Berita

Nusantara

Ubah Stigma, Indonesia Bukan 'Surga' Tapi 'Neraka' Bagi Pengedar Narkoba

SELASA, 13 FEBRUARI 2018 | 10:48 WIB | LAPORAN: RUSLAN TAMBAK

. Apresiasi patut disematkan kepada TNI Angkatan Laut khususnya awak KRI Sigurot-864 dan BNN yang telah berhasil menggagalkan penyelundupan narkoba jenis sabu di wilayah perairan Batam, Kepulauan Riau oleh kapal MV Sunrise Glory.

Berdasarkan hasil pengembangan, narkotika golongan I jenis sabu yang ada di dalam kapal MV Sunrise Glory ini ternyata mencapai 3 ton. Penangkapan ini menandakan perairan Indonesia masih menjadi jalur favorit peredaran narkoba internasional di mana Indonesia juga masih menjadi negara target peredarannya.

Ketua Komite III DPD RI Fahira Idris mengungkapkan, satu dekade terakhir ini peredaran narkoba di Indonesia sudah mencapai titik paling kritis sepanjang sejarah republik ini. Tidak hanya menjadi alat perusak generasi muda, narkoba sudah menjadi ancaman bagi ideologi pancasila dan ketahanan nasional bangsa.


"Saya memberikan apresiasi dan mengucapkan terima kasih kepada TNI AL dan BNN atas upaya yang tidak kenal menjaga wilayah perairan Indonesia dari penyeludupan berton-ton narkoba yang secara tidak langsung juga menyelamatkan banyak nyawa di Indonesia," ujar Fahira di Jakarta, Selasa (13/2).

Fahira berharap aksi penggagalan penyeludupan berton-berton narkoba ini mengirim pesan kuat kepada jaringan pengedar narkoba di dunia bahwa Indonesia bukanlah surga, tetapi sudah menjadi neraka bagi pengedar para narkoba.

"Memang kondisi geografis kita yang banyak pulau, pantai, dan pelabuhan-pelabuhan kecil menjadi keuntungan bagi jaringan pengedar narkoba. Tantangan kita semakin berat saat hukum belum sepenuhnya tegas dan masih ada oknum penegak hukum yang masih berani bermain-main dengan kasus narkoba. Kita harus segera atasi berbagai tantangan ini sehingga Indonesia benar-benar menjadi 'neraka' bagi para pengedar narkoba," tukas Fahira.

Menurut Fahira, selain lebih intensif melakukan pengawasan di sepanjang wilayah perairan, modernisasi peralatan atau teknologi dan senjata penegak hukum menjadi hal yang tidak bisa ditawar lagi untuk menghadapi kekuatan jaringan narkoba internasional yang memang menjadikan laut sebagai jalur utama penyeludupan narkoba. Seperti yang kita ketahui bersama, para mafia-mafia narkoba saat ini sudah mulai melengkapi kapal-kapal mereka dengan peralatan yang canggih sehingga komunikasi antar mereka sulit disadap oleh kapal-kapal penegak hukum Indonesia.

Selain itu, cara yang paling efektif untuk menjadikan Indonesia 'neraka' bagi para pengedar narkoba adalah penegakkan hukum yang tegas dan konsisten. Hingga saat ini masih banyak bandar narkoba yang sudah masuk daftar terpidana mati tetapi tidak kunjung dieksekusi. Konsekuensi dari penegakan hukum yang tidak tegas dan konsisten ini sangat kontraproduktif dan berdampak buruk terhadap jihad bangsa ini melawan narkoba.

"Lihat saja, di Lapas mereka masih berani menjalankan bisnisnya mengedarkan narkoba. Belum lagi yang membuat kita sangat miris, masih ada oknum aparat penegak hukum yang berani menjadi pengedar narkoba. Selama persoalan-persoalan ini tidak kita tuntaskan, Indonesia tidak akan penah jadi neraka bagi pengedar narkoba," pungkas Fahira. [rus]

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

Kreditur Tak Boleh Cuci Tangan: OJK Perketat Aturan Penagihan Utang Pasca Tragedi Kalibata

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:15

Dolar Melemah di Tengah Data Tenaga Kerja AS yang Variatif

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00

Penghormatan 75 Tahun Pengabdian: Memori Kolektif Haji dalam Buku Pamungkas Ditjen PHU

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:48

Emas Menguat Didorong Data Pengangguran AS dan Prospek Pemangkasan Suku Bunga Fed

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:23

Bursa Eropa Tumbang Dihantam Data Ketenagakerjaan AS dan Kecemasan Global

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:01

Pembatasan Truk saat Nataru Bisa Picu Kenaikan Biaya Logistik

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:46

Dokter Tifa Kecewa Penyidik Perlihatkan Ijazah Jokowi cuma 10 Menit

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:35

Lompatan Cara Belajar

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:22

Jakarta Hasilkan Bahan Bakar Alternatif dari RDF Plant Rorotan

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:11

Dedi Mulyadi Larang Angkot di Puncak Beroperasi selama Nataru

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:48

Selengkapnya