PILKADA JAKARTA

Sayang Bila Pilihan Warga Jakarta Menjadi Sempit

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/yayan-sopyani-al-hadi-1'>YAYAN SOPYANI AL HADI</a>
LAPORAN: YAYAN SOPYANI AL HADI
  • Kamis, 16 Juni 2016, 02:14 WIB
Sayang Bila Pilihan Warga Jakarta Menjadi Sempit
ilustrasi/net
rmol news logo . Sebagai bagian dari proses demokrasi, pemilihan kepala daerah atau Pilkada idealnya adalah ajang sirkulasi kepemimpinan dan kontestasi politik.

Demikian disampaikan Sekjen Aliansi Masyarakat Sipil Untuk Indonesia Hebat ( Almisbat), Hendrik Sirait. Menurut Hendrik, Pilkada gagal bukan karena tidak berhasil memunculkan kepemimpinan baru, melainkan juga dikatakan gagal jika tak mampu melahirkan figur-figur yang dapat menjadi pemimpin alternatif yang dapat mengakomodasi kemajemukan dan kepentingan agenda rakyat.

"Pada politik Pilkada akhir-akhir ini, khususnya di DKI Jakarta, asumsi tadi terlihat menguat," kata Hendrik dalam keterangan beberapa saat lalu (Kamis, 16/6).

Saat ini, Hendrik menilai, pilihan warga maupun partai-partai politik seperti menjadi sempit. Padahal, mengingat posisinya sebagai ibu kotanegara, Pilkada DKI Jakarta sejatinya menjadi barometer dan estalase demokrasi di Indonesia.

"Bagaimanapun, Jakarta berbeda dengan daerah lain. Peta poleksosbud Jakarta adalah himpunan dan sekaligus resultan dari sekian interaksi antar beragam akar sosiologis dari seluruh Indonesia," demikian Hendrik. [ysa]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA