Saya membayangkan diri sendiri. Saat berusia 19 tahun. Seusia Ragil, saya baru belajar mengoperasikan computer menggunakan DOS. Itu pun karena mendapat beasiswa. Dari lembaga pendidikan teknik computer IPIEMS. Di Semarang. Kampusnya sekarang di samping Blue Lotus Coffee House. Langganan saya setiap ke Semarang. Di perempatan Bangkong.

Hari ini, pada usia 19 tahun, Ragil sudah menjadi CTO. Di perusahaan bonafide lagi.

Perusahaan tempat Pak Awang bekerja, ternyata masih ada hubungannya dengan Astra Internasional. Entah cucunya. Atau cicitnya.

Kantornya ada di tiga negara. Selain di Indonesia juga ada di Malaysia dan Australia. Namanya, maaf, saya lupa. Tepatnya: lupa nanya.

Pembukaan kantor di tiga negara tentu ada alasannya. Agar lebih dekat dengan customer. Harap maklum, perusahaan IT developer sebenarnya adalah perusahaan jasa. Kecepatan pelayanan menjadi penting. Komunikasi yang intensif dengan pelanggan juga penting.

Order pekerjaannya begitu banyak, kata Pak Awang, yang dibenarkan Pak Tris, bossnya. Tapi merekrut tenaga professional di bidang IT developer tidak mudah. ‘’Dalam waktu mendesak ini saja, kami butuh 32 orang. Orangnya tak kunjung didapat,’’ kata Pak Tris.

“Apa sulitnya?” tanya saya. “Begitu banyak lulusan programmer,” lanjut saya.

“Kalau hanya bicara kemampuan, jumlahnya segudang. Kalau bicara kemauan, nanti dulu. Skill memang penting. Tapi attitude jauh lebih penting,” jawab Pak Tris.

Untuk itu, Pak Tris ingin membuat program pelatihan online. Melalui webinar. Untuk menjaring programmer berpotensi tinggi dengan attitude yang bisa diandalkan.

Lulusan terbaiknya, tentu saja, akan direkrut. Diberi peluang berkarir sebagai professional di lingkungan grup Astra Internasional. Entah di Indonesia. Di Malaysia. Atau Australia.

Duh. Seandainya saya masih berusia 17 tahun. Mau saya!

Anda mau? Gabung di webinar Sekolah Wira yuk. Siapa tahu, dua tahun lagi Anda bertemu saya di Malaysia atau Australia. Syaratnya mau dipimpin boss yang masih remaja.

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Karyawan Umbar Kesombongan Ejek Pasien BPJS, PT Timah Minta Maaf

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:37

Sugiat Santoso Apresiasi Sikap Tegas Menteri Imipas Pecat Pelaku Pungli WN China

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:30

KPK Pastikan Tidak Ada Benturan dengan Kortastipikor Polri dalam Penanganan Korupsi LPEI

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:27

Tabung Gas 3 Kg Langka, DPR Kehilangan Suara?

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:10

Ken Martin Terpilih Jadi Ketum Partai Demokrat, Siap Lawan Trump

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:46

Bukan Main, Indonesia Punya Dua Ibukota Langganan Banjir

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:45

Larangan LPG di Pengecer Kebijakan Sangat Tidak Populis

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:19

Smart City IKN Selesai di Laptop Mulyono

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:59

Salah Memutus Status Lahan Berisiko Besar Buat Rakyat

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:45

Hamas Sebut Rencana Relokasi Trump Absurd dan Tidak Penting

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:26

Selengkapnya