Nasaruddin Umar/Net
Nasaruddin Umar/Net
SUATU ketika perang usai, tiba-tiba menyelinap seÂorang musuh mau memasuÂki wilayah kekuasaan prajurit muslim. Usama ibn Zaid ibn Haritsah yang dikenal Panglima Angkatan Perang Nabi yang muda usia memergoki dan mengejarnya. Musuh itu terjebak di sebuah tebing, sehingga tidak ada lagi jalan keluar. Mundur ada tebing dan di sampingnya ada jurang. Tiba-tiba saja musuh itu memekikkan dua kalimat syahaÂdat di depan Usamah. Kita tidak tahu apa makÂsud musuh bebuyutan ini bersyahadat. Usama ibn Zaid menafsirkan syahadat musuh ini hanya untuk mengeco pasukan muslim agar tidak memÂbunuhnya. Usama kemudian menghunus pedanÂgnya dan membunuh orang tersebut.
Salah seorang sahabat yang menyaksikan peristiwa ini melaporkan kepada Nabi bahwa Usama, sang Panglima Angkatan Perang, memÂbunuh orang yang sudah bersyahadat. MenangÂgapi laporan itu Nabi marah sekali hingga terlihat urat di dahinya melintang. Usamah dipanggil Nabi lalu ditanya kenapa membunuh orang yang sudah bersyahadat? Usamah menjawab hanya sebagai taktik, ia membawa senjata dan sewaktu-waktu bisa mencelakakan pasukan. Ia dibunuh karena diduga syahadatnya palsu. Mendengarkan seÂcara saksama alasan Usamah membunuh musuh yang sudah bersyahadat, maka Nabi mengeluarÂkan pendapat: Nahnu nahkum bi al-dhawahir, wa Allah yatawalla al-sarair (Kita hanya menghukum apa yang tampak, dan Allah Swt yang menghuÂkum apa yang tersimpan di hati orang).
Jawaban Nabi ini menunjukkan betapa tidak bolehnya memvonnis keyakinan dan kepercayaan orang lain. Jika orang secara formal mempersakÂsikan syahadatnya secara terbuka, maka kita tidak boleh lagi mengusiknya. Soal ada pelanggaran lain, nanti saja proses hukum formal yang akan menyeÂlesaikannya. Usamah pun saat itu memohon ampun kepada Rasullullah akan peristiwa itu dan Usama berjanji akan hati-hati jika menemui peristiwa yang sama terjadi di kemudian hari. Jika orang lain diekÂsekusi maka sesungguhnya yang turut korban ialah family terdekat orang itu. Bahkan keluarga yang berÂsangkutan bisa mengurung diri berbulan-bulan lanÂtaran tidak tahan menanggung rasa malu.
Populer
Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21
Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58
Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37
Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10
Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29
Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12
UPDATE
Jumat, 19 Desember 2025 | 20:12
Jumat, 19 Desember 2025 | 20:10
Jumat, 19 Desember 2025 | 19:48
Jumat, 19 Desember 2025 | 19:29
Jumat, 19 Desember 2025 | 19:24
Jumat, 19 Desember 2025 | 19:15
Jumat, 19 Desember 2025 | 18:58
Jumat, 19 Desember 2025 | 18:52
Jumat, 19 Desember 2025 | 18:34
Jumat, 19 Desember 2025 | 18:33