Gugatan terhadap film Soekarno hendaknya dihentikan. Sebab, film tersebut dibuat berdasarkan niat baik.
“Saya kira nggak perlu digugat, karena kan Bung Karno milik rakyat. Mestinya kita hargai niat baik itu,†kata putri Soekarno, Sukmawati Soekarnoputri kepada Rakyat Merdeka, yang dihubungi via telepon, kemarin.
Seperti diketahui, putri Soekarno lainnya, Rachmawati Soekarnoputri menggugat Raam Punjabi mengenai film Soekarno. Bahkan melalui pengacaranya menyatakan akan menggugat bioskop manapun yang menayangkan film tersebut.
Sukmawati selanjutnya mengatakan, gugatan ke bioskop terlalu berlebihan dan kontra produktif.
“Kalau sampai bioskop digugat itu kejauhan. Kita lihat dulu apakah jalan ceritanya menjelekkan Bung Karno atau tidak,†paparnya.
Berikut kutipan selengkapnya:Kenapa Rachmawati menggugat kalau begitu?Saya nggak tahu. Kalau menurut saya nggak perlu digugat. Buat apa. Saya tidak tahu apakah sebelumnya ada kerja sama dengan Bu Rachma. Masalah dengan Bu Rachma sudah selesai atau belum kan saya belum tahu juga.
Apa Anda sudah tahu jalan cerita film itu?Kita tunggu saja nanti. Yang jelas siapa pun yang terinspirasi dengan Soekarno boleh-boleh saja membuat film. Asalkan ceritanya benar. Kalau nggak benar, saya juga akan protes.
Apakah gugatan Rachmawati itu keputusan keluarga Bung Karno?Tidak. Itu keputusan Bu Rachma sendiri. Saya nggak tahu urusan gugatan dengan pembuat film Soekarno itu. Saya nggak tahu kenapa sampai Bu Rachma marah, sehingga menggugat.
Isunya karakter yang memerankan Soekarno kurang pas?Mungkin begitu. Menurut Bu Rachma mungkin Anjasmara itu lebih tepat. Tapi pandangan orang lain kan lain juga. Perlu diketahui bahwa figur atau sosok yang mirip dengan Soekarno cukup sulit.
Bagi Anda tidak masalah, siapa pun yang memerankannya?Ya. Saya kira oke saja. Kalau memang ingin yang sempurna tentu perlu diadakan kompetisi mirip Bung Karno, ha-ha-ha.
Kalau Aryo Bimo yang memerankan Soekarno, ini bagaimana?Kalau saya menilai Aryo Bimo tubuhnya terlalu gagah untuk Bung Karno di zaman itu.
Memang seharusnya bagaimana?Bung Karno di zaman itu kan penuh duka derita. Mestinya jangan gagah juga seperti Aryo. Justru Aryo dikurusin dulu badannya, ha-ha-ha.
Apa ada keharusan melibatkan keluarga Soekarno dalam pembuatan buku, film atau lainnya?Kalau ada orang terinspirasi membuat film, sebuah cerita lengkap dan panjang terkait orang tua kami. Maka sebagai suatu etika untuk kulonuwun (permisi) dengan keluarga Soekarno. Kami mengharapkan untuk membuat film Soekarno yang tidak mudah itu perlu ada riset mendalam agar tidak salah.
Baiknya tidak tergesa-gesa, tapi kan produser itu kan karakternya beda-beda. Sutradara juga ada ketidaktelitian.
Ketidaktelitian Hanung Bramantyo di mana?Kenapa sosok Soekarno gagah benar. Artinya ada visi ketidakjelian Hanung. Kalau konteksnya sejarah kan harus disesuaikan dengan baik.
Ada adegan pidato Soekarno menampilkan bendera PNI, Anda tidak marah?Ngapain marah. Saya justru senang kalau bendera partai saya masuk layar lebar, he-he-he.
Tapi kan memang Bung Karno adalah tokoh PNI. Partai itu jadi alat perjuangan di zaman itu.
Apa Hanung atau poduser permisi ke semua keluarga Soekarno, termasuk Anda?Nggak. Tapi bagi saya nggak ada masalah.
Apa penilaian Anda mengenai sosok Bung Karno yang difilmkan?Bagus juga dibuat film Bung Karno karena itu bisa dijadikan referensi. Contoh bagi banyak orang, khususnya sebagai seorang politisi dengan politik mulianya.
Sekarang ini banyak politik kotor. Tapi jangan dihantam kromo bahwa politik itu kotor.
Ada politik yang mulia dan bagus. Salah satunya dengan melihat jejak politik Soekarno ini.
Apa dengan film masyarakat. Lebih mudah mencerna sejarah ketimbang melalui buku?Saya menilai secara visual kan lebih mudah dicerna. Kemendikbud juga buat film Soekarno, bahkan pemerannya Baim Wong. Saya sih silakan saja. Baim juga akan berusaha sebaik mungkin memerankan sebagai Soekarno.
Saya berharap diceritakan melalui layar lebar berdasarkan fakta sejarah yang bena. Bukan malah menjelekkan Soekarno. Semoga para aktor itu bisa membawakan atau memerankan sosok Bung Karno dengan baik.
Kabarnya Anda juga buat film Soekarno berjudul: Ketika Bung di Ende ?Memang membuat film Soekarno ini menjadi obsesi saya. Ingin membuat film yang menceritakan perjalanan dan perjuangan ayah saya.
Rupanya di beberapa pihak memiliki keinginan yang sama dengan saya. Maka saya kira bagus-bagus saja kalau ada yang terinspirasi dan serius mengangkat tentang Soekarno ke layar lebar, melalui buku atau lainnya. Asalkan jangan sampai ceritanya ngaco dan bukan menghormati beliau atau fakta sejarah dibelokkan menjadi ceritanya nggak benar. Selama ceritanya bagus dan sesuai dengan fakta sejarah, saya sih oke saja. [Harian Rakyat Merdeka]