Berita

Jaya Suprana/Net

Jaya Suprana

Bersatu Kita Teguh

SELASA, 07 FEBRUARI 2017 | 21:37 WIB | OLEH: JAYA SUPRANA

WAJAR apabila menjelang pemilihan umum suasana sosio-politik memanas. Masing-masing kubu pendukung para calon yang bertarung memperebutkan suara rakyat bersemangat mendukung dukungan masing-masing. Seluruh tenaga jiwa-raga dikuras habis demi mati-matian menjunjung junjungan masing-masing dengan gelora semangat maju tak gentar ditambah dengan rawe-rawe-rantas malang-malang-putung.  

Dengan keyakinan "Right Or Wrong My Calon!" masing-masing kubu membabibutatuli memuja dukungan masing-masing dengan puja-puji surgawi seolah pujaan mereka adalah bukan lagi manusia namun sudah beralih rupa menjadi setengah dewa. Namun sayang ada pula yang sibuk menghujat lawan dengan hujat-hajit nerakawi seolah yang dihujat adalah bukan lagi manusia namun setengah iblis atau bahkan satu setengah iblis.

Menakjubkan adalah kreatifitas hujatan yang dihantamkan ke arah kubu lawan. Mulai dari caper, kuper, baper, ngeper, noper, loper, koper sampai aneka kata-kata berakhiran "per" lain-lainnya. Kalau perlu kreatif dan inovatif bikin istilah baru yang jangankan orang lain sementara yang membikinnya sendiri juga tidak terlalu mengerti apa maksudnya. Pokoknya kreatif! Fokus serangan hujatan juga tidak terbatas pada urusan misi dan visi atau program sang dihujat namun ke urusan pribadi yang sama sekali tidak ada urusan dengan pemilu. Pokoknya hujat! Kreatifitas hujatan juga makin ampuh apabila dilengkapi kreatifitas mencari-cari masalah pada diri sang dihujat yang potensial untuk dilaporkan ke KPK. Jika kebetulan sang dihujat masih terlalu muda untuk sempat melakukan korupsi maka yang diupayakan untuk dilaporkan ke KPK adalah sang orang tua sang dihujat. Apabila tidak ada perihal yang layak dilaporkan ke KPK maka kreatif direkayasalah fitnah korupsi demi merusak citra pihak lawan sampai kalau perlu tujuh turunan sampai ke anak-cucu mau pun nenek-moyang yang tak dikenal.


Media sosial yang memungkinkan penyebaran fitnah tanpa ketahuan penyebarnya menggantikan manfaat surat kaleng di zaman dahulu kala sebelum zaman teknologi internet, benar-benar siap dimanfaatkan untuk menyebar fitnah secara aman bak lempar batu sembunyi tangan. Di masa menjelang Pilkada 2017 makin terkesan bahwa Orde Reformasi keliru menafsirkan demokrasi yang seharusnya anugerah kebebasan menyampaikan pendapat menjadi kutukan kebebasan menyampaikan hujatan.

Sukma demokrasi sejati senantiasa siap didayagunakan sebagai pedoman sikap dan perilaku sosial beradab yaitu saling mengerti, saling menghargai dan saling menghormati pada kenyataan ternyata diseleweng-gunakan menjadi pedoman sepak terjang asosial biadab yaitu saling mencurigai, saling menghujat serta saling memfitnah. Sukma demokrasi yang sebenarnya bersifat konstruktif disalahgunakan menjadi destruktif! Di tengah kemelut keprihatinan masih terbesit sepercik harapan bahwa Insya Allah suasana destruktif di masa kini mengingatkan kita semua ke suasana divide et empera yang dihadirkan oleh kaum penjajah demi memecah-belah dan menguasai  Nusantara di masa lalu, mampu menyadarkan kita semua untuk berhenti saling mencurigai, saling menghujat dan saling memfitnah.

Marilah kita kembali ke fitrah keyakinan bahwa Bersatu Kita Teguh! Marilah kita kembali ke sukma positif dan konstruktif demokrasi yaitu saling mengerti, saling menghargai dan saling menghormati demi bersatupadu dalam mengejawantahkan Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil serta Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan dan Perwakilan, serta Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia sebagai bekal perjuangan bersama mencapai cita-cita terluhur bangsa Indonesia yaitu Masyarakat Adil dan Makmur. MERDEKA! [***]  

Penulis mendambakan persatuan Indonesia


Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Kuasa Hukum: Nadiem Makarim Tidak Terima Sepeserpun

Minggu, 21 Desember 2025 | 22:09

China-AS Intervensi Konflik Kamboja-Thailand

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:51

Prabowo Setuju Terbitkan PP agar Perpol 10/2025 Tidak Melebar

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:35

Kejagung Tegaskan Tidak Ada Ruang bagi Pelanggar Hukum

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:12

Kapolri Komitmen Hadirkan Layanan Terbaik selama Nataru

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:54

Kasus WN China Vs TNI Ketapang Butuh Atensi Prabowo

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:25

Dino Patti Djalal Kritik Kinerja Menlu Sugiono Selama Setahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:45

Alarm-Alam dan Kekacauan Sistemik

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:39

Musyawarah Kubro Alim Ulama NU Sepakati MLB

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:09

Kepala BRIN Tinjau Korban Bencana di Aceh Tamiang

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:00

Selengkapnya