Berita

Jaya Suprana/Net

Politik

Sistem Pilpres Nan Membingungkan

SENIN, 14 NOVEMBER 2016 | 08:14 WIB | OLEH: JAYA SUPRANA

AMERIKASerikat memang negara yang terbuka bagi segala kemungkinan. Termasuk kemungkinan membuat sistem pilpres nan membingungkan. Di dalam pilpres 2016, Hillary Clinton memperoleh suara rakyat lebih banyak ketimbang Donald Trump namun ternyata yang dinyatakan menang adalah Donald Trump! Sebagai warga Indonesia yang sudah terbiasa sistem satu insan, satu suara jelas sistem rumit pilpres AS itu membingungkan.

Rupanya sistem pemilihan presiden Amerika Serikat memang direkayasa sedemikian rupa sehingga pemilih tidak bisa secara langsung memilih presiden mereka. Sistem pilpres Amerika Serikat ternyata sistem distrik dimana satuan daerah pemilih adalah negara bagian yang disebut sebagai Sistem Electoral College. Meski ada istilah College di situ, namun sama sekali tidak ada hubungannya dengan sistem pendidikan.

Jadi sebenarnya warga Amerika Serikat merujuk anggota Electoral College, sebagai lembaga pemilih presiden. Sistem Electoral College menetapkan bahwa setiap orang yang dipilih dewan pimpinan partai di tingkat negara bagian yang menjadi perwakilan daerahnya untuk memberikan hak suara memilih presiden. Electoral college yang memiliki electoral votes (suara pemilu) tersebar di 50 negara bagian plus Washington, DC. Untuk memenangi pemilu, seorang calon presiden Amerika harus mendapatkan minimal 270 dari 538 electoral votes yang ada.


Setiap negara bagian memiliki jatah electoral votes yang berbeda.  Jatah ini ditentukan oleh banyaknya alokasi kursi Senat dan DPR yang dimiliki tiap-tiap negara bagian. Sedangkan alokasi kursi Senat dan DPR ini ditentukan oleh populasi penduduk. Oleh karena itu negara bagian dengan jumlah electoral votes besar menjadi bidikan para kandidat. Data Real Clear Politics menyebut jumlah electoral votes terbanyak berada di California (55), Texas (38), Florida (29), dan New York (29).

Dalam sejarah Amerika sudah pernah terjadi di mana beberapa anggota Electoral College berkhianat pada calon partainya. Jika tetap seri, kemenangan akan ditentukan oleh para anggota House of Representatives yang akan memutuskan siapa berhak dinobatkan menjadi presiden AS. Sedang wakil presiden ditentukan oleh Senat.

Pilpres Amerika Serikat berulang kali menunjukan hasil berbeda dengan jumlah suara pemilih. Al Gore pada pilpres tahun 2000 berhasil unggul dengan lebih dari 500 ribu perolehan suara rakyat. Tapi George W Bush yang terpilih menjadi presiden Amerika Serikat karena berhasil meraih 271 electoral college sementara Al Gore hanya 266 electoral. Sistem perhitungan suara peninggalan abad ke-18 ini kala itu direkayasa demi memenangkan seorang presiden yang sebenarnya kalah dalam perolehan suara rakyat.

Berulang kali, sistem membingungkan terkesan banci itu diusulkan untuk diperbaiki oleh parlemen AS, namun ditolak oleh kelompok politisi yang merasa diuntungkan oleh sistem membingungkan tersebut.

Dengan sistem yang sengaja direkayasa sedemikian rumit maka membingungkan itu, dapat dimengerti kenapa begitu banyak rakyat AS merasa tidak puas lalu turun ke jalan demi protes keras terhadap kemenangan Donald Trump yang memang sebenarnya memperoleh suara rakyat lebih sedikit ketimbang Hillary Clinton. Memang sebenarnya Trump bukan pilihan rakyat, namun pilihan negara bagian.

Terlepas dari pro kontra terhadap sistem satu insan, satu suara, saya pribadi merasa sistem pilpres di Indonesia lebih jernih, transparan maka adil ketimbang sistem pilpres di Amerika Serikat. [***]

Penulis adalah pembelajar sistem politik mancanegara

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

UPDATE

Program Belanja Dikebut, Pemerintah Kejar Transaksi Rp110 Triliun

Sabtu, 27 Desember 2025 | 08:07

OJK Ingatkan Risiko Tinggi di Asuransi Kredit

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:48

Australia Dukung Serangan Udara AS terhadap ISIS di Nigeria

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:32

Libur Natal Pangkas Hari Perdagangan, Nilai Transaksi BEI Turun Tajam

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:17

Israel Pecat Tentara Cadangan yang Tabrak Warga Palestina saat Shalat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:03

Barzakh itu Indah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:38

Wagub Babel Hellyana seperti Sendirian

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:21

Banjir Cirebon Cermin Politik Infrastruktur Nasional Rapuh

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:13

Jokowi sedang Balas Dendam terhadap Roy Suryo Cs

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:06

Komdigi Ajak Warga Perkuat Literasi Data Pribadi

Sabtu, 27 Desember 2025 | 05:47

Selengkapnya