Nasaruddin Umar/Net
Nasaruddin Umar/Net
Sebenarnya bagian dalam Ka’bah tida ada apa-apa. Hanya ada sebuah meja kecil setingÂgi lutut tempat duduk lampu rechargable untuk menerangi ruangan gelap. Di dalamnya tidak ada AC atau kipas angin. Lubang udara satu-satunya ialah pintunya kalau sedang dibuka. Tidak ada barang antik, tidak ada lukisan atau ukiran, tidak ada kesan mewah di dalamnya. Justru di tengah kehampaan, tidak ada apa-apa kecuali ruang kosong, membuat diri kita semakin merinding. Di dalam Ka'bah kita bisa shalat ke arah semua penjuru mata angin. Kita bisa shalat menghadap ke sekeliling tembok, Di sinilah keagungan Ka’bah, di tengah kekoÂsongannya kita diajak untuk mengosongkan diri seperti kosongnya bagian dalam Ka'bah. Tidak ada sedikitpun kesan mewah di dalamnya memesankan betapa perlunya menghilangkan segenap kesan kemewahan duniawi saat kita menghadap ke haribaan Allah Swt. Sekiranya ada benda sakral atau benda-benda lain yang bisa menjadi perhatian menarik para pengunÂjung, maka sudah barang tentu akan mengÂganggu kekhusyukan orang di dalamnya. Pasti orang-orang akan terdekonsentrasi terhadap bagunan atau benda-benda itu.
Sebagaimana disinggung dalam artikel terÂdahulu bahwa Ka’bah pertama kali dibangun atas permintaan Adam dan Hawa ketika kedÂuanya baru saja diturunkan di bumi penderitaan dari syurga kenikmatan, sebagai akibat pelangÂgaran perintah Allah, mendekati buah terlarang. Ka’bah dibangun sebagai miniatur Baitul MakÂmur, dan Baitul makmur sendiri juga merupakan miniatur ’Arasy, istana Tuhan. Ka’bah dibangun di Mekkah oleh malaikat atas perintah Tuhan untuk memenuhi permohonan Adam dan Hawa agar dibangunkan rumah pertobatan di bumi. Adam dan Hawa mengenal fungsi rumah perÂtobatan ketika keduanya bersama-sama para malaikat melakukan thawaf di Baitul Makmur. Seperti kita ketahui, para malaikat pernah meraÂsa berjarak dengan Tuhan ketika mempertanÂyakan kebijakan Tuhan tentang rencana penÂciptaan manusia dalam Q.S. al-Baqarah/2:30: "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di muka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiaÂsa bertasbih dengan memuji Engkau dan menÂsucikan-Mu?" Tuhan berfirman"Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu keÂtahui". Menanggapi bahasa Tuhan seperti itu, maka para malaikat menyesali kelancangannya mempertanyakan kebijakan Tuhan, lalu mereka berthawaf mengelilingi Arasy, istana Tuhan, seÂlama berhari-hari sambil menangis menyadari kelancangannya. Pada satu hari Tuhan meÂnyapa malaikat dan mereka diminta untuk pinÂdah di Baitul Makmur, miniatur ’Arasy, dibangun di bawah Arasy. Di situlah nenek moyang kita Adam dan Hawa ikut berthawaf bersama malaiÂkat dan jin. ***
Populer
Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21
Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58
Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37
Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10
Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29
Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12
UPDATE
Jumat, 19 Desember 2025 | 20:12
Jumat, 19 Desember 2025 | 20:10
Jumat, 19 Desember 2025 | 19:48
Jumat, 19 Desember 2025 | 19:29
Jumat, 19 Desember 2025 | 19:24
Jumat, 19 Desember 2025 | 19:15
Jumat, 19 Desember 2025 | 18:58
Jumat, 19 Desember 2025 | 18:52
Jumat, 19 Desember 2025 | 18:34
Jumat, 19 Desember 2025 | 18:33