Berita

Kampanye akbar Prabowo-Sandi/Net

Publika

Kampanye Akbar Prabowo-Sandi Fenomena Baru Di Indonesia Bahkan Dunia

SENIN, 08 APRIL 2019 | 10:55 WIB | OLEH: SYAFRIL SJOFYAN

JIKA dibandingkan dengan kampanye di dunia politik selama ini baik di Indonesia maupun di luar negeri, biasanya melalui daya tarik populeritas tokoh sentralnya seperti Trump di USA dan Erdogan di Turki, massa hadir karena tertarik bertemu dan mendengarkan tokohnya.

Khusus di Indonesia tokoh tidak percaya diri mereka dibantu dengan daya tarik para artis terkenal, bahkan tidak satu tapi puluhan artis jika bisa disesuaikan dengan kocek panitia, dengan harapan fan dari para artis tersebut bisa hadir. Mungkin saja kehadiran fan bukan untuk mendukung Capres yang sedang dikampanyekan, mereka hanya ingin jumpa, lihat, dengar, dan selfie bersama artis favorit mereka. Kehadiran fan artis bercampur dengan masa yang dimobilisir oleh para petinggi koalisi partai, para elit partai pendukung harus pula mengeluarkan kocek cukup tebal untuk tranportasi, konsumsi, honor, seragam kaos dan alat peraga lainnya, para elit partai terpaksa harus puter otak untuk menyediakan kebutuhan tersebut.

Sehingga yang jadi sasaran adalah kepala-kepala daerah yang selama ini mereka bantu untuk terpilih, termasuk para Direktur, Komisaris BUMN yang mendapat kedudukan dari para elit partai, tidak heran banyak sekali para eksekutif dan legislatif tingkat pusat dan daerah digelandang oleh KPK ke balik jeruji besi karena mereka harus mengeluarkan dana yang tidak ada di anggaran.

Jika diamati dari Pemilu ke Pemilu sejak era keterbukaan setelah reformasi, budaya Pemilu dalam mengumpulkan masa tidak berubah selalu demikian, khusus di Indonesia para artis terkenal sudah di-DP terutama artis dangdut laku keras mereka panen, saking senangnya masyarakat Indonesia dengan musik dangdut.

Ada lagi sesuatu khas di Indonesia para elit harus tebar lembaran uang istilahnya saweran, sehingga massa jadi histeris berebut, walaupun sudah dilarang melalui ketentuan KPU, amplop uang diganti dengan sovenir, paket dan sebagainya, tujuan dari semua itu adalah memobilisasi keramaian dengan berbagai bungkus acara yang jadi tujuan adalah kehadiran tidak penting dukungan keterpilihan, sehingga makelar pengerahan masa menjadi panen, bagi peserta rakyat kecil berganti kaos tidak masalah, kaos seragam partai bisa mereka pakai koleksi utk jadi pakaian sehari hari nantinya, sehingga tidak heran sudah puluhan tahun demokrasi di Indonesia, rakyat selalu menanyakan mana kaos dan mentahnya (istilah untuk duit).

Kampanye akbar Prabowo-Sandi di Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta pada tanggal 7 April 2019 dengan kehadiran jika ditelisik dari foto udara (drone) luar biasa setiap sudut di lapangan, di tribun tidak ada celah yang kosong, sangat mungkin jutaan, termasuk luberan yang berada di luar stadion

Fenomena Kampanye Prabowo-Sandi

Bukan ketokohan Prabowo yang menjadi sentral berkumpulnya masa rakyat/umat, juga bukan Sandi serta bukan partai koalisi atau elit. Sesuatu yang baru terjadi memang agak sedikit rumit dijelaskan fenomena dalam kampanye kali ini, perubahan mendasar telah terjadi, ini memecahkan rekor dunia dalam mengerahkan masa umat.

Kampanye pasangan Capres 02 Prabowo-Sandi hanya diberi waktu oleh penyelenggara Pemilu di pagi hari dan jam 10.00 harus selesai, semula saya sebagai pengamat memperkirakan tamat Capres 02 karena hari Minggu dimana rakyat istirahat bermalas-malasan bersama keluarga akan sepi.

Akan tetapi apa yang terjadi, masa umat berdatangan di malam hari, menginap dikendaraan dan di hotel terdekat, mereka salat Tahajud dan Subuh berjamaah di lokasi, umat yang begitu banyak tertib bisa dimaklumi dengan kehadiran ratusan ribu bahkan jutaan GBK berubah masjid super raksasa dengan luasan yang luar biasa dalam sekejab akan sulit mengatur jamaah dikarenakan tidak sebagai mesjid.

Mereka umat hadir tidak dibayar, merogoh kocek sendiri. Sesuatu yang sulit untuk dimobilisir oleh elit partai seperti budaya Pemilu yang berlaku selama ini. Ada euforia tulus yang sangat berbeda. Ada nuansa yang tidak ditutupi oleh citra. Haru-biru ini terasa bukan untuk memenangkan sosok, tapi memenangkan persatuan dan harapan terjadinya perubahan.

Hebatnya Prabowo dan Sandi tahu diri tidak menempatkan diri secara heroik, mengaku dan mencitrakan dirinya hebat sendirian, mereka merangkul, dan sesuatu terjadi beberapa kantong uang yang terkumpul dari jamaah salat diserahkan kepada Prabowo, ukiran sejarah baru dalam berkampanye terjadi di Indonesia, tanpa daya tarik sekumpulan artis, tanpa memobilisir rakyat secara pragmatis oleh para elit, namun jutaan hadir di GBK secara tulus membiayai diri sendiri dan menyumbang, semoga ini akan menjadi budaya politik yang sehat di Indonesia yang selama ini telah dirusak melalui money politics dengan pengumpulan masa tanpa efek elektoral. Bravo Indonesia dengan kampanye akbar Prabowo-Sandi menjadi fenomena baru di Indonesia bahkan di dunia.

Penulis adalah pengamat kebijakan publik, aktivis pergerakan 77-78.

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Karyawan Umbar Kesombongan Ejek Pasien BPJS, PT Timah Minta Maaf

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:37

Sugiat Santoso Apresiasi Sikap Tegas Menteri Imipas Pecat Pelaku Pungli WN China

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:30

KPK Pastikan Tidak Ada Benturan dengan Kortastipikor Polri dalam Penanganan Korupsi LPEI

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:27

Tabung Gas 3 Kg Langka, DPR Kehilangan Suara?

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:10

Ken Martin Terpilih Jadi Ketum Partai Demokrat, Siap Lawan Trump

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:46

Bukan Main, Indonesia Punya Dua Ibukota Langganan Banjir

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:45

Larangan LPG di Pengecer Kebijakan Sangat Tidak Populis

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:19

Smart City IKN Selesai di Laptop Mulyono

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:59

Salah Memutus Status Lahan Berisiko Besar Buat Rakyat

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:45

Hamas Sebut Rencana Relokasi Trump Absurd dan Tidak Penting

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:26

Selengkapnya