RMOL. Pernyataan Asian Development bank (ADB) yang menyebut bahwa rasio utang Indonesia terhadap PDB semakin mengecil adalah pernyataan yang menyesatkan.
Menurut International NGO Forum on Indonesian Development (Infid) walau PDB Indonesia terbilang tinggi, namun tidak seluruhnya milik pemerintah Indonesia. Faktanya, teknik penghitungan PDB yang digunakan masih memasukkan kekayaan pihak asing di Indonesia.
Dalam laporan yang berjudul Indonesia: Critical Development Constraints, hari Selasa kemarin (10/8) ADB menyatakan bahwa Indonesia tidak perlu mengkhawatirkan soal beban utang luar negeri yang sudah mencapai Rp 1.625 triliun karena di saat bersamaan PDB Indonesia mencapai Rp 6.253,79 triliun.
“Dalam kenyataannya, total utang Indonesia yang terus menerus meningkat nominalnya, menjadi beban APBN setiap tahunnya. Dalam lima tahun kedepan, setidaknya setiap tahun harus mengalokasikan 100 triliun rupiah untuk pembayaran bunga dan cicilan utang. Padahal dalam lima tahun ke depan seharusnya APBN dikonsentrasikan untuk pembiayaan percepatan pencapaian MDGs yang hingga sekarang masih berjalan lamban,” tulis Infid dalam rilisnya.
Infid menilai, pernyataan ADB tersebut penuh jebakan dan sarat dengan kepentingan. Sebagai lembaga keuangan regional yang merupakan salah satu pemberi utang terbesar Indonesia, ADB dipastikan mempunyai agenda agar Indonesia terus menerus berutang kepadanya agar lembaga keuangan regional ini bisa membukukan keuntungan terus menerus. [guh]