Nasaruddin Umar/Net
Nasaruddin Umar/Net
JIKA dicermati, kitab suci paling banyak membahas toleransi dan pluralisme ialah Al-Qur’an. Sepertinya Al-Qur’an penuh percaya diri dan sekaligus mendeÂklarasikan dirinya sebagai agama terbuka untuk berbÂagai paham dan pemikiran. Mungkin itulah hikmah Al- Qur'an sebagai kitab suci akhir zaman yang bersedia berdialog dengan tuntutan zamannya. Jika Al-Qur'an sudah membuka diri sedemikiÂan lebar terhadap perbedaan dan pluralitas, maka semestinya umatnya juga menempuh sikap yang sama: terbuka dan penuh kelapanÂgan dada menerima pluralitas dan heterogeniÂtas masyarakat.
Di antara dalal-dalil agama yang penting unÂtuk dicerna ialah sebagai berikut: "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang deÂmikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui" (Q.S. al- Rum/30: 22). Ayat lain dikatakan: Lakum dinuÂkum wa liyadin (Untukmu agamamu dan unÂtukku agamaku). Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaÂya kamu saling kenal mengenal. SesungguhÂnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. (Q.S. A-Hujurat/49:13). Dalam ayat lain ditegaskan lagi: Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakÂah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman seÂmuanya? (Q.S. Yunus/10:99). Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepaÂda orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memÂberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki- Nya, (Q.S. al-Qashash/28:56).
Pluralisme dalam pandangan ulama tasawuf juga mencerminkan nama-nama indah Tuhan (al-Asma' al-husna'). Dalam 99 nama di dalamÂnya terdapat sejumlah nama-namanya yang berbeda satu sama lain. Di antara nama-nama tersebut ada yang kontradiktif satu sama lain. Ada Yang Maha Awal (al-Awwal) tetapi ada Yang Maha Akhir (al-Akhir), ada Yang Maha Dhair (al-Dhahir), ada Yang maha MenghidupÂkan (al-Hayy) dan ada Yang Maha Mematikan (al-Mumit). Ada Yang Maha Pemberi Petunjuk (al-Hadi) dan ada Yang Maha Membingunkan (al-Mudhil), dan ada Yang Maha Lahiria (al-DhaÂhir) dan ada Yang Maha Mematikan (al-Mumit), dan seterusnya. Makhluknya juga berbed-beda satu sama lain. Meskipun berbeda-beda tetapi keseluruhan nama-nama tersebut tetap di bawah bingkai Lafz al-Jalalah, ALLAH. Dalam kehidupan kita di level bawah juga ada BhinÂneka Tunggal Ika yang maknanya menyerupai konsep Al-Asma’ al-Husna.
Populer
Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21
Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58
Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37
Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10
Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29
Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12
UPDATE
Jumat, 19 Desember 2025 | 20:12
Jumat, 19 Desember 2025 | 20:10
Jumat, 19 Desember 2025 | 19:48
Jumat, 19 Desember 2025 | 19:29
Jumat, 19 Desember 2025 | 19:24
Jumat, 19 Desember 2025 | 19:15
Jumat, 19 Desember 2025 | 18:58
Jumat, 19 Desember 2025 | 18:52
Jumat, 19 Desember 2025 | 18:34
Jumat, 19 Desember 2025 | 18:33