nasaruddin umar:net
nasaruddin umar:net
MENCINTAI tamu adalah tradisi para Nabi. Mencintai tamu mempunyai efek sigÂnifikan untuk menenangkan jiwa. Memberi sesuatu kepada orang lain, khususnya kepada tamu, walau hanya seteguk air, nilainya sanÂgat tinggi di mata Allah Swt. Contohnya, Nabi Ibrahim tidak mau makan sendirian. Jika tidak ada tamu yang menemaninya ia pergi ke pasar mencari orang yang mau diajak makan bersama. Nabi Muhammad Saw menegaskan dan sekaligus mencontohkan dirinya sebagai orang yang sanÂgat mencintai tamu, tanpa membedakan jenis kelamin, etnik, dan agama. Bagi umat Islam memuliakan tamu sudah merupakan suatu keÂharusana, sebagaimana ditegaskan Rasulullah: "Akrim al-dhaif walau kana kafiran" (muliakanÂlah tamunya walaupun ia seorang kafir). Dalam kitab-kitab Hadis ditemukan suatu bab khusus tentang kemuliaan tamu (takrim al-dhaif).
Nabi Muhammad Saw juga pernah kedatangan tamu non-muslim berjumlah 60 orang, 14 orang di antaranya dari kelompok Kristen Najran. Rombongan tamu dipimpin oleh Abdul Masih. Rombongan ini diterima di Mesjid denÂgan penuh persahabatan. Bahkan menurut MuÂhammad ibn Ja’far ibn al-Zubair, sebagaimana dikutip Abdul Muqsith dalam kitab "Al-Shirat al-Nabawiyyah", karya Ibn Hisyam, Juz II, h. 426-428, ketika waktu kebaktian tiba, maka rombonÂgan tamu Rasulullah ini melakukan kebaktian di dalam mesjid dengan menghadap ke arah timur. Ia tidak membeda-bedakan tamu berÂdasarkan kelas dan status sosial. Semua tamuÂnya bukan hanya dihargai tetapi dicintai.
Nabi Muhammad Saw menerima seorang tamu laki-laki Arab pegunungan, kira-kira semi primitif. Tiba-tiba tamu ini beranjak kesudut mesjid lalu kencing berdiri di situ. Terang saja para saÂhabat marah dan bermaksud memukulnya. Akan tetapi Nabi menahannya dan memerintahkan agar kencingnya ditimbun dengan pasir. BahÂkan pernah suatu ketika Nabi menerima tamu tak diundang, seorang yang sudah lama dicari-cari masyarakat karena terkenal sebagai tukang onar. Salahseorang sahabat menghunus pedÂang untuk membunuh orang tersebut, namun ditahan oleh Nabi dan mengatakan, biarkan kita dengankan apa maksud kedatangannya di sini. Sang tamu menyadari kalau dirinya itu seorang penjahat dan telah melakukan berbagai macam dosa dan maksiyat. Ia menjelaskan tujuannya datang menjumpai Nabi, siapa tahu di masa laluÂnya pernah mengerjakan suatu kebaikan maka ia akan menghibahkan kebaikan itu kepada orang yang ditunjuk Nabi. Semua sahabat yang hadir di mesjid tertekun mendengarkan penjelasan itu. Akhirnya kasus ini menyebabkan turunlah ayat: "Innal hasanat yudzhibna al-sayyi’at" (SesungÂguhnya amal kebajikan itu menghapuskan dosa-dosa/perbuatan buruk/Q.S. Hud/11:114).
Populer
Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21
Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58
Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37
Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10
Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29
Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12
UPDATE
Jumat, 19 Desember 2025 | 20:12
Jumat, 19 Desember 2025 | 20:10
Jumat, 19 Desember 2025 | 19:48
Jumat, 19 Desember 2025 | 19:29
Jumat, 19 Desember 2025 | 19:24
Jumat, 19 Desember 2025 | 19:15
Jumat, 19 Desember 2025 | 18:58
Jumat, 19 Desember 2025 | 18:52
Jumat, 19 Desember 2025 | 18:34
Jumat, 19 Desember 2025 | 18:33