Berita

Soeharto-Michael Camdessus,/Net

IMF, "Binatang" Apakah Dia?

JUMAT, 02 MARET 2018 | 11:31 WIB | OLEH: DEREK MANANGKA

"SAYA sebenarnya mau memberi tahu Pak Moerdiono. Tentang skenario berbahaya bagi Indonesia yang mau dibuat oleh para teknokrat IMF. Tapi pada waktu itu, Pak Moerdiono sudah tidak lagi menjadi anggota kabinet. Akhirnya..." begitu salah satu kutipan percakapan saya dengan Anthony Kwek, seorang ekonom Singapura yang pernah bekerja untuk Bank Pembangunan Asia, tentang IMF.

Yang dimaksud Anthony Kwek adalah sebuah skenario paket penyelamatan Indonesia dari krisis moneter di tahun 1998. Di mata dia, isi paket itu, bukan penyelamatan.

Dia tahu isi paket tersebut, sebab sebagai pejabat Bank Pambangunan Asia, dia ikut dilibatkan dalam diskusi dengan IMF dan Bank Dnuia, manakala badan-badan ini merancang sebuah konsep bantuan bagi Indonesia.

IMF dan Bank Dunia berkedudukan di Washington, Amerika sementara Bank Pembangunan Asia - berkedudukan di Manila, Filipina.

Konsesus yang ada, boss IMF selalu dari Eropa sementara Bank Dunia harus Amerika yang sekaligus pemegang saham mayoritas di dua lembaga tersebut. Sedang BPA (Asian Development Bank) pemegang saham mayoritasnya, Jepang.

IMF, Bank Dunia dan BPA bersinerji "membantu" Indonesia.

Akhirnya, karena tak ada lagi pejabat Indonesia yang bisa dihubungi oleh Anthony Kwek, dengan perasaan murung dan sedih dia hanya berserah.

Dan yang terjadi - setelah Presiden Soeharto menandatangani MoU Penyelamatan dengan Managing Director IMF Michael Camdessus di Cendana, Jakarta, yang terjadi justru krisis baru yang tiba-tiba berubah menjadi krisis multi dimensi.

Antara lain nilai tukar Rupiah terhadap semua mata asing, melorot, yang secara politik dan psikologis berakibat ikut melorotkan martabat Indonesia.

Penandatanganan MoU itu sendiri, kelak menjadi bahan gunjingan. Terutama karena sikap atau cara Michael Camdessus, warga Prancis saat menyaksikan Presiden Soeharto menanda-tangani dokumen tersebut.

Banyak orang Indonesia yang memiliki nasionalisme yang tinggi, merasa tersinggung ataupun sinis dengan cara pejabat tertinggi di IMF tersebut.

Sebab Camdessus yang berdiri sambil melipatkan kedua tangannya di dada, seperti orang yang congkak, seakan ingin mengesankan kepada yang menyaksikan momen tersebut bahwa saat itu ia sedang mendikte seorang Manusia Yang Paling Berkuasa di Indonesia.

Soeharto sebagai pemimpin 200-an juta rakyat Indonesia, dibuat IMF tak berkutik.

Cerita ringan Anthony Kwek di tahun 2011 ini saya angkat sebagai sebuah diskurs, mengingat di tahun 2018 ini tengah terjadi perdebatan hangat soal peran IMF di Indonesia.

Perdebatan semakin menarik dan menukik, sebab terjadi perbedaan yang sangat tajam antara Menteri Luhut Panjaitan dan eks Menteri Rizal Ramli.

Biasanya, dua tokoh yang pernah dibesarkan oleh Presiden Gus Dur ini, selalu "kompak". Kali ini Luhut dan Rizal seperti "pecah kongsi".

Luhut yang ahli militer cenderung lebih pro ke IMF. Sementara Rizal yang pakar ekonomi dan konsultan berbagai lembaga asing, dan pernah sekolah di Amerika justru sangat tidak suka dengan "campur tangan" IMF dalam persoalan yang dihadapi Indonesia.

Sesungguhnya bukan pecah kongsinya itu yang menjadi kepedulian saya. Yang menjadi pertanyaan, mengapa kita lupa akan sejarah kelam yang melanda Indonesia, akibat konsep penyelamatan IMF?

Peristiwa IMF "meghancurkan" Indonesia, sebagaimana diungkapkan oleh Anthony Kwek, terjadi 20 tahun lalu.
Dua puluh tahun, bukanlah jangka waktu yang singkat. Bagi orang yang punya sifat pelupa, bisa jadi semua peristiwa yang terjadi 20 tahun, tak satupun yang melekat dalam ingatannya.

Jadi, inikah yang menyebabkan ada pihak yang sudah tak ingat atau peristiwa tersebut?

Oh yah mungkin ada yang bertanya, dari mana, bagaimana saya mengenal soerang Anthony Kwek?

Warga Singapura yang menikah dengan wanita Filipina ini, saya kenal tahun 2011. Dia merupakan salah seorang pemberi testimoni tentang almarhum Menteri Moerdiono.

Testimoninya saya muat dalam buku "Pak Moer dan Poppy Dharsono, The Untold Story".

Kedekatannya dengan Moerdiono, tak ubahnya dengan saudara sekandung. Rumahnya di Auckland, Selandia Baru, sering dia pinjamkan ke Moerdiono dan Poppy Dharsono, manakala pasangan ini ingin liburan di wilayah Selatan.

Terakhir ketemu dengan Anhony Kwek, tahun 2014. Itupun hanya secara kebetulan.

"Nomor hape saya belum berunbah", ujarnya.

Anthony sudah pensiun darri Bank Pembangunan Asia. Dia sekarang bekerja sebagai konsultan bagi beberapa perusahaan dan lembaga di Asia Tenggara.

Melihat panasnya perdebatan soal peran IMF, saya sarankan sebaiknya Presiden Joko Widodo atau para ekonom independen Indonesia, perlu mendengar penilaian ekonom Singapura ini, tentang IMF.

Benarkah IMF pernah membuat skenario penghancuran Indonesia yang dikemas dengan sangat rapih, sehingga orang gterkuat di Indonesia - pada dekade 20 tahun lalu, bisa dikecoh?

Kalau itu benar, betapa tidak patutnya kita berbaik-baik dan sok orang baik kepada IMF.

Atau mari Bangsa Indonesia sama-sama kita bertanya atau berteriak: "binatang" apakah sebenarnya dia - si IMF itu? [***]

Penulis adalah wartawan senior

Populer

Besar Kemungkinan Bahlil Diperintah Jokowi Larang Pengecer Jual LPG 3 Kg

Selasa, 04 Februari 2025 | 15:41

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

Prabowo Harus Pecat Bahlil Imbas Bikin Gaduh LPG 3 Kg

Senin, 03 Februari 2025 | 15:45

Bahlil Gembosi Wibawa Prabowo Lewat Kebijakan LPG

Senin, 03 Februari 2025 | 13:49

Jokowi Kena Karma Mengolok-olok SBY-Hambalang

Jumat, 07 Februari 2025 | 16:45

Pengamat: Bahlil Sengaja Bikin Skenario agar Rakyat Benci Prabowo

Selasa, 04 Februari 2025 | 14:20

Alfiansyah Komeng Harus Dipecat

Jumat, 07 Februari 2025 | 18:05

UPDATE

Dirjen Anggaran Kemenkeu Jadi Tersangka, Kejagung Didesak Periksa Tan Kian

Sabtu, 08 Februari 2025 | 21:31

Kawal Kesejahteraan Rakyat, AHY Pede Demokrat Bangkit di 2029

Sabtu, 08 Februari 2025 | 20:55

Rocky Gerung: Bahlil Bisa Bikin Kabinet Prabowo Pecah

Sabtu, 08 Februari 2025 | 20:53

Era Jokowi Meninggalkan Warisan Utang dan Persoalan Hukum

Sabtu, 08 Februari 2025 | 20:01

Tepis Dasco, Bahlil Klaim Satu Frame dengan Prabowo soal LPG 3 Kg

Sabtu, 08 Februari 2025 | 19:50

Dominus Litis Revisi UU Kejaksaan, Bisa Rugikan Hak Korban dan tersangka

Sabtu, 08 Februari 2025 | 19:28

Tarik Tunai Pakai EDC BCA Resmi Kena Biaya Admin Rp4 Ribu

Sabtu, 08 Februari 2025 | 19:16

Ekspor Perdana, Pertamina Bawa UMKM Tempe Sukabumi Mendunia

Sabtu, 08 Februari 2025 | 18:41

TNI AL Bersama Tim Gabungan Temukan Jenazah Jurnalis Sahril Helmi

Sabtu, 08 Februari 2025 | 18:22

Penasehat Hukum Ungkap Dugaan KPK Langgar Hukum di Balik Status Tersangka Sekjen PDIP

Sabtu, 08 Februari 2025 | 17:42

Selengkapnya