Survei Buruk
Di mulai dari hasil survei yang dirilis Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA pada Jumat (19/5). Disebutkan bahwa elektabilitas Ganjar mengalami penurunan drastis pada Mei 2023. Pada Januari 2023, elektabilitasnya berada di angka 37,8 persen, tapi kemudian turun pada Mei 2023 menjadi 31,9 persen.
Bukan penurunan itu yang membuat Ganjar perlu bersedih. Tapi karena 3 alasan yang menyebabkan elektabilitas nyungsep. Pertama, karena muncul persepsi Ganjar Pranowo bukan tipe pemimpin yang kuat. Statusnya sebagai “petugas partai” dinilai telah melemahkan persepsi personal Ganjar Pranowo. Ini lantaran Ganjar tidak akan bisa mengambil keputusan secara independen karena harus meminta restu ketum partainya.
Padahal, Presiden Joko Widodo di hadapan para relawannya yang menggelar Musyawarah Rakyat (Musra), berharap agar Indonesia bisa dipimpin oleh pemimpin pemberani. Sementara temuan LSI Denny JA seolah ingin menyatakan bahwa Ganjar bukan pemimpin pemberani.
Kedua, Ganjar Pranowo dinilai buruk dalam menangani masalah kemiskinan di Jawa Tengah. Kemiskinan di Jawa Tengah pada 2022 mencapai 10,98 persen, melampaui rata-rata angka kemiskinan nasional yang pada 2022 sebesar 9,57 persen.
Tentu persepsi ini bukan hal yang sepele. Sebab Ganjar sudah memimpin selama 2 periode. Sementara yang dipimpin adalah wilayah kandang banteng, yang dikenal tegak lurus dengan pimpinan. Tapi nyatanya, Ganjar masih belum bisa memaksimalkan kesempatan dan peluang yang ada.
Ketiga adalah Ganjar mendapat efek negatif dari kegagalan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Efek negatif didapat lantaran Ganjar memberi pernyataan menolak keikutsertaan Israel sebagai peserta Piala Dunia U-20.
Seketika tercermin Ganjar jauh dari kelompok toleran dan penggemar sepakbola di negeri ini. Apalagi sudah ada pernyataan dari Dubes Palestina di Indonesia yang tidak masalah dengan kehadiran tim Israel di Piala Dunia U-20.
Hasil survei ini terbilang miris bagi Ganjar, di tengah upayanya setiap hari lari pagi untuk mendulang dukungan, justru di sisi lain ada hal-hal fundamental yang menjauhkan dirinya dari dukungan itu dan seolah diabaikan.
Disindir Anies BaswedanSalah satu calon presiden yang dalam keadaan siap untuk beradu gagasan dan track record adalah Anies Baswedan. Dalam beberapa kesempatan, Anies tidak ragu untuk “membanggakan” kinerjanya ke para relawan. Tudingan sebagai capres yang hanya jago berkata-kata berhasil diputarbalikkan Anies. Katanya capres tidak hanya kerja, kerja, dan kerja. Tapi harus ada narasi dan gagasan yang melatari kerja-kerja tersebut.
Pada Minggu (21/5), Anies yang berpidato di hadapan ribuan relawannya di Tennis Indoor Senayan, menyindir gaya “pencitraan” Ganjar Pranowo yang kerap lari pagi. Anies mengatakan bahwa dirinya kerap “blusukan” ke berbagai pelosok. Tujuannya untuk mendengar cerita dari rakyat tentang apa yang mereka keluhkan.
"Saya temui mereka bukan untuk selfie dan di-posting di pagi hari. Bukan, saya bukan lari-lari untuk posting foto," kata Anies.
Pernyataan ini menohok Ganjar. Sebab, dalam beberapa unggahan di Instagram memang terlihat Ganjar hanya berlari dan berfoto dengan warga. Nyaris tidak ada diskusi atau serap keluhan yang dilakukan Ganjar. Seolah Anies ingin mengatakan bahwa Ganjar hanya memanfaatkan kedekatan dengan rakyat untuk mendulang citra yang baik, tapi tidak benar-benar menyerap aspirasi mereka.
Anak Presiden Dekat Capres LainCitra Ganjar sebagai orang pilihan Joko Widodo perlahan mulai memudar. Sebelum dicalonkan oleh PDIP, Ganjar kerap diajak satu mobil oleh Jokowi. Keduanya juga tampak akrab dalam berbagai kegiatan, khususnya di Jawa Tengah.
Namun setelah Ganjar dideklarasikan oleh Megawati, Jokowi memperlihatkan gelagat menjauh. Walaupun dalam deklarasi itu, PDIP hadir menjadi saksi bersama Puan Maharani dan Prananda Prabowo.
Gelagat menjauh dapat dilihat dari pidato Jokowi di acara Musra. Jokowi tidak langsung menyebut nama Ganjar Pranowo sebagai capres yang harus didukung para relawan. Padahal, ada nama Ganjar bersama Prabowo Subianto dan Airlangga Hartarto yang turut disodorkan oleh relawan.
Jokowi malah menyebut bahwa pemimpin ke depan harus yang berani dan mau mendengarkan keluhan rakyat. Secara tegas, dia juga mengaku ingin mendengar terlebih dahulu harapan-harapan rakyat. Jokowi seolah menganggap Ganjar yang dideklarasikan Megawati belum masuk kategori pemimpin harapan rakyat.
Teranyar, anak sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka menggelar pertemuan dengan Prabowo Subianto pada Jumat (19/5). Jika hanya pertemuan, maka itu akan tampak biasa saja. Tapi, setelah pertemuan itu Gibran dan Prabowo menyaksikan langsung deklarasi yang dilakukan Relawan Jokowi-Gibran regional Jateng dan Jatim.
Di hadapan Gibran dan Prabowo, mereka menyatakan dukungan kepada Prabowo Subianto untuk Pilpres 2024. Buntutnya, pada Senin (22/5), Gibran harus membuat klarifikasi langsung ke DPP PDIP di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat.
Gibran tidak mungkin bergerak sendiri tanpa arahan. Satu-satunya yang mungkin memberi arahan ke Gibran adalah ayahnya, Joko Widodo. Tapi Gibran berkelit. Katanya, Jokowi masih di Jepang, sehingga tidak mungkin memberi arahan.
Gibran mungkin saja masih kesal dengan Ganjar yang menolak kehadiran tim Israel ke Indonesia. Sebab dia tidak jadi membuka ajang Piala Dunia U-20 di Solo yang sudah disiapkan dengan megah. Perlu dicatat, Gibran adalah orang yang menyatakan kesiapan untuk menggelar Piala Dunia U-20 di Solo tatkala Ganjar tegas menyatakan penolakan.
Namun terlepas dari hal tersebut, Ganjar kini pantas waswas. Sebab dukungan untuknya kian menipis. Bahkan Presiden dan keluarga pun bisa dibilang masih ragu-ragu.
BERITA TERKAIT: