Begitulah Golkar, kokoh menghadapi “angin buatan” yang diembuskan perongrong soliditas kadernya. Wacana musyawarah nasional luar biasa (munaslub) dan keinginan dari Ketua Dewan Penasehat Golkar Luhut Binsar Pandjaitan serta Menteri Investasi Bahlil Lahadalia untuk menjadi ketua umum seolah tampak seperti badai besar. Tapi nyatanya, oleh Wakil Ketua Umum Partai Golkar Erwin Aksa hanya dianggap “angin buatan”.
Karena buatan, maka angin tersebut tidak bertahan lama. Nyaris hanya sepekan embusannya sirna. Aliran udaranya bahkan belum sempat menggoyangkan akar gantung pohon beringin.
Anggota Dewan Pakar Golkar, Ridwan Hisjam yang memulai wacana ini juga sudah tampak bertaubat. Bahkan menyatakan siap menjadi panglima tempur Airlangga Hartarto pada Pilpres 2024 mendatang. Sementara, gerakan dari Idrus Marham juga belum terasa nyata mengganggu Golkar.
Tegak Lurus ke Airlangga HartartoKepemimpinan Airlangga Hartarto kian kokoh ketika 38 Ketua DPD I Partai Golkar berinisiatif untuk kumpul di Bali. Sebagaimana dijelaskan Pelaksana Tugas (Plt) Ketua DPD Golkar Provinsi Papua, Ahmad Doli Kurnia Tandjung seluruh anggota DPD provinsi itu kompak menyatakan penolakan pada wacana musyawarah nasional luar biasa (munaslub). Mereka komitmen dan taat pada keputusan munas, rapimnas, dan rakernas.
"100 persen kami di sini menolak munaslub. Kami ingin fokus bekerja untuk memenangkan agenda politik 2024 bersama Pak Airlangga Hartarto," tutur Doli saat menggelar konferensi pers di Hotel Mulia Resort, Nusa Dua Bali, Minggu (30/7).
Kekompakan ini menjadi bukti bahwa Golkar masih solid. Sebab, mereka yang berkumpul adalah para pemilik suara dalam munas. Mereka masih tegak lurus pada Airlangga Hartarto dan menyatakan siap untuk tetap bersama.
Seperti gayung bersambut, mantan Ketua Umum Partai Golkar, Jusuf Kalla juga menyatakan ketidaksetujuannya pada wacana munaslub. Kata dia, munaslub hanya akan membuat marwah partai menjadi turun.
Dia bahkan berpesan kepada semua kader Golkar untuk bersatu dalam menghadapi embusan munaslub. Semua harus satu komando di bawah kepemimpinan yang sah, yaitu Airlangga Hartarto. Tanpa kekompakan, Golkar akan semakin sulit menangkan Pemilu 2024.
“Airlangga sudah diberikan mandat, masa mau dipecah lagi. Jangan Golkar dilibatkan situasi yang sulit. Siapapun yang pahami itu, ini soal organisasi harus bersatu,” tegas JK.
Saat berkunjung ke
Kantor Berita Politik RMOL, Waketum Golkar Erwin Aksa menilai banyak cara untuk bisa membantu beringin menjadi kuat. Alasan Luhut dan Bahlil tertarik memimpin Golkar karena elektabilitas partai yang dicitrakan lembaga survei sedang turun di angka 6 persen, tidak tepat.
Jika memang ingin memajukan partai, maka Luhut bisa saja turun ke Sumatera Utara yang menjadi basis pendukungnya, lalu mengkampanyekan partai ke masyarakat. Syukur-syukur bisa ikut jadi caleg sehingga menambah kursi Golkar.
Sementara Bahlil yang kini mulai diragukan memiliki KTA Golkar, juga bisa berkontribusi. Bahlil bisa membuktikan bahwa dirinya tokoh berpengaruh di Papua dengan cara mensosialisasikan Golkar di sana. Kalau perlu Bahlil juga bisa ikut menjadi caleg sehingga jumlah kursi Golkar terangkat.
Singkatnya, keinginan Luhut dan Bahlil tidak mendapat sambutan baik dari para kader. Semua masih dalam satu barisan mendukung Airlangga Hartarto sebagai ketua umum sekaligus pemegang mandat untuk menentukan arah Golkar di Pilpres 2024.
Artinya, wacana munaslub yang diharapkan bisa menjadi pintu masuk Luhut dan Bahlil mewujudkan keinginan menjadi ketum telah sirna. Pertanda juga bahwa keduanya ternyata tidak mengakar di Partai Golkar.
BERITA TERKAIT: