Santoso Mati, Tito Makin Hidup

Selasa, 19 Juli 2016, 08:33 WIB
Santoso Mati, Tito Makin Hidup
Santoso alias Abu Wardah:net
rmol news logo Perburuan teroris Santoso alias Abu Wardah oleh Satuan Tugas Tinombala di Poso, membuahkan hasil. Santoso disebutkan tewas saat baku tembak dengan Satgas Tinombala, kemarin petang. Kematian Santoso membuat Jenderal Tito yang baru saja diangkat menjadi Kapolri semakin bersinar dan semakin hidup.

Informasi yang dihimpun Rakyat Merdeka, awalnya Satgas melakukan patroli rutin di pegunungan Desa Tambarana, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, kemarin. Sekitar jam empat sore, tim melihat gubuk mencurigakan di dalam hutan, tim kemudian mencoba mendekati gubuk mencurigakan itu. Benar saja, sekitar jam lima sore ketika hendak mendekati gubuk, lima orang dari dalam gubuk melakukan perlawanan. Baku tembak tidak terelakkan.

Akibat baku tembak, dua orang tewas dari kubu teroris. Satu wanita, satu lagi pria bertahi lalat di sela alis. Pria ini diduga Santoso lantaran tanda tahi lalat di sela alis itu menjadi ciri identik Santoso. Sementara tiga orang lainnya, melarikan diri.

Seusai kontak senjata, tepat jam tujuh malam, Satgas Tinombala melakukan evakuasi korban dari area hutan rimba. Sepucuk senjata laras panjang jenis M16 ditemukan di lokasi.

Kabar dugaan tewasnya Santoso langsung sampai ke Kapolri Jenderal Tito Karnavian. Dia mengamini, ada baku tembak antara Satgas Tinombala dengan kelompok Santoso, kemarin sore. Namun, dia belum memastikan kalau yang tewas itu adalah Santoso.

"Saya pikir jangan berspekulasi terlebih dahulu. Biarkan teman-teman Polri di sana mengevakuasi, kemudian dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara untuk diidentifikasi dulu," ujar Tito di Kompleks Istana Presiden, tadi malam.

Tito menyadari, informasi itu berkembang lantaran ciri fisik wajah salah satu terduga teroris yang tewas itu mirip dengan ciri fisik wajah Santoso. Terdapat tahi lalat di dahi dan berjenggot tebal.

"Informasinya, memang ada tahi lalat di dahi yang menjadi ciri khas Santoso. Jenggotnya juga ada. Tapi sekali lagi, teman-teman sedang mengevakuasi dia untuk identifikasi identitasnya," katanya.

Rencananya, identifikasi tersebut akan dilakukan di Rumah Sakit Bhayangkara Polri Palu, Sulawesi Tengah. Identifikasi akan dilakukan dalam dua tahap. Pertama, pengenalan wajah dan yang kedua, identifikasi melalui pencocokan data DNA post mortem dengan ante mortem.

Terlepas benar atau tidaknya Santoso tewas atas kontak senjata kemarin, Tito mengukur progres Operasi Tinombala masih berjalan dengan baik. Saat ini TNI dan Polri telah mengerahkan kekuatan ribuan orang hingga kelompok Santoso semakin terdesak.

"Operasi (Tinombala) progresnya sangat baik. Karena dulu mereka yang mendikte, melakukan serangan di mana-mana terhadap masyarakat, terhadap polisi, terhadap TNI," katanya.

Sebanyak tiga ribu personel TNI/Polri dikerahkan untuk mengepung kelompok tersebut. Kapolri mengatakan hasilnya sangat bagus, saat ini kelompok tersebut sudah tak melakukan penyerangan lagi, alias terdesak.

"Dari 42 orang sekarang tinggal 21 orang, artinya mereka sudah berkurang jauh dibandingkan dulu. Ini menunjukkan progresnya bagus," terangnya.

Tito pun semakin percaya diri bahwa Satgas Tinombala akan segera menyelesaikan tugasnya dalam menumpas kelompok teroris Santoso. "Kalau Santoso, saya rasa tinggal menunggu waktu saja," tutupnya.

Pengamat intelejen dari Universitas Indonesia, Mardigu Wowiek Prasatyo mengatakan, kelompok Santoso tinggal menunggu waktu saja. Namun, cepat atau lambatnya memang tergantung kondisi lapangan.

Menurutnya, soal waktu menumpas Kelompok Santoso kini menjadi tolok ukur keberhasilan pemerintah, dalam hal ini Jenderal Tito Karnivan yang menjadi pejabat teras Operasi Tinombala.

"Ya, kalau Santoso tewas, Tito semakin hidup," katanya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA