RMOL. Ada dua penyakit akut yang terkandung di balik ancaman sanksi untuk Kolonel (Pnb) Adjie Suradji yang menuliskan opininya di Kompas hari ini (Senin, 6/9).
Kedua pernyakit akut itu adalah, pertama, pemasungan kreativitas dan kecerdasan yang sebetulnya ditujukan untuk kebaikan negara, dan kedua pembunuhan idealisme yang dilegitimasi oleh kekuasaan.
“Bangsa ini akan kian tak rasional hanya karna untuk melindungi atau mencari muka pada penguasa,” kata Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Laode Ida di Jakarta, Senin malam.
Bila tak ingin dicap sebagai otoriter, SBY bukan saja harus mencegah sanksi untuk Kolonel Adjie, tetapi juga memanggilnya dan menyampaikan apresiasi langsung.
“Bagi saya, tulisan Kolonel Adjie Suradji itu, sungguh sangat mewakili suara dan masyarakat bangsa ini. Saya sangat salut atas kejernihan dan keorisinalitasan opini tersebut,” ujar Laode lagi.
Rencana pemberian sanksi untuk Kolonel Adjie disampaikan Kapuspen TNI AU Marsma Bambang Samoedro. Menurutnya, tulisan tersebut tidak pernah dilaporkan kepada bagian penerangan TNI AU. Karena itu, opini tersebut tidak mengatasnamakan institusi, melainkan individu. Bambang mengatakan, TNI AU tidak tahu sama sekali apa motif Adjie menulis kritik itu. Yang diketahuinya, Kolonel Adjie sudah sejak lama menjadi anggota TNI yang bermasalah.
“TNI AU tidak mengerti apa motifasi Kolonel Adjie menulis kritik tersebut,” ujar Bambang. Dalam tulisannya, secara gamblang Adjie membandingkan kepemimpinan SBY dengan presiden-presiden RI sebelumnya. Dalam tulisannya berjudul "Pemimpin, Keberanian, dan Perubahan" itu, Adjie menyebutkan keberhasilan-keberhasilan presiden Indonesia. Ia menyayangkan kepemimpinan SBY yang tidak mampu mengubah hal buruk dari presiden RI terdahulu, yakni memberantas korupsi. [guh]