Berita

Salim Kancil/net

Jaya Suprana

Kisah Duka Salim Kancil

JUMAT, 29 DESEMBER 2017 | 18:35 WIB | OLEH: JAYA SUPRANA

SALIM adalah seorang petani yang menolak pembangunan tambang pasir  di Desa Selok Awar Awar, Kecamatan Pasirian, Lumajang.

Pada suatu hari Sabtu tanggal 27 September 2015, Salim sempat dihajar massa di depan anak bungsunya, Dio, di halaman rumah mereka. Salim juga dikenal dengan julukan Kancil, kemudian tewas di hutan sengon dekat kuburan, tak jauh dari rumahnya.  

Dio yang baru berusia 13 tahun itu bercerita bahwa pada saat naas itu  di rumah hanya ada dia dan bapaknya. Sementara ibunya, Tijah, sedang mencari rumput di tegalan semak jauh dari rumah. Saat itu, kata Dio, bapaknya sedang mengeluarkan motor hendak pergi bersamanya untuk ikut demonstrasi menolak pembangunan tambang pasir.


Ketika itu, menurut Dio, sekitar pukul 07.30 WIB, rombongan sepeda motor menyerbu ke halaman rumahnya. Lebih dari 30 orang menghambur ke arah sang Bapak.

"Bapak diteriaki, dipukul. Tangannya dipegangi, dipukul pakai batu kepalanya," ujar Dio .  

Dio saat itu mengaku ketakutan lalu sembil menangis berlari ke arah samping menuju rumah pamannya. Dia berteriak memanggil pamannya untuk keluar.  Tapi, salah seorang preman kemudian meneriakinya agar tidak macam-macam.

"Kon ojo rame, tak pateni pisan (kamu jangan teriak, kubunuh sekalian)," kata Dio menirukan teriakan si preman.  

Dio mengaku hanya sanggup menangis melihat sang Bapak diikat tangannya ke belakang lalu diboyong dengan sepeda motor ke balai desa. Dio sempat mengejar hingga jalan raya sambil menangis sejadi-jadinya. Saat itu merupakan saat terakhir Dio melihat ayahnya dalam kondisi hidup.

Pergeseran Nilai

Tidak lama berselang kemudian,  terberitakan bahwa seorang pejabat tinggi sesumbar pernyataan ancaman tindakan kekerasan terhadap mereka yang berani menghambat pembangunan infra struktur yang sedang digelorakan di persada Nusantara awal abad XXI .

Terkesan bahwa berita tentang terbunuhnya Salim Kancil akibat menolak pembangunan tambang pasir di desa Selok Awar Awar terkait ancaman tersebut . Pada kesempatan lain, seorang pejabat tinggi bahkan lantang sesumbar siap membunuh dua ribu orang demi kepentingan sepuluh juta orang di wilayah kekuasaan dirinya.

Mirip sesumbar Hitler ketika bersemangat membantai kaum Yahudi atau sesumbar Stalin ketika berjaya memimpin Uni Sovyet. Akhir-akhir ini memang terasa gejala pergeseran nilai peradaban di tanah air udara kita tercinta ini. Apabila di masa lalu, Bung Hatta menggelorakan semangat ekonomi kerakyatan sementara Bung Karno mengumandangkan marhaeinisme  demi meletakkan harkat dan martabat rakyat di jenjang tertinggi kenegaraan ternyata di masa kini nilai kerakyatan dianggap anakronis alias ketinggalan zaman.

Dalam pembangunan, rakyat yang semula dijunjung tinggi sebagai subyek kini dianggap sekadar obyek bahkan penghambat pembangunan maka hukumnya wajib untuk digusur bahkan kalau perlu: dibunuh demi memuluskan derap laju pembangunan. Bahwa semangat pembangunan tak segan mengorbankan rakyat ternyata mulai merubah nilai peradaban adiluhur Nusantara membuat diri saya tidak berdaya apa pun kecuali merasa prihatin secara sangat mendalam di lubuk sanubari. [***]

Penulis adalah pendiri Sanggar Pembelajar Kemanusiaan.

Populer

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Bahlil: Jangan Uji NYali, Kita Nothing To Lose

Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:44

Bukan AI Tapi Non-Human

Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:43

Usai Dicopot Ketua Golkar Sumut, Ijeck Belum Komunikasi dengan Doli

Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:12

Exynos 2600 Dirilis, Chip Smartphone 2nm Pertama di Dunia

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:52

Akui Kecewa Dicopot dari Ketua DPD Golkar Sumut, Ijeck: Mau Apalagi? Kita Terima

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:42

Bahlil Sentil Senior Golkar: Jangan Terlalu Lama Merasa Jadi Ketua Umum

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:22

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Sekretaris Golkar Sumut Mundur, Ijeck Apresiasi Kesetiaan Kader

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:06

Dana Asing Banjiri RI Rp240 Miliar Selama Sepekan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:01

Garda Satu dan Pemkab Tangerang Luncurkan SPPG Tipar Raya Jambe

Sabtu, 20 Desember 2025 | 13:38

Selengkapnya