Berita

Donald Trump/Net

Jaya Suprana

Donald Trump

SABTU, 12 NOVEMBER 2016 | 09:44 WIB | OLEH: JAYA SUPRANA

Sebenarnya saya lebih kenal Donald Duck ketimbang Donald Trump. Namun akhir-akhir ini popularitas Donald Trump memang mengungguli Donald Duck! Seluruh dunia termasuk Indonesia sibuk mempergunjingkan Donald Trump. Bahkan segenap media massa di Indonesia meletakkan berita tentang Donald Trump menang pilpres nun jauh di Amerika Serikat sebagai berita utama menggeser berita penistaan agama.

Mayoritas menyambut kepresidenan Donald Trump nun jauh di AS secara negatif sebab di Indonesia Trump terlanjur dikenal sebagai tokoh bengis yang fasis, rasis bahkan anti Islam. Indonesia menyambut Presiden Trump dengan rasa kuatir, cemas bahkan takut.

Secara emosional, masyarakat Indonesia menyambut kepresidenan Trump beda bahkan bertolak belakang dengan ketika dahulu menyambut kepresidenan Obama . Ketika Obama diumumkan menang pilpres AS, langsung Indonesia euforia gegap-gempita sorak-sorai gembira, penuh harapan bahkan bangga karena Obama sempat sekolah di Jakarta dan memperoleh anugerah penghargaan Nobel untuk perdamaian meski sama sekali belum berbuat untuk perdamaian apalagi perdamaian dunia. Apalagi ketika Obama setelah dilantik resmi menjadi presiden kemudian merencanakan kunjungan ke Indonesia. Langsung masyarakat Jakarta ingin mendirikan patung Obama di tengah kota Jakarta seolah dia pahlawan nasional Indonesia minimal Jakarta. Ada yang langsung bikin film tentang masa kanak-kanak Obama di Jakarta.


Saya pribadi bahkan tidak mau ketinggalan menghadiri orasi Obama di Universitas Indonesia sambil tidak lupa beli kaos oblong berwajah Obama demi membuktikan kecintaan saya terhadap Obama. Dan tentu saja saya tidak menyia-nyiakan undangan menghadiri acara makan malam di Istana Negara bersama Obama meski saya duduk nun jauh dari meja makan Presiden USA dan Presiden Indonesia.

Pendek kata saya pribadi tidak mau ketinggalan ikut bergabung di barisan masyarakat Indonesia yang sangat mengharapkan Obama berkenan berbuat banyak terhadap Indonesia sebagai bukan Tanah Air tetapi Tanah Sekolah di mana Obama sempat bersekolah di masa kanak-kanak.

Namun ternyata Obama sama saja dengan kaum politisi Indonesia yang senantiasa menderita amnesia janji setelah duduk di tahta kekuasaan. Pertama Obama mengingkari janji untuk mengurangi serdadu Amerika Serikat yang berkeliaran di luar Amerika Serikat dengan malah meningkatkan jumlah TNAS (Tentara Nasional Amerika Serikat) yang dipaksa bertugas nun jauh di Afghanistan. Secara terang-terangan AS juga intervensi atau minimal profokasi langsung di perang saudara di Irak, Suriah, Yemen dan entah mana lagi.

Seharusnya Nobel mencabut anugerah perdamaian untuk Obama yang terbukti alih-laih melawan mah mendukung kebijakan agresi militer AS di mancanegara. Obama juga mendukung agresi ekonomi AS terhadap dunia! Terbukti Obama tidak cukup kuat untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah AS akibat sistem kepemerintahan bahkan kenegaraan yang sudah terlalu mapan sehingga presiden AS seolah hanya boneka yang diatur bahkan dikendalikan oleh sistem kepemerintahan dan kenegaraan yang sudah terlanjur dikuasai pihak-pihak tertentu yang tidak sudi melepas kekuasaan atas kendali pemerintah, negara dan bangsa Amerika Serikat.

Mungkin aparat kepemerintahan AS kebetulan tidak menganggap Indonesia cukup penting untuk diperhatikan di dalam kemelut persaingan kekuasaan planet bumi maka Obama juga merasa tidak perlu berbuat banyak untuk Indonesia.

Maka sementara harapan positif kita terhadap Obama terbukti terkecewakan maka kita tidak perlu cemas, kuatir, takut terhadap sesumbar Trump di masa kampanye kepresidenan dirinya. Silakan Trump sesumbar fasis, rasis dan anti Islam, namun pasti setelah menjadi presiden Trump juga akan menderita amnesia maka lupa segala sesumbar janji-janji dirinya di masa kampanye.

Pasti Trump setelah menjadi presiden AS akan lupa maka ingkar janji-janji kampanye kepresidenan dirinya. Andaikata pun, ternyata nanti Presiden Donald Trump berani mengancam kedaulatan Indonesia, maka rakyat Indonesia pasti akan bersatupadu dalam gigih membela dan mempertahankan kedaulatan bangsa, negara dan rakyat Indonesia.  MERDEKA! [***]

Penulis adalah rakyat Indonesia yang akan melawan pelanggar kedaulatan Indonesia

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Perbankan Nasional Didorong Lebih Sehat dan Tangguh di 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:06

Paus Leo XIV Panggil Kardinal di Seluruh Dunia ke Vatikan

Senin, 22 Desember 2025 | 08:00

Implementasi KHL dalam Perspektif Konstitusi: Sinergi Pekerja, Pengusaha, dan Negara

Senin, 22 Desember 2025 | 07:45

FLPP Pecah Rekor, Ribuan MBR Miliki Rumah

Senin, 22 Desember 2025 | 07:24

Jaksa Yadyn Soal Tarik Jaksa dari KPK: Fitnah!

Senin, 22 Desember 2025 | 07:15

Sanad Tarekat PUI

Senin, 22 Desember 2025 | 07:10

Kemenkop–DJP Bangun Ekosistem Data untuk Percepatan Digitalisasi Koperasi

Senin, 22 Desember 2025 | 07:00

FDII 2025 Angkat Kisah Rempah Kenang Kejayaan Nusantara

Senin, 22 Desember 2025 | 06:56

Polemik Homebase Dosen di Indonesia

Senin, 22 Desember 2025 | 06:30

KKP Bidik 35 Titik Pesisir Indonesia Buat KNMP Tahap Dua

Senin, 22 Desember 2025 | 05:59

Selengkapnya