Budaya Panji ini hidup di bekas wilayah persemakmuran Majapahit seperti Nusantara, Madagaskar, Thailand, Vietnam, Myanmar, Kamboja, Laos dan lain-lain. Bahkan saat ini, Festival Panji dijadikan kalender rutin di Thailand yang diikuti negara-negara tersebut.
Demikian disampaikan anggota Komisi XI dari Fraksi PDI Perjuangan Eva Kusuma Sundari. Eva menjelaskan, ada delapan elemen dalam Budaya Panji. Antara lain kemanusiaan, cinta kasih, maritime, seni, angkatan perang, ketahanan pangan, dan etika pertanian/diplomasi. Sehingga, dimensi ephos Panji lebih kompleks dan lengkap dibanding ephos Mahabarata maupun Ramayana yang tidak punya dimensi perang dan persenjataan maritim.
"Dari diskusi dengan para aktivis eco-tourism di Blitar) diuraikan delapan elemen Budaya Panji diadopsi di lambang 8 Surya Majapahit. Karena asalnya dari Majapahit maka orang Jawa dianggap sebagai saudara tua di kawasan Budaya Panji," kata Eva dalam keterangan beberapa saat lalu (Kamis, 9/6).
Hingga saat ini, sambung Eva, ulasan Budaya Panji bisa diperoleh di buku antropolog Jerman, Lydia Kieven berjudul "Menguak Figur Bertopi di Candi Majapahit." Figur bertopi yaitu Panji Asmara Bangun ditemukan setidaknya di 20 candi jaman Majapahit seperti Penataran.
Dari bukti-bukti yang berserakan tersebut, Candi Penataran di Blitar yang dibangun selama pemerintahan 3 kerajaan besar yaitu Kediri, Singasari dan Majapahit dianggap sebagai alasan terkuat untuk menganggap Blitar pantas dijadikan sumber Budaya Panji.
"Sayang sekali potensi ini tidak digali dan dikapitalisasi oleh Pemerintah Kabupaten Blitar yang hingga saat ini masih belum menentukan branding untuk wisata Blitar," sesal Eva.
Eva Sundari juga menyayangkan karena ada dokumentasi film pendek tentang konsep tersebut yang menang lomba di Polandia Juni 2015 yaitu Warsaw International Tour Film Academy.
"Kemenangan tersebut harusnya menjadi pemantik untuk mengembangkan konsep wisata di Blitar," demikian Eva.
[ysa]
BERITA TERKAIT: