Negara itu berambisi untuk mengembangkan dan mengoperasikan model kecerdasan buatan yang paling canggih.
Dikutip dar
CNBC, Senin (16/9), seorang pejabat tinggi di Otoritas Data dan AI Saudi, Abdulrahman Tariq Habib, mengatakan bahwa kerajaan berharap dapat membuat langkah besar tersebut tahun depan.
Ini adalah ekspektasi yang signifikan mengingat kontrol ekspor ketat Amerika Serikat sejauh ini telah mencegah ekspor chip ke kerajaan tersebut.
Habib menyampaikan komentar tersebut di sela-sela GAIN, pertemuan puncak AI internasional Arab Saudi, yang berlangsung di Riyadh minggu lalu.
"Akan sangat berarti bagi Arab Saudi untuk memiliki akses ke chip tersebut," kata Habib, yang ia maksud adalah Nvidia H200s, chip terkuat yang digunakan dalam GPT-4o OpenAI.
"Ini akan memudahkan bisnis antara Saudi dan AS," katanya, menambahkan bahwa hal itu juga akan membuka banyak peluang untuk membangun kapabilitas, kapabilitas komputasi, di kerajaan tersebut.
Habib menegaskan mereka telah bekerja keras dalam tiga tahun terakhir untuk proyek tersebut.
"Oleh karena itu, kami bekerja dan berkolaborasi dengan seluruh komunitas internasional dan berkontribusi untuk menjadi salah satu negara yang paling aktif dalam analisis data," tambahnya.
Arab Saudi menggelontorkan investasi yang cukup besar untuk mengembangkan ekosistem AI yang kuat di kerajaan tersebut. Kerajaan bertujuan menjadikan AI sebagai 12 persen dari produk domestik brutonya pada tahun 2030.
Menurut laporan yang diterbitkan pada tanggal 9 September, Dana Investasi Publik kerajaan senilai 925 miliar Dolar AS akan memimpin investasi tersebut.
Upaya tersebut merupakan bagian dari Visi 2030, sebuah inisiatif yang diluncurkan oleh Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman untuk memodernisasi ekonomi Saudi dan mendiversifikasi pendapatannya dari minyak.
BERITA TERKAIT: