Berita

ilustrasi

Beranikah Bambang dan Muqoddas Menjawab Tiga Persoalan Ini

MINGGU, 29 AGUSTUS 2010 | 15:06 WIB | LAPORAN: TEGUH SANTOSA

RMOL. Setidaknya ada tiga pertanyaan kunci yang harus dijawab kedua kandidat pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Bambang Widjajanto dan Busyro Muqoddas, dalam fit and proper test mendatang.

Jawaban atas ketiga pertanyaan ini, menurut hemat aktivis angkatan 1977/1978, Abdulrachim, akan menjadi ukuran apakah Bambang dan Busyro cukup berani memberantas praktik korupsi di Indonesia.

Pertama, kedua kandidat harus menjawab dengan tegas apakah berani menuntaskan peyidikan dan penuntutan skandal dana talangan untuk Bank Century yang menurut DPR melanggar hukum dan peraturan perundangan. Selama ini, kalangan yang terlibat dalam pengambilan keputusan bailout itu selalu mengatakan bahwa dana talangan dikucurkan untuk menyelamatkan Bank Century di tengah situasi krisis.

Sementara ada dugaan kuat bahwa dana yang dikucurkan digunakan untuk kepentingan politik partai politik dan pasangan capres-cawapres tertentu.

Kedua, Bambang dan Busyro juga harus menjawab apakah mereka berani mengusut tuntas kasus penyuapan dalam pemilihan Deputi Gubernur Bank Indonesia Miranda Gultom tahun 2004 lalu.

Kasus ini sebetulnya sudah nyaris terang benderang. KPK tengah berupaya meningkatkan status penyelidikan menjadi penyidikan terhadap sejumlah anggota Komisi IX yang menerima suap.

Terakhir, Bambang dan Busyro juga ditantang untuk menyelidiki dugaan money politics dalam fit and proper test Gubernur BI yang lalu.

Abdulrachim mencatat sejumlah kejanggalan. Misalnya, Komisi XI awalnya sepakat bahwa nasib calon tunggal Darmin Nasution akan ditentukan dengan mekanisme voting. Saat skors, pimpinan Komisi XI “menghilang” dan mengadakan pertemuan di hotel dekat kompleks DPR. Dalam pertemuan itu diduga ada deal tertentu dengan pihak lain, sehingga setelah rapat kembali dibuka mekanisme voting batalkan, dan pencalonan Darmin Nasution disebutkan secara aklamasi diterima.

Hanya beberapa hari setelah kemenangannya di Komisi XI diperkuat Rapat Paripurna DPR, Darmin mengumumkan keinginannya meredenominasi mata uang rupiah. Terlepas dari berbagai pertimbangan teknis keuangan di balik itu, namun yang jelas redenominasi berkaitan erat dengan proyek pencetakan uang baru.

“Kalau ketiga pertayaan ini dijawab dengan sempurna oleh mereka, maka siapapun yang dipilih DPR menjadi Ketua KPK akan diterima masyarkat dengan tangan terbuka. Sebaliknya, akan ditolak,” demikian Abdulrachim. [guh]


Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pemkot Bogor Kini Punya Gedung Pusat Kegawatdaruratan

Senin, 29 Desember 2025 | 10:12

Dana Tunggu Hunian Korban Bencana Disalurkan Langsung oleh Bank Himbara

Senin, 29 Desember 2025 | 10:07

1.392 Personel Gabungan Siap Amankan Aksi Demo Buruh di Monas

Senin, 29 Desember 2025 | 10:06

Pajak Digital Tembus Rp44,55 Triliun, OpenAI Resmi Jadi Pemungut PPN Baru

Senin, 29 Desember 2025 | 10:03

Ketum KNPI: Pelaksanaan Musda Sulsel Sah dan Legal

Senin, 29 Desember 2025 | 09:51

Bukan Soal Jumlah, Integritas KPU dan Bawaslu Justru Terletak pada Independensi

Senin, 29 Desember 2025 | 09:49

PBNU Rukun Lagi Lewat Silaturahmi

Senin, 29 Desember 2025 | 09:37

PDIP Lepas Tim Medis dan Dokter Diaspora ke Lokasi Bencana Sumatera

Senin, 29 Desember 2025 | 09:36

Komisi I DPR Desak Pemerintah Selamatkan 600 WNI Korban Online Scam di Kamboja

Senin, 29 Desember 2025 | 09:24

Pengakuan Israel Atas Somaliland Manuver Berbahaya

Senin, 29 Desember 2025 | 09:20

Selengkapnya