Koordinator Juru Pelihara Situs Gunung Padang Nanang Sukmana mengatakan, pengunjung yang datang terus bertambah setiap tahunnya. Tahun 2011 tercatat sebanyak 35.155 wisatawan dengan 2.929 orang per bulan mendatangi situs yang diduga berusia lebih tua dari Candi Borobudur.
Nanang menuturkan, Gunung Padang tak cuma sekedar situs yang ditengarai adalah keraton atau istana tapi juga memiliki makna tersendiri. Dari sisi nama Gunung Padang dikisahkan secara turun temurun punya arti Bukit Cahaya atau Bukit Penerang yang menjadi sumber cahaya atau penerangan bagi umat manusia.
"Padang itu artinya terang atau cahaya. Jadi artinya Gunung Padang itu bukit cahaya, sumber penerangan," katanya.
Kang Nanang, begitu dia disapa, mengakui banyak masyarakat hingga pejabat penting datang ke Gunung Padang untuk melakukan ritual membersihkan hati atau tirakat mencari keheningan. Namun, dia bakal melarang apabila ritual yang dilakukan bertujuan meminta sesuatu dengan media bebatuan Gunung Padang.
"Jadi, kalau orang-orang yang ingin minta petunjuk harus datang ke sini dengan hati. Jangan puja batunya atau gunungnya," ujarnya.
Nanang mengapresiasi ketertarikan publik luas terhadap Gunung Padang yang masih diliputi misteri soal peradaban apa yang membangunnya. Terbukti, tahun 2012 jumlah pengunjung meningkat drastis mencapai 103.727 wisatawan dengan 8.643 orang tiap bulannya. Ditambah wisatawan asing yang juga datang berkunjung seperti dari negara Belanda, Jepang, Malaysia, Inggris, Prancis, India, Swiss, Jerman, Amerika, Tiongkok, Skotlandia, Italia, Arab Saudi hingga Slovakia.
Pada 2014 terdapat sebanyak 95.881 wisatawan yang berkunjung dengan 7.990 orang per bulan, 22 diantaranya berasal dari mancanegara. Tahun 2015 bisa dibilang menjadi puncak kunjungan Gunung Padang dengan sebanyak 106.110 wisatawan, di mana dikunjungi 8.842 orang per bulan yang 349 diantaranya wisatawan mancanegara.
Diharapkan jumlah itu terus bertambah tahun ini dengan keseriusan pemerintah dalam menggali potensi wisata situs yang terletak di Dusun Gunung Padang, Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur pada ketinggian 885 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Menurut Nanang, selain tempat rekreasi bernuansa religi, Gunung Padang juga menjadi lahan favorit pelajar dan mahasiswa berbagai disiplin ilmu untuk menambah pengetahuan. Dengan kata lain siapapun bisa berperan serta melakukan penelitian untuk mengungkap seluk beluk Gunung Padang, tentu dengan mengantongi izin resmi dari instansi berwenang.
"Bukan tidak boleh melakukan penelitian, tetapi apa maksud penelitian. Dengan catatan tidak merusak situs, harus ada dokumen lengkap," kata Nanang yang membawahi delapan juru pelihara situs.
Catatan pertama Situs Gunung Padang diketahui sudah ada sejak tahun 1914. Sejarawan Belanda NJ. Kroom pernah menyinggung keberadaannya dalam laporan ilmiah pada 1949. Meski hingga kini belum terdapat kesimpulan tentang wujud asli situs dengan bentuk bukit punden berundak itu.
Penelitian yang ada mencatat setidaknya situs Gunung Padang dibangun sekitar 5.200 tahun sebelum masehi. Kondisinya saat ini merupakan bukit dengan tumpukan batu berbentuk balok panjang segi lima yang terdiri dari lima teras ketinggian.
Di bagian atas, batu yang ada tidak hanya berbentuk balok, ada juga oval, serta batu lebar dan besar yang dahulu kala dipercaya berfungsi sebagai menhir tempat pemujaan. Tak ketinggalan, batu-batu unik dengan cetakan berbentuk senjata Kujang di atasnya, cetakan yang dipercaya berasal dari kaki manusia, hingga batu yang bisa mengeluarkan nada saat dipukul dan disebut Batu Bonang.
Untuk mencapai puncak Situs Gunung Padang pengunjung harus meniti ratusan anak tangga atau disebut juga jalur ziarah, konon merupakan rute asli yang digunakan masyarakat jaman dulu untuk melakukan pemujaan dengan kemiringan mencapai 60 derajat.
[wah]
BERITA TERKAIT: