Partai Golkar tidak terpengaruh dengan berbagai hasil survei yang memperlihatkan elektabilitas Aburizal Bakrie (Ical) masih kalah dibanding capres lainnya.
Kader Partai Golkar akan memanfaatkan waktu yang ada untuk terus meningkatkan elektabilitas capres Partai Golkar tersebut.
“Kami akan berusaha tingkatkan elektabilitas Pak Aburizal agar melebihi elektabilitas partai dan capres-capres lainnya,†kata Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar, Fadel Muhammad kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.
Seperti diketahui, Hasil survei Lembaga Klimatologi Politik (LKP) menunjukkan elektabilitas Aburizal Bakrie hanya sebesar 19,6 persen dari 1.070 responden yang disurvei pada 1-10 November 2013 dengan metode wawancara yang dipandu kuesioner dengan tingkat kepercayaan 95 persen dan margin error plus minus 3 persen.
Fadel Muhammad mengaku kaget dengan hasil survei terakhir yang dikeluarkan Minggu, (17/11).
â€Semua media massa memuatnya. Kami bertanya, masak elektabilitas Pak ARB dianggap mandek,’’ ujarnya.
Berikut kutipan selengkapnya:Anda meragukannya?Perasaan saya tidak seperti hasil survei itu kondisinya. Mungkin tergantung siapa yang buat survei mengenai apa yang dibuat dan siapa yang dilihat.
Apa elektabilitas Icalm jeblok gara-gara JK?Tidak kok.
Elektabilitas JK tetap tinggi, maka ditawari PKB menjadi capres, ini bagaimana?Sampai saat ini belum ada kepastian itu. Sebab, beliau (JK) belum menjawab tawaran itu. Saya rasa, beliau yang pernah memimpin Partai Golkar tetap bijak dan menjadi Golkar sejati.
Bukankah elektabilitas Anda juga tinggi, kenapa nggak nyapres saja?Walau dalam survei itu elektabilitas saya cukup tinggi. Tapi tidak punya keinginkan jadi presiden. Begitu juga mengenai calon ketua umum Partai Golkar.
Kenapa begitu, bukankah sudah ada dukungan dari pengurus daerah?Memang ada beberapa pengurus daerah Partai Golkar yang sampaikan kepada saya mengenai itu. Tapi saya bilang jangan dulu karena belum waktunya.
Saya takut akan rancu nanti. Sebab kalau partai tidak solid, pasti tidak akan menang pemilu. Maka soliditas itu penting, apalagi menjelang Pileg dan pilpres 2014.
Kalau Golkar menang, kan lebih percaya diri dan yakin mencalonkan Pak ARB. Kalau kalah, saya khawatir keyakinan keberanian itu memudar atau menurun.
Apa mungkin ARB mengambil cawapres dari internal?Saya kira ini sulit terjadi karena ARB sudah jauh melangkah sebagai capres. Lagi pula kalau ingin menang dalam Pilpres, tentu perlu dukungan dari kekuatan luar.
Siapa yang dibidik dari luar?Tentu ada orangnya. Golkar kan terdiri dari faksi-faksi. Tiap faksi mengajukan jago mereka untuk dampingi ketua umum, itu sah-sah saja.
Siapa saja yang diusulkan?Misalnya, Jawa Timur menginginkan Pak Sukarwo menjadi cawapres. Ada juga yang inginkan Pak Ginanjar Kartasasmita. Ada juga mengusulkan Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Bahkan saya ditanya, kenapa dari Indonesia wilayah timur tidak dorong seperti Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo. Semua itu saya nilai sebagai pikiran berkembang dari daerah yang harus ditampung. Mereka itu yang diusulkan sebagai pendamping Pak ARB dalam Pilpres 2014.
Apa diputuskan nanti dalam Rapimnas?Mungkin yang dibicarakan mengenai kriterianya. Kalau ada dari daerah usulkan nama ya silakan saja. Namanya juga aspirasi.
Tapi saya pernah bicara dengan Pak ARB agar jangan dulu diputuskan mengenai cawapres dalam Rapimnas Golkar.
Kenapa?Saya beranggapan cawapres untuk Pak ARB itu diumumkan setelah pemilihan legislatif (pileg). Supaya tahu persis peta politik Partai Golkar dengan partai lain. Memang sebelumnya ada pendapat di internal yang ingin mengumumkan cawapres dalam Rapimnas supaya ada waktu yang panjang untuk sosialisasi. Tapi ada yang berpendapat menunggu hasil pileg.
Ada yang memprediksi Rapimnas Partai Golkar akan panas, apa benar?Memang menjelang Rapimnas Golkar muncul isu menarik yang menjadi pembicaraan.
Padahal isu utama kami pemenangan dalam Pileg dan Pilpres. Tapi kami tidak bisa menghindari muncul isu-isu lainnya. Itulah resiko dari partai besar.
Apa ada pembahasan mengenai evaluasi pencapresan ARB?Tidak ada. Semua orang sudah tahu, tidak ada lagi pembahasan mengenai itu. Sudah menjadi keputusan kami, capres yang kami usung adalah Pak ARB.
O ya, perebutan kursi Golkar-1 sudah mulai memanas, ini bagaimana?Untuk Golkar-1 (ketua umum) saya rasa jangan bicarakan sekarang. Itu tidak baik.
Sebab, belum waktunya. Kalau dibicarakan sekarang akan membuat perpecahan.
Sekarang ini kami perlu solid untuk pemenangan Golkar dalam pileg dan pilpres.
Setelah itu nanti dibicarakan kursi Golkar-1.
Ada yang minta dipercepat?Memang ada yang minta Munas dipercepat.
Apa tidak berbenturan dengan AD/ART yang menyatakan Munas dilakukan 5 tahun sekali?Ada yang bilang seharusnya sesuai dengan AD/ART bahwa Munas lima tahun sekali. Tapi zamannya Pak Akbar Tanjung pernah lewat juga kok, bahkan setahun lebih. Tapi keputusan Munas kan tertinggi.
Kalau sudah diputuskan Munas diselenggarakan Januari 2015, maka harus kita hormati. ***