Berita

Rizal Ramli/Net

Politik

Ini Lima Alasan Mengapa Jokowi Tidak Layak Dipilih Kembali Versi Rizal Ramli

JUMAT, 22 MARET 2019 | 12:11 WIB | LAPORAN: AZAIRUS ADLU

Eks Menko Maritim era Presiden Joko Widodo, Rizal Ramli menguraikan alasan mengapa calon petahana Joko Widodo untuk tidak perlu dipilih pada Pilpres 2019.

Menurut mantan penasihat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ini, ada lima alasan yang melatarbelakangi mengapa Jokowi tidak perlu dicoblos pada 17 April nanti.

Pertama soal jaminan kesehatan, BPJS adalah ide yang bagus. Gerakan buruh bersama Rizal Ramli, Prof. Thabrani, dan sejumlah tokoh lainnya perjuangkan ide BPJS sejak tahun 2010-2011.

"Sayangnya program tersebut under- funded dan iuran perusahaan sangat rendah. Hari ini BPJS mengalami kesulitan keuangan. Dokter dan tenaga medis telat digaji. Tagihan apotek dan rumah sakit kelas menengah, belum dibayar. Solusi pemerintahan Pak Widodo parsial, bagakan tensoplas. Pemerintah yang baru akan menyelesaikan masalah BPJS kurang dari 200 hari," tulis Rizal dalam keterangannya kepada redaksi, Jumat (22/3).
 
Kedua soal pendidikan, berdasarkan PISA index, yang mengukur kemampuan literasi, matematika, dan sains anak-anak usia di bawah 15 tahun, Indonesia menduduki peringkat ke-62 dari 72 negara. Berdasarkan QS World University Rankings, dari 500 besar Dunia hanya 3 perguruan tinggi Indonesia yang masuk, yaitu UI (277), ITB (331), dan UGM (402). Kualitas pendidikan tinggi masih rendah karena feodalisme dan birokratisasi.

"Pemilihan rektor harus dikembalikan ke Senat Guru Besar lagi agar tidak terjadi campur tangan politik dan permainan uang. Penyelesaian masalah pendidikan tidak bisa hanya dengan bagi-bagi kartu. Kualitas pendidikan yang rendah hanya bisa diperbaiki dengan penyederhanaan kurikulum pendidikan menengah ke bawah, penghapusan Ujian Nasional (UN), strategi kompetisi nasional dan regional (dengan alokasi minimal Rp 20 triliun), perbaikan kualitas guru, dan UU Land Grant serta bebas pajak universitas," jelasnya.
 
Ketiga lapangan kerja, bila ekonomi mandek di 5 persen selama 4 tahun terakhir, jangan mimpi lapangan kerja bertambah. Pemerintah baru harus mampu naikkan ekonomi hingga 8 persen. "Berdasarkan track record, pemerintahan Jokowi tidak punya kemampuan dan sulit dipercaya bisa naikkan ekonomi ke 8 perseb. Karena kebijakan makroekonominya super konservatif," urainya.
 
Keempat soal kebudayaan, kebudayaan Indonesia terunggul di Asia Tenggara. Kebudayaan Indonesia lebih hebat dan bervariasi dibanding negara-negara ASEAN. Negara-negara dengan kebudayaan yang unggul bisa membuat produk-produk yang dihasilkan bernilai tambah tinggi, seperti Jepang dan Korea Selatan.

Memang, lanjut Rizal, pemerintahan Jokowi sudah membuat Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), sayangnya hanya menjadi “event organizer untuk yang kuasa. Dan justru banyak mengampanyekan kebudayaan Korea Selatan di Indonesia.

"Di pemerintahan baru, Bekraf harus menjadi ujung tombak sosialisasi kebudayaan Indonesia di luar negeri dan memacu kenaikan nilai tambah seni dan budaya dalam produk-produk Indonesia," kata Rizal.
 
Terakhir soal kartu-kartu, rencana bagi-bagi kartu pemerintahan Widodo adalah solusi recehan yang tidak menyelesaikan masalah secara komprehensif. Bagaikan jualan permen lolypop, hanya pemanis yang menggiurkan, tetapi tidak mampu menyelesaikan kemunduran kita dalam pendidikan, kesehatan, lapangan kerja. Apalagi sumber pembiayaannya tidak jelas. Tax ratio Indonesia terendah, 10-11 persen.

"Masa mau pinjam untuk pesta bagi-bagi kartu. Kami khawatir pesta kartu ini hanya permen lolypop untuk memenangkan Pak Joko Widodo kembali. Tragis betul nasib Bangsa Indonesia," demikian Rizal.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

UPDATE

Hadiri Halal Bihalal Ansor, Kapolda Jateng Tegaskan Punya Darah NU

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:19

Bursa Bacalon Wali Kota Palembang Diramaikan Pengusaha Cantik

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:04

KPU Medan Tunda Penetapan Calon Terpilih Pileg 2024

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:50

Pensiunan PNS di Lubuklinggau Bingung Statusnya Berubah jadi Warga Negara Malaysia

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:35

Partai KIM di Kota Bogor Kembali Rapatkan Barisan Jelang Pilkada

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:17

PAN Jaring 17 Kandidat Bakal Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bengkulu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:58

Benny Raharjo Tegaskan Golkar Utamakan Kader untuk Pilkada Lamsel

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:41

Pria di Aceh Nekat Langsir 300 Kg Ganja Demi Upah Rp50 Ribu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:21

Alasan Gerindra Pagar Alam Tak Buka Pendaftaran Bacawako

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:57

KPU Tubaba Tegaskan Caleg Terpilih Tidak Dilantik Tanpa Serahkan LHKPN

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:26

Selengkapnya