"Dari saya ikut beliau (Jokowi) jadi gubernur, beliau sadar betul yang paling penting adalah kita tahu siapa kita. Kita (harus) punya data yang benar, jangan ngaco-ngaco datanya," jelas Ahok di kediaman pribadi, Perumahan Pantai Mutiara, Jakarta Utara, Minggu (1/5).
Lebih lanjut, dia menjelaskan, standar pengumpulan data yang berbeda lah yang menuntut seorang petugas BPS bekerja lebih profesional. Ahok mencontohkan, dulu dirinya bersama Jokowi memakai standar garis kemiskinan sebanyak 2.500 kalori per hari.
Dia menilai, apabila menggunakan standar tersebut, orang berpenghasilan Rp 500 ribu per bulan masih dianggap tidak miskin. Imbasnya, mereka tidak berhak mendapatkan bantuan dari pemerintah. Maka dari itu, dia dan Jokowi sepakat menggunakan perhitungan kebutuhan hidup cukup. Ketika itu, Pemprov DKI juga meminta kepada BPS untuk melakukan pendataan.
Oleh sebab itu, BPS tidak hanya memasukkan orang yang berpenghasilan Rp 500 ribu sebagai orang miskin, tetapi juga memasukkan data orang yang hampir miskin ke dalam data tersebut. Dengan demikian, data warga miskin di Jakarta secara otomatis menjadi bertambah dari 3,8 persen menjadi 15 persen.
"Nah, itu waktu dulu Pak Jokowi dikritik orang. Baru jadi gubernur setahun saja orang miskinnya malah naik, bukannya turun. Itu karena kami mengganti standar penghitungan sebetulnya. Buat saya dengan Pak Jokowi lebih baik kita punya data yang asli, benar, kriteria yang betul sekalipun secara politik menyakitkan. Tetapi, kami tahu sesungguhnya berapa orang miskin yang belum kami urus," jelas Ahok.
Diketahui, pagi tadi petugas sensus BPS menyambangi rumah Ahok untuk mewawancarai dalam rangka Sensus Ekonomi 2016. Petugas mendata Ahok dengan pertanyaan seputar usaha yang dimiliki olehnya. Ahok pun memastikan bahwa dirinya tidak memiliki usaha selama menjabatg gubernur DKI.
[wah]
BERITA TERKAIT: