Berita

Foto/Net

Bisnis

Vietnam Lebih Lincah Bikin Nyaman Investor

EoDB Melorot, Kinerja Investasi Kita Makin Berat
SENIN, 05 NOVEMBER 2018 | 08:07 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Pelaku bisnis tetap optimistis investor asing tetap tertarik menanamkan modalnya di Tanah Air meskipun peringkat kemudahan berbisnis atau ease of doing business (EoDB) 2019 Indonesia melorot. Hanya saja, realisasinya mungkin tidak sebesar negara lain yang bisa memberikan kemudahan perizinan.

Ekonom Institute for De­velopment of Economics and Finance (Indef) Bhima Yu­dhistira Adhinegara menilai, penurunan peringkat kemuda­han berbinis bisa dipastikan bakal mempengaruhi minat investasi.

"Daya tarik investor mena­namkan uangnya di indonesia tentu akan berkurang. Risiko lainnya bisa berupa relokasi industri (investor) ke negara lain seperti Vietnam, Malaysia dan Thailand," ungkap Bhima kepada Rakyat Merdeka, pada akhir pekan.


Bhima menuturkan, realisasi investasi di sebuah negara bisa menjadi ukuran kemudahan berbisnis. Menurutnya, penu­runan realisasi investasi asing pada kuartal III-2018 sebesar 1,6 peren bisa menjadi indikator bahwa ada persoalan di sini.

Dia melihat, realisasi investasi turun karena implementasi 16 paket kebijakan tidak bekerja dengan optimal. Selain itu, pro­gram Online Single Submission (OSS) yang digadang-gadang sebagai upaya mempermudah perizinan ternyata tidak berjalan seperti yang diharapkan.

"Ada persolaan koordinasi antar instansi terkait sehingga membuat implementasi dan eksekusinya membingungkan," imbuhnya.

Jika tidak dilakukan perbaikan, lanjut Bhima, kinerja investasi bakal semakin berat. Apalagi, perputaran dana in­vestasi sekarang sedang seret akibat Amerika Serikat (AS) melakukan normalisasi kebi­jakan moneter. Semua negara berkembang berebut dana in­vestasi. Padahal sisi lain, porsi investasi penting bagi Indonesia karena nilainya mencapai 31 persen terhadap product domes­tic bruto (PDB).

Sementara itu, Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Hubungan Internasional Shinta Widjaja Kamdani optimistis, penurunan peringkat kemuda­han berbisnis Indonesia tidak berdampak besar terhadap minat investasi asing.

"Peringkat investasi itu dibuat hanya melihat indikator dua kota saja, Jakarta dan Surabaya. Saya yakin tidak berdampak besar terhadap investasi asing," ungkap Shinta.

Namun demikian, Shinta me­minta pemerintah tetap melaku­kan evaluasi terhadap penurunan peringkat kemudahan berbisnis. Karena, kenyataannya, investor banyak lebih tertarik masuk ke Vietnam. Menurutnya, hal itu terjadi tidak lepas dari kemudahan perizinan diberikan negara tersebut.

"Investor masih jauh lebih mudah ke Vietnam dibandingkan ke Indonesia. Kita disini masih menghadapi banyak isu mulai dari perizinan, regulasi, dan tenaga kerja," paparnya.

Misalnya soal perizinan, papar Shinta, realisasi OSS belum berjalan mulus. Koordinasi untuk mengimplementasikan OSS antara pemerintah pusat dan daerah tidak berjalan baik. Padahal, jika OSS berjalan dengan baik sangat bisa mem­bantu Indonesia mengerek per­ingkat kemudahan bisnis.

"Banyak aturan tumpang tin­dih. Makanya kita jadi last competitive. Kita harapkan OSS bisa jadi solusi,"  pungkasnya.

Seperti diketahui, Wolrd Bank (Bank Dunia) baru-baru ini merilis peringkat kemudahan berbisnis. Indonesia berada di posisi 73. Turun satu pering­kat dari tahun ini di urutan ke 72 dari 190 negara. Meskipun jika dilihat dari sisi skor, naik 1,42 persen dari 66,54 menjadi 67,96. Di tingkat ASEAN, Indonesia Kalah dari Vietnam di peringkat 69, Thailand di urutan 27, Malaysia di posisi 15, dan Singapura peringkat 2.

Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste Rodrigo A. Chaves mengungkapkan, peringkat Indonesia turun karena pening­katan skor kemudahan berbisnis Indonesia tidak sebesar capaian beberapa negara lain.

"Jika dibandingkan sebelumnya, kenaikan skor Indonesia juga cukup rendah. Tahun lalu peningkatan skor mencapai 66 persen, tahun ini hanya 1,42 persen saja," ungkap Chaves. ***

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Perbankan Nasional Didorong Lebih Sehat dan Tangguh di 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:06

Paus Leo XIV Panggil Kardinal di Seluruh Dunia ke Vatikan

Senin, 22 Desember 2025 | 08:00

Implementasi KHL dalam Perspektif Konstitusi: Sinergi Pekerja, Pengusaha, dan Negara

Senin, 22 Desember 2025 | 07:45

FLPP Pecah Rekor, Ribuan MBR Miliki Rumah

Senin, 22 Desember 2025 | 07:24

Jaksa Yadyn Soal Tarik Jaksa dari KPK: Fitnah!

Senin, 22 Desember 2025 | 07:15

Sanad Tarekat PUI

Senin, 22 Desember 2025 | 07:10

Kemenkop–DJP Bangun Ekosistem Data untuk Percepatan Digitalisasi Koperasi

Senin, 22 Desember 2025 | 07:00

FDII 2025 Angkat Kisah Rempah Kenang Kejayaan Nusantara

Senin, 22 Desember 2025 | 06:56

Polemik Homebase Dosen di Indonesia

Senin, 22 Desember 2025 | 06:30

KKP Bidik 35 Titik Pesisir Indonesia Buat KNMP Tahap Dua

Senin, 22 Desember 2025 | 05:59

Selengkapnya