Demikian disampaikan Ketua Umum Soksi yang juga Ketua DPR, Ade Komaruddin. Dan karena itu juga, lanjut Ade, Soksi mendukung penuh Presiden Jokowi untuk menuntaskan kerjanya demi meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Sementara itu, terkait kepemimpinan Golkar ke depan, Akom menjelaskan, selama dirinya berkunjung ke beberapa daerah, termasuk Maluku yang menjadi provinsi ke-20 yang dikunjunginya, ada tiga hal penting yang dicatatnya.
Pertama, Golkar membutuhkan pemimpin yang moderat. Artinya, dalam konflik kemarin tidak menjadi orang yang ekstrim kiri atau ekstrim kanan, dengan kata lain tidak ekstrim Ancol dan juga tidak ekstrim Bali.
"Golkar membutuhkan orang yang memberikan kesejukan dan kedamaian," ujarnya.
Kedua‎, calon ketum harus relatif bersih, terutama bersih dari masalah-masalah hukum. "Ketakutan kader di daerah umumnya adalah jangan sampai ketua umum nanti jadi korban untuk partai. Lama-kelamaan partai ini lebih buruk lagi," tandasnya.
"Ketiga, calon tersebut haruslah figur yang mendapat rekomendasi pemerintah," sambung Akom saat bertemu dengan pengurus DPD Golkar di Maluku, Jumat malam (4/3).
Ia mengatakan, memimpin partai ini ke depan bukanlah hal yang mudah dan perlu dilakukan konsolidasi ke depan. Akom mengatakan, sikap konsisten dalam kepemimpinan Golkar ke depan sangat dibutuhkan. Ia mencontohkan, semboyan Golkar "Suara Golkar adalah suara rakyat" harus betul-betul diterapkan.
"Artinya, suara Golkar ya suara rakyat tidak boleh suara yang lain. Rakyat yang mana, yaitu rakyat yang memilih kita. Pasar kita adalah suara yang memilih kita, bukan suara kepentingan kelompok tertentu. Jadi, kalau partai ini mau besar di 2019, jangan sekali-kali melawan hukum pasar, pasar maunya apa, dan rakyat maunya apa harus diikuti, kalau kita tidak setuju, tanya kenapa, harus kasih solusi demi kepentingan bangsa," demikian Akom.
[ysa]
BERITA TERKAIT: