Nasaruddin Umar/Net
Nasaruddin Umar/Net
AKHIR-akhir ini muncul gaÂgasan standarisasi dan serÂtifikasi muballig. Gagasan ini muncul untuk menangÂgapi munculnya sejumlah muballig yang menyampaiÂkan tablig yang dinilai terÂlalu keras menyerang kelÂompok-kelompok tertentu yang tidak sesuai dengan harapan-harapan muballig. Mereka terkadang menyerang pemerintah dengan berbagai tuduÂhan, seperti pemerintahan Thagut atau zalim, pemerintahan yang korupsi, dan tidak sejalan dengan ajaran Islam. Tidak luput pula tokoh-tokoh umat Islam tertentu yang dinilai liberal, munafik, dan penjual aqidah umat. Masyarakat pun juga sering menjadi objek "marahan" denÂgan menuduhnya sebagai ahli bid’ah, khurafat, jumud, syinkretik, liberal, abangan, dll. BahÂkan ditengarai ada yang mengajak umat untuk melakukan pemberontakan terhadap nilai-nilai yang sudah mapan di dalam masyarakat, terÂmasuk meronrong dasar dan falsafah negara.
Muballig yang provokatif dan agitatif ditengaÂrai juga semakin marak, meskipun belum ada angka-angka penelitian yang lebih komperhenÂsif. Memang ada sejumlah survei yang dilakuÂkan sejumlah lembaga, seperti Setara Institut, The Wahid Institut, PPIM UIN Syarif HidayatulÂlah Jakarta, UIN Sunan Gunungjati BandÂung, The Nusa Institut, dan Litbang KementeÂrian Agama yang menunjukkan meningkatnya radikalisme dalam materi ceramah agama. NaÂmun survei-survei tersebut masih bersifat spoÂradis dan berskala terbatas, sehingga belum abasah digunakan sebagai kesimpulan untuk menggeneralisasi miballig secara umum, apalaÂgi dalam skala nasional. Terutama survei-survei menjelang Pemilukada DKI akhir-akhir ini sarat dengan berbagai sentimen dan nuansa politis. Jangan sampai hanya situasi sesaat melahirÂkan kebijakan permanen yang justru merugikan pengembangan umat itu sendiri.
Terlalu mudah menetapkan regulasi yang sifatnya "membatasi" muballig bisa menjadi kontra-produktif. Kita tidak ingin akhirnya para muballig secara umum menerima akibat yang disebabkan oleh segelintir orang. Jumlah mubÂallig dan umat Islam sangat belum mamadai, jika dibanding antara penceramah agama lain dengan umatnya. Kehadiran muballig yang cuÂkup sangat penting untuk menjangkau seluruh umat Islam yang tersebar di berbagai wilayah nusantara. Semakin mendalam pemahaman agama suatu umat semakin terhindar dari sikap-sikap radikal. Kedangkalan pemahaman ajaran agama justru lebih berpotensi untuk diÂmanfaatkan kelompok radikal untuk mempenÂgaruhi mereka.
Populer
Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21
Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58
Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37
Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10
Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29
Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12
UPDATE
Jumat, 19 Desember 2025 | 20:12
Jumat, 19 Desember 2025 | 20:10
Jumat, 19 Desember 2025 | 19:48
Jumat, 19 Desember 2025 | 19:29
Jumat, 19 Desember 2025 | 19:24
Jumat, 19 Desember 2025 | 19:15
Jumat, 19 Desember 2025 | 18:58
Jumat, 19 Desember 2025 | 18:52
Jumat, 19 Desember 2025 | 18:34
Jumat, 19 Desember 2025 | 18:33