Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh tidak pernah membenci Sri Sultan Hamengku Buwono X gara-gara mundur dari Nasdem.
“Sri Sultan memang keluar dari Ormas Nasdem, tapi persahabatan terus terjalin,’’ kata Surya Paloh kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta.
Seperti diketahui, Surya Paloh bertemu Sri Sultan Hamengku Buwono X di Keraton Yogyakarta, Senin (19/8) lalu.
Ada yang berspekulasi, pertemuan Surya Paloh dengan Gubernur DIY itu untuk membicarakan capres atau cawapres dalam Pilpres 2014.
Surya Paloh selanjutnya mengatakan, pertemuan itu tidak ada pembicaraan mengenai capres atau cawapres.
“Ada pembicaraan soal politik, tapi bukan soal capres atau cawapres dalam Pilpres 2014,’’ ujarnya.
Berikut kutipan selengkapnya;
Lalu apa pembicaraan politik itu?Kami bicara masalah maju mundurnya kehidupan bangsa kita. Tentu itu masalah politik.
Sebab, politik itu memberikan refleksi terhadap kehidupan kita. Tidak ada sentuhan yang lepas dari aspek politik.
Politik itu berhubungan dengan ekonomi, budaya, keamanan, dan kesejahteraan rakyat.
Apa inti pertemuan itu?Kami hanya membahas secara kontekstual kebangsaan kita saja kok. Kami menyampaikan perspektif atau pandangan kita masing-masing, termasuk mengenai solusi yang bisa kita lakukan.
Apa solusinya?Dari dulu sampai sekarang kita terus mencari cara yang jitu dalam menghentikan proses kemerosotan akhlak dan moralitas bangsa ini.
Tanpa disadari bangsa kita saat ini sudah mengalami proses kemerosotan moral dan akhlak. Maka seluruh elemen bangsa harus sadar untuk menyetop itu.
Tidak mungkin kita berharap lebih maju dan menjadi bangsa yang besar dengan harapan besar tanpa menyetop proses kemerosotan moral dan akhlak ini.
Sebentar lagi pemilu, bukankah itu momentum memperbaiki bangsa?Tidak mungkin dengan Pemilu 2014 langsung kita meletakkan harapan bahwa setelah itu akan lebih baik.
Harapan itu tidak akan terwujud. Sebab, a kemerosotan moral itu belum diatasi.
Maka proses kemerosotan moral dan akhlak ini harus segera dihentikan.
Kenapa harus berbicara soal kemerosotan moral dan akhlak itu dengan Sri Sultan?Sebab, kami pernah bersama-sama ingin melihat sebuah upaya gerakan perubahan bisa terjadi di negeri ini, bahkan pikiran dan keinginan itu kan tetap berlanjut sampai sekarang.
Barangkali Anda mencari dukungan kepada Sri Sultan?Tidak seperti itu. Bagaimanapun saya dan Pak Sri Sultan adalah sahabat lama.
Kami masih punya semangatnya yang sama yakni semangat persahabatan yang masih terjaga sampai sekarang.
O ya, Partai Nasdem membawa jargon perbubahan, apa mampu melakukannya?Saya yakin bisa. Sebab, sudah cukup lama melakukan upaya sungguh-sungguh mengenai pendidikan politik.
Partai politik memiliki posisi strategis yang menjadi pilar kekuatan dalam sistem ketatanegaran kita yang menganut demokrasi.
Jangan sibuk menjelang pemilu saja, kalau begitu kan tidak baik juga. Kalau masyarakat merasakan aspek kenegaraan dan berbangsa selama ini cukup baik, ekonominya baik, keamanannya baik, penegakan hukumnya baik dan semuanya baik, ya jangan pilih partai baru.
Tapi kalau masyarakat merasa ada yang belum baik, bahkan semakin buruk, kenapa pilih lagi partai lama. Maka ini kesempatan bagi partai baru sebagai partai alternatif. [Harian Rakyat Merdeka]