Berita

Suasana di Kota Pyongyang/Net

Dahlan Iskan

Beda Bersih Karena Baru Dibersihkan

SELASA, 23 OKTOBER 2018 | 08:27 WIB | OLEH: DAHLAN ISKAN

SAYA kira hanya saya. Ternyata orang-orang asing juga berpikiran sama: Kota Pyongyang ini bersih sekali.

Saya bertanya ke beberapa turis dari Beijing. ''Saya juga tidak menyangka Pingrang sebersih ini,'' ujar turis itu.

Ia seorang pengusaha konstruksi. Umur 60-an tahun. Juga untuk pertama kali ke Korea Utara. Dengan rombongan 8 orang.


Kami ngobrol asyik dalam bahasa Mandarin. Saat makan pagi bersama. ''Anggota rombongan kami juga kaget. Kota ini bersih sekali,'' kata istrinya.

Dalam bahasa Mandarin, Pyongyang disebut Pingrang (平壤). Tanah yang datar. ''Satu puntung rokok pun tak terlihat,'' tambahnya.

Mereka sudah tiga hari di Pyongyang. Terheran-heran. Jauh dari yang mereka duga.

''Lebih bersih dari Singapura,'' ujar turis Singapura itu. Agak berlebihan.

''Ini kota terbersih yang pernah saya kunjungi,'' ujar turis Belanda. Yang rombongannya 20 orang. Semua naik kereta. Dari Beijing. Satu malam suntuk. Tepatnya 20 jam.

Turis Belanda ini senang sekali saya ajak berbincang. Setelah lebih dulu saya puji. ''Belanda sekarang hebat. Mengalahkan Jerman 3-0,'' kata saya.

Mereka langsung bersorak. ''Sekarang kami calon juara dunia,'' ujarnya.

Saya sendiri sudah dua hari di Pyongyang. Dari rencana lima hari. Juga terheran-heran.

Di Jakarta memang banyak lokasi indah. Makmur. Dan bersih. Seperti di SCBD. Tapi tidak jauh dari situ sudah terlihat kampung miskin. Kumuh. Kotor. Apalagi di bagian lain Jakarta. Banyak yang sangat parah. Miskinnya. Dan kumuhnya.

Di Beijing, Shanghai, Guangzhou juga begitu. Kemakmurannya campur dengan kemiskinannya. Kebersihannya rukun dengan kejorokannya. Keindahannya bergandengan dengan kekumuhannya.

Tidak di Pyongyang.

Memang tidak ada mall mewah. Tidak ada kompleks yang megah. Tidak ada hotel wah. Tapi juga tidak ada kaki lima. Tidak ada sampah.

Bahkan tidak banyak tong sampah. Di pinggir jalan sekali pun. Yang di negara kita sering terlihat tongnya pun sudah begitu jeleknya. Sudah menjadi sampah itu sendiri.

Kualitas jalan, kualitas berm, kualitas trotoar dan kualitas tamannya memang bukan yang kualitas tinggi. Sedang-sedang saja. Tapi bersihnya itu lho!

Saya bisa membedakan bersih dadakan, bersih belum lama dan bersih kultural.

Saya mengambil kesimpulan: bersihnya kota Pyongyang bukan bersih mendadak. Bukan bersih 'belum lama dibersihkan'. Bersihnya karena akar kebersihan sudah begitu dalam.

Dan sungai-sungainya itu. Bersih luar biasa. Pinggirnya. Tengahnya. Hulunya. Hilirnya.

Banyak kota bersih. Tapi hanya di jalan-jalan utamanya. Banyak kota indah. Hanya bagian tertentunya.

Pyongyang  bersih di seantero wilayahnya.

Bandingkan dengan kota-kota modern di Tiongkok. Atau kota-kota di Indonesia. Yang dapat Adipura sekali pun. Pyongyang di atas semua itu.

Tentu juga jangan dibandingkan dengan kota seperti Perth, Australia Barat. Yang begitu komplitnya: indah, bersih, megah, makmur menjadi satu.

Pyongyang masih jauh dari kelas itu.

Perkampungan di Pyongyang  berupa apartemen tinggi. Tidak ada lagi kampung lama. Atau kampung kumuh. Bukan apartemen mewah, memang. Tapi juga bukan kelas rumah susun yang kita kenal.

Bangunan luarnya, umumnya,  terlihat seperti kelas hotel bintang tiga.

Tidak terlihat tempelan-tempelan AC di luarnya. Tidak terlihat ada tiang jemuran. Kesannya rapi. Meski tidak mewah.

Di jalan-jalan juga tidak ada sepeda motor. Hanya ada mobil. Tidak terlihat mobil tua. Atau gerobak. Atau truk peyot. Memang terlihat banyak juga sepeda. Tapi dikayuhnya di trotoar. Sehingga pemandangan di jalan raya tidak terasa ruwet.

Mobil-mobil umumnya buatan Tiongkok: VW, Audi, Ford, Buick, BYD, Yiji, dan lainnya. Kira-kira 70 persen buatan Tiongkok. Sisanya mobil Jepang. Atau mobil Korut hasil asembling mobil Tiongkok. Ada empat merk yang di-asembling dengan nama lokal: Pyonghwa, Naenara, Huipharam, dan  Samchonri.

Anda ingat baik-baik merk itu. Siapa tahu kelak akan ikut menyerbu Indonesia.

Terlihat juga sedan Mercy hitam. Sesekali. Mungkin juga buatan Tiongkok.

Tidak terlihat sama sekali mobil Korea Selatan: Hyundai, Kia atau Daewoo.

Permusuhannya dengan saudaranya di selatan sampai ke merk mobil. Rupanya.

Di Pyongyang jalan raya sudah sangat ramai dengan mobil.

Tapi belum sampai ke tingkat macet. Saya belum pernah lihat satu titik pun yang macet.

Ramainya lalu-lintas ini juga tidak saya sangka. Kok sudah ramai begini. Waktu pertama ke Beijing dulu (awal 1980-an), hampir tidak terlihat mobil di jalan raya. Yang lebar-lebar itu.

Hanya sesekali ada mobil lewat. Jalan raya dipenuhi oleh sepeda. Atau gerobak. Yang ditarik sepeda.

''Sekarang ini memang sudah tiga kali lebih ramai. Dibanding lima tahun lalu,'' ujar teman Pyongyang saya.

Kalau boleh usul, jangan tambah mobil lagi. Atau maksimum tambahnya 10 persen saja. Jangan ulangi kasus Jakarta, Bangkok, Beijing, Mumbai. Yang macetnya bikin pusing itu.

Sekarang ini ideal sekali. Ramai tapi tidak macet.

Tapi mana mungkin. Tampaknya sulit sekali mencegah pertambahan mobil. Di negara komunis sekali pun. [***]

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Cegah Penimbunan BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 02:00

Polri Kerahkan Kapal Wisanggeni 8005 ke Aceh

Jumat, 05 Desember 2025 | 03:03

Pesawat Perintis Bawa BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:02

UPDATE

Denny Indrayana Ingatkan Konsekuensi Putusan MKMK dalam Kasus Arsul Sani

Selasa, 16 Desember 2025 | 01:30

HAPPI Dorong Regulasi Sempadan Pantai Naik Jadi PP

Selasa, 16 Desember 2025 | 01:22

Pembentukan Raperda Penyelenggaraan Pasar Libatkan Masyarakat

Selasa, 16 Desember 2025 | 01:04

Ijazah Asli Jokowi Sama seperti Postingan Dian Sandi

Selasa, 16 Desember 2025 | 00:38

Inovasi Jadi Kunci Hadapi Masalah Narkoba

Selasa, 16 Desember 2025 | 00:12

DPR: Jangan Kasih Ruang Pelaku Ujaran Kebencian!

Selasa, 16 Desember 2025 | 00:06

Korban Meninggal Banjir Sumatera Jadi 1.030 Jiwa, 206 Hilang

Senin, 15 Desember 2025 | 23:34

Bencana Sumatera, Telaah Konstitusi dan Sustainability

Senin, 15 Desember 2025 | 23:34

PB HMI Tegaskan Putusan PTUN terkait Suhartoyo Wajib Ditaati

Senin, 15 Desember 2025 | 23:10

Yaqut Cholil Masih Saja Diagendakan Diperiksa KPK

Senin, 15 Desember 2025 | 23:07

Selengkapnya