Berita

Edy Mulyadi/Net

Publika

SERI JOKOWI GAGAL-10

Air Susu Dibalas Tuba!

SELASA, 12 MARET 2019 | 17:09 WIB | OLEH: EDY MULYADI

TEMPO.CO edisi Kamis (7/3) menulis berita dengan judul â€œKetua Cakra 19: Jokowi Berpesan Gaspol Terus Soal Lahan Prabowo.” Jika isi berita itu benar, maka makin benderanglah manusia seperti apakah Joko Widodo.

Andi Widjajanto, Ketua Tim Cakra 19 yang mewadahi para purnawirawan TNI yang jadi relawan mengatakan, Widodo memerintahkan para tim sukses untuk gaspol menggoreng isu lahan Prabowo. Tancap gas itu terutama harus dilakukan menjelang hari-H pemungutan suara.

"Minggu lalu, di Hotel Kartika, Pak Jokowi mengatakan, sampai akhir Maret, gaspol terus tentang lahan Prabowo. Narasinya sederhana, Pak Prabowo pernah mengeluh 1 persen orang di Indonesia menguasai 90 persen kekayaan. Ternyata dia lah 1 persen itu,” ujar Andi Widjajanto di bilangan Pasar Minggu, Jakarta pada Rabu malam, 6 Februari 2019, seperti ditulis Tempo.co.


Dengan perintah gaspol itu, wacana dan opini yang ingin dipompakan Jancuk ke benak rakyat adalah Prabowo orang kaya yang jahat. Keruan saja seruan itu segera disambut para begundalnya di dunia maya. Tidak sulit untuk menemukan bukti bahwa di media sosial operasi ini sudah berjalan massif. Para buzzer inti Widodo sangat aktif menggoreng isu lahan ini. Mereka diketahui dioperasikan dan berhubungan dengan Cakra-19.

Berdasarkan berita ini, sejatinya Widodo adalah tipe manusia yang menghalalkan segala cara untuk menggapai tujuan. Dengan posisinya sebagai Presiden, dia tentu punya akses ke semua sumber informasi dan data. Pada titik ini, dia telah menyalahgunakan kekuasaannya untuk keperluan menyerang lawannya. Akibatnya pertandingan tidak berjalan dengan fair. Tidak adil dan tidak jujur. Ini, tentu saja, termasuk kategori menghalalkan segala cara.

Lewat perintah gaspol tadi, Capres petahana, yang oleh pendukungnya di Jawa Timur dijuluki Cak Jancuk tersebut, bisa dikategorikan orang yang telengas. Kejam! Dia tidak mau tahu, bahwa orang-orang di sekelilingnya banyak yang juga menguasai lahan luas. Bahkan beberapa di antaranya punya lahan lebih luas ketimbang yang dimiliki Prabowo.

Jancuk juga tidak mau tahu, bahwa kepemilikan Prabowo atas lahan itu berlangsung setelah memenuhi serangkaian prosedur sebagaimana dijelaskan Wapres Jusuf Kalla. Jancuk abai, bahwa Prabowo tetap rajin membayar pajak-pajaknya kendati sebagian lahan dimanfaatkan pihak-pihak lain.

Mantan tukang mebel tersebut juga tidak peduli, bagaimana rivalnya itu berjasa amat besar terhadap rakyat Aceh yang berada di sekitar lahan. Buat rakyat Caeh, Prabowo adalah pahlawan, karena mengizinkan mereka memanfaatkan lahan tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Lelaki yang gemar memelihara kodok itu juga tidak peduli, bahwa Prabowo mengeluarkan banyak uang untuk menyelamatkan lahan tadi agar tidak jatuh ke pihak asing yang sangat bernafsu menguasainya. Bahkan, Jancuk sama sekali mengabaikan pernyataan Prabowo saat debat Capres kedua, bahwa dia siap melepaskan haknya bila negara memang membutuhkan.

Biayai Nyagub

Widodo terbukti telengas. Bahkan kepada orang yang jelas-jelas berjasa besar bagi karirnya di ranah kekuasaan. Siapa pun tentu tidak lupa, bahwa Prabowo yang memboyong dia dari Solo untuk berlaga di Pilgub DKI Jakarta, 2012 silam. Siapa pun juga tahu, bahwa Prabowo dan adiknya Hasjim Djohodikusumo yang membiayai pengeluarannya selama nyagub.

Video pendek Hasjim yang beberapa hari ini viral, menjelaskan proses pencaguban Cak Jancuk. Prabowo dan Hasjim pula yang meyakinkan Megawati, Ketum PDIP, agar setuju mengusungnya. Di video itu juga dijelaskan bagaimana Jancuk berkali-kali datang ke kantor Hasjim untuk urusan pendanaan kampanye merebut kursi Gubernur DKI.

"Saya punya catatannya. Lengkap," kata Hasjim.

Bukan itu saja, ketika sudah jadi Gubernur, berkali-kali Widodo mengaku bahwa Prabowo dan Hasjim berjasa sangat besar kepadanya. Dalam banyak kesempatan pula, Jancuk menyatakan tidak akan maju sebagai Capres pada 2014.

“Tidak mungkinlah saya maju jadi Capres, pak Hasjim. Presiden taksi. Hahaha…” ujar Hasjim di video itu menirukan ucapan Cak Jancuk.

Tapi apa lacur, semua ucapannya dusta belaka. Janjinya tidak akan maju di ajang Capres pun dia ingkari. Tentu saja, maju dalam pertarungan politik menjadi hak (konstitusi) siapa saja. Tapi jika berkali-kali membuat pernyataan di hadapan orang yang berjasa, kemudian ternyata diingkari sebutan apa yang tepat baginya?

Sikap telengas ini makin menemukan bentuknya setelah fakta-fakta menunjukkan gerakan  rakyat yang menghendaki perubahan tak terbendung. Rakyat, dengan suka cita dan gegap-gempita, selalu membanjiri dimana pun Prabowo dan atau Sandi datang. Tua-muda, laki-laki perempuan, bapak-bapak dan emak-emak, semuanya tumplek-bleg. Secara khusus harus disebut, gerakan emak-emak yang dahsyat luar biasa!

Orang-orang ini teramat militan. Tidak ada mobilisasi, apalagi iming-iming uang saku. Mereka bergerak atas kesadaran sendiri, dengan biaya sendiri. Sangat jauh berbeda dengan yang dialami Jancuk. Warga dimobilisasi, aparat dan birokrat diperalat, dana dalam jumlah superjumbo digelontorkan. Toh rakyat yang hadir selalu saja jauh dari harapan.

Bayang-bayang kekalahan inilah yang tampaknya menjadikan Jancuk seperti gelap mata. Hal serupa pun menyergap para hulubalangnya. Masih ingat, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko yang membuat pernyatakan akan melakukan perang total?

Oxford Living Dictionaries mendefinisikan perang total sebagai perang yang tidak dibatasi dalam hal senjata yang digunakan, teritori atau kombatan yang terlibat, atau tujuan yang ingin dicapai, terutama perang yang mengabaikan hukum perang. Jadi, Moeldoko telah menyatakan kubunya akan mengabaikan 'hukum perang'  untuk memenangkan junjungannya.

Sepertinya, pernyataan Moeldoko adalah  penyempurna dari sikap dan sifat telengas Jancuk. Untuk itu, mereka mengerahkan segala sumber daya yang ada untuk melibas dan memusnahkan musuh. Musuh yang dimaksud adalah Prabowo. Ya, Prabowo adalah musuh harus dimusnahkan. Bukan main!

Sampai di sini saya jadi berpikir, kalau terhadap orang yang amat berjasa saja dia bisa membohongi dan mengingkari janji, bagaimana halnya dengan rakyat kebanyakan? Inikah yang menjelaskan bagaimana dia bisa dengan enteng mengingkari 66 janjinya saat pencapresan 2014 silam?

Saya juga berpikir, kalau terhadap orang yang berjasa besar kepadanya saja dia bisa bersikap telengas, bagaimana terhadap rakyatnya? Inikah pula yang menjelaskan Jancuk diam seribu bahasa ketika eks Wagubnya  Ahok dengan ganas dan sadis menggusur ratusan titik rumah dan mata pencaharian warga Jakarta?

Jancuk  juga membutatulikan mata-telinganya, ketika Ahok dengan angkuh dan brutal meratakan rumah-rumah nelayan di kampung Akuarium, Jakarta Utara. Padahal, ketika maju sebagai Cagub, Jancuk ini datang ke lokasi yang sama dan menyatakan, tidak boleh ada penggusuran. Dia juga mengumbar janji akan membuatkan sertifikat bagi warga yang sudah tinggal 20 tahun lebih. Tapi, janji tinggal janji

Dia juga bungkam saja manakala banyak terjadi konflik agraria antara rakyat dan pemerintah.  Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) menyebut sepanjang 2018 saja, terjadi 410 kejadian konflik agraria dengan luas wilayah konflik mencapai 807.000 hektare dan melibatkan 87.000 lebih kepala keluarga di berbagai provinsi di daerah. Dari jumlah tersebut, 16 konflik atau 4 persen disumbangkan oleh sektor infrastruktur.

Menurut KPA, secara akumulatif sedikitnya 41 orang tewas di berbagai wilayah konflik agraria, 546 dianiaya, 51 orang tertembak, dan sebanyak 940 petani dan pejuang agraria dikriminalisasi. Toh dengan data dan fakta seperti itu, Jancuk dengan enteng mengklaim selama 4,5 tahun kekuasannya hampir tidak ada terjadi konflik pembebasan lahan. Hal ini terjadi karena pemerintah menerapkan ganti utung, bukan ganti rugi.

“Ketua Cakra 19: Jokowi Berpesan Gaspol Terus Soal Lahan Prabowo.” Sungguh, judul berita menjelaskan siapa sejatinya Widodo. Ya, dia adalah Laki-laki telengas yang tak tahu berterima kasih, bahkan kepada orang yang telah berjasa amat besar kepadanya. Air susu dibalas tuba!
Ngeri…!

Penulis adalah wartawan senior yang tinggal di Jakarta


Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya