Berita

Mengapa SBY Mengabaikan Bukti Kemerosotan

SELASA, 17 AGUSTUS 2010 | 16:33 WIB | LAPORAN: TEGUH SANTOSA

RMOL. Ketidakseriusan isi Pidato Kenegaraan yang disampaikan SBY di depan Sidang Bersama DPR dan DPD juga tampak dari pengabaian data-data kemerosotan human development index (index pembangunan manusia) Indonesia. Pidato SBY sama sekali tidak menyinggung turunnya kualitas hidup manusia Indonesia yang makin merosot bahkan lebih buruk ketimbang Palestina dan Srilanka.

Hal itu disampaikan Direktur Eksekutif International NGOs Forum on Indonesian Development (Infid) Don K. Marut kepada Rakyat Merdeka Online (Selasa, 17/8).

Pengabaian terhadap komitmen pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) semakin terlihat dalam Pidato Pengantar Nota Keuangan RAPBN 2011 yang disampaikan pada sore harinya. Tak ada satu kalimatpun yang menegaskan bahwa RAPBN 2011 adalah instrumen untuk percepatan pencapaian MDGs. RAPBN 2011 lebih menonjolkan janji-janji menaikkan gaji pegawai negeri sipil dan TNI/Polri namun abai pada peningkatan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh.

Skema perlindungan sosial yang ditawarkan oleh RAPBN 2011 tetap tak bergeser dari perspektif karitatif yang bersifat bantuan sosial ketimbang penjaminan sosial yang lebih permanen. Pemerintah seolah-olah melihat dirinya sebagai donatur yang baik hati (benevolent government) kepada rakyatnya, sementari mengabaikan penderitaan rakyat akibat kebijakan-kebijakan pemerintah yang keliru, termasuk kebijakan yang menggantungkan diri pada utang luar negeri.

“RAPBN 2011 juga tetap menunjukkan bahwa Pemerintah Indonesia belum sembuh dari penyakit kecanduan utang. Tekad Presiden SBY untuk mengurangi utang agar tidak membebani APBN, seperti yang disampaikan pada Rapat Kabinet Terbatas Bidang Ekonomi tanggal 19 Juli 2010, ternyata tidak terbukti. RAPBN 2011 masih tetap mengandalkan utang luar negeri. Dengan defisit yang semakin tinggi yaitu Rp 115,7 triliun, tentu semakin besar pula utang yang dipakai untuk menutup defisit tersebut. Di sisi yang lain, dengan adanya beban jatuh tempo, RAPBN 2011 juga sangat besar mengalokasikan pembayaran bunga utang sebesar Rp 116,4 trilyun. Pembayaran utang luar negeri bahkan lebih besar daripada utang baru (negative flows),” urai Don.

Program-program yang disebut Presiden SBY sebagai program untuk mensejahterakan rakyat sebagian besar dibiayai dengan utang luar negeri, seperti PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat), BOS (Biaya Operasional Sekolah), PKH (Program Keluarga Harapan), BLT (Bantuan Langsung Tunai), Jamkeskin (Jaminan Kesehatan orang Miskin), dan sebagainya. Itu menunjukkan bahwa Pemerintah sekarang mau membantu rakyat miskin pada masa kini, dengan membebani rakyat miskin yang sama di masa depan untuk membayar pengembalian utang tersebut.

Atas situasi tersebut Don menilai bahwa ada fakta-fakta muram yang disembunyikan dalam Pidato Kenegaraan Presiden RI yang penuh dengan klaim keberhasilan. Don juga menilai, postur dan format RAPBN 2011 yang masih penuh aroma utang luar negeri tidak bisa menjadi instrumen pembiayaan untuk mencapai MDGs. [guh]


Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pemkot Bogor Kini Punya Gedung Pusat Kegawatdaruratan

Senin, 29 Desember 2025 | 10:12

Dana Tunggu Hunian Korban Bencana Disalurkan Langsung oleh Bank Himbara

Senin, 29 Desember 2025 | 10:07

1.392 Personel Gabungan Siap Amankan Aksi Demo Buruh di Monas

Senin, 29 Desember 2025 | 10:06

Pajak Digital Tembus Rp44,55 Triliun, OpenAI Resmi Jadi Pemungut PPN Baru

Senin, 29 Desember 2025 | 10:03

Ketum KNPI: Pelaksanaan Musda Sulsel Sah dan Legal

Senin, 29 Desember 2025 | 09:51

Bukan Soal Jumlah, Integritas KPU dan Bawaslu Justru Terletak pada Independensi

Senin, 29 Desember 2025 | 09:49

PBNU Rukun Lagi Lewat Silaturahmi

Senin, 29 Desember 2025 | 09:37

PDIP Lepas Tim Medis dan Dokter Diaspora ke Lokasi Bencana Sumatera

Senin, 29 Desember 2025 | 09:36

Komisi I DPR Desak Pemerintah Selamatkan 600 WNI Korban Online Scam di Kamboja

Senin, 29 Desember 2025 | 09:24

Pengakuan Israel Atas Somaliland Manuver Berbahaya

Senin, 29 Desember 2025 | 09:20

Selengkapnya