Berita

Budi Waseso/Net

Bisnis

Stok Berkurang, Bulog Beri Sinyal Impor Beras

Tiap Hari Operasi Pasar Gelontorkan 2.500 Ton
SELASA, 30 OKTOBER 2018 | 11:01 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Stok beras Perum Bulog diproyeksi mengalami penurunan cukup besar. Sebab, kebutuhan untuk operasi pasar pada akhir dan awal tahun meningkat tajam. Untuk mengamankan stok nasional, perusahaan pelat merah itu membutuhkan impor beras.

 Kabar pasokan beras medium mengalami penurunan bukan isapan jempol belaka. Untuk menjaga stabilitas harga, Perum Bulog belakangan ini sudah melakukan operasi pasar.

Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Bulog Tri Wahyudi Saleh menyebutkan, Bulog menggelontorkan beras untuk operasi pasar menca­pai kisaran 2.500 ton per hari. Diproyeksinya, kebutuhan untuk operasi pasar akan mengalami kenaikan tajam menjelang akhir tahun.


"Melihat tren sebelumnya Desember (2017) dan Januari (2018) bisa 5 sampai 6 ribu ton per hari untuk operasi pasar," ungkap Tri di Jakarta, kemarin.

Menurut Tri, cadangan beras Bulog bisa berkurang sekitar 450 ribu ton dari total stok yang dimiliki saat ini 2,7 juta ton. Sehingga cadangan be­ras Bulog bisa tergerus hingga sekitar 2,2 juta ton. Padahal idealnya, cadangan beras pemer­intah di Bulog setidaknya 2,5 juta ton atau sesuai dengan konsumsi beras 1 bulan masyarakat Indonesia.

"Analisis kebutuhannya ada dalam rakortas (rapat koordi­nasi terbatas). Kalau memang dibutuhkan impor atas keputusan pemerintah, Bulog juga akan melakukan tugas itu," terang­nya.

Direktur Utama Bulog Budi Waseso menegaskan, pihaknya akan memaksimalkan penyera­pan beras dalam negeri. "Kalau kita surplus, artinya kita tidak perlu impor. Jadi besok kita bakal lebih kuatkan penyerapan dalam negeri," jelas Buwas-panggilan akrab Budi Waseso saat ditemui di Bontang, Kalimantan Timur, Minggu malam (28/10).

Buwas menuturkan, untuk mengoptimalkan produksi petani, pihaknya akan melaku­kan pemetaan produksi beras. Menurutnya, daerah yang sur­plus beras, hasil produksinya akan didistribusikan ke wilayah yang mengalami defisit.

"Secara bertahap kita bikin zonanya. Daerah surplus beras, akan dipasok untuk daerah-daerah yang kurang," ujarnya.

Seperti diketahui, pasokan be­ras mengalami penurunan akibat musim panen sudah berakhir. Dan, sejumlah daerah sentra be­ras mengalami kekeringan. Hal itu berdampak pada kenaikan harga gabah dan beras. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tren kenaikan harga beras. Pada bulan Juli 2018 harga beras me­dium berada di kisaran Rp 9.135 per kilo gram (kg). Angka ini naik pada Agustus menjadi Rp 9.198 per kilogram dan naik lagi pada September 2018 menjadi Rp 9.310 per kg.

Dukung Impor

Pengamat pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Khudori meminta pemerintah tidak ragu melakukan impor bila memang stok Bulog menurun.

"Jika cadangan beras Bulog terus turun karena operasi pasar, tidak salah, jika pemerintah kembali melakukan impor untuk mengamankan kebutuhan dalam negeri," imbuhnya.

Apalagi, lanjut Khudori, Bulog masih memiliki sisa penugasan impor beras sebesar 200 ribu ton. Menurutnya, sisa kuota itu bisa digunakan untuk menutupi defisit akhir tahun.

Khudori menambahkan, menurunnya cadangan beras bukan hal yang baru terjadi pada akhir tahun. Sebab siklus itu terjadi setiap tahun.

Desakan kepada pemerintah agar melakukan impor sebelumnya juga disampaikan Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Assyifa Szami Ilman. Menurutnya, impor beras perlu dilakukan untuk menjaga stok.

Ilman menyarankan impor dilakukan sebelum Januari 2019. Karena, proses pengiriman me­makan waktu.

"Pemerintah bisa belajar dari pengalaman impor awal ta­hun ini. Berasnya sampai di waktu yang berdekatan dengan panen raya. Hal ini berakibat pada anjloknya harga beras dan meruginya petani. Kejadian itu jangan sampai terulang lagi," Ilman. ***

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Perbankan Nasional Didorong Lebih Sehat dan Tangguh di 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:06

Paus Leo XIV Panggil Kardinal di Seluruh Dunia ke Vatikan

Senin, 22 Desember 2025 | 08:00

Implementasi KHL dalam Perspektif Konstitusi: Sinergi Pekerja, Pengusaha, dan Negara

Senin, 22 Desember 2025 | 07:45

FLPP Pecah Rekor, Ribuan MBR Miliki Rumah

Senin, 22 Desember 2025 | 07:24

Jaksa Yadyn Soal Tarik Jaksa dari KPK: Fitnah!

Senin, 22 Desember 2025 | 07:15

Sanad Tarekat PUI

Senin, 22 Desember 2025 | 07:10

Kemenkop–DJP Bangun Ekosistem Data untuk Percepatan Digitalisasi Koperasi

Senin, 22 Desember 2025 | 07:00

FDII 2025 Angkat Kisah Rempah Kenang Kejayaan Nusantara

Senin, 22 Desember 2025 | 06:56

Polemik Homebase Dosen di Indonesia

Senin, 22 Desember 2025 | 06:30

KKP Bidik 35 Titik Pesisir Indonesia Buat KNMP Tahap Dua

Senin, 22 Desember 2025 | 05:59

Selengkapnya