Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Sajak Intelektual Hitam

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/adhie-m-massardi-5'>ADHIE M. MASSARDI</a>
OLEH: ADHIE M. MASSARDI
  • Rabu, 13 Januari 2016, 22:04 WIB
Sajak Intelektual Hitam
ilustrasi
Karena bukan pelangi,
     intelektual seharusnya tidak berwarna
Karena bukan ayam aduan,
     intelektual seharusnya tidak berkokok
Karena bukan cendana bukan gaharu pula,
     intelektual seharusnya tidak berbau
Karena bukan ini dan bukan itu,
     maka intelektual memiliki makna berbeda
 
Di langit ia rajawali
dengan mata menyala-nyala,
menjadi peringatan bagi penguasa yang durhaka
 
Di bumi ia menjadi sungai,
mengalir di antara sawah dan ladang petani
arusnya membawa harapan ke samudera kenyataan
 
Begitulah intelektual dalam pandangan kehidupan
Menjadi pedoman dalam setiap pencarian
Menjadi pemandu bagi para perindu
Dicatat rakyat dalam berbagai hikayat
Karena pikiran seorang intelektual menyatu dengan rasa
Sehingga persoalan bangsa dipandang dengan matahatinya
 
Maka celakalah suatu bangsa,
apabila intelektualnya sudah meninggalkan khittah
menjadi hitam dan berkokok seperti ayam aduan
berbau karena jiwanya tak pernah dicuci airmata
 
Maka apalah artinya pencarian tanpa pedoman
Apalah artinya kerinduan tanpa panduan
Apalah artinya harapan bila kian menjauh dari kenyataan
Karena tanpa haluan lautan akan kian menakutkan
 
O, intelektual hitam..!
 
Mereka adalah sekumpulan kelelawar
Memanfaatkan kegelapan untuk bermanuver
Menyerbu kebun-kebun petani yang pulas kelelahan
Meninggalkan rabies pada buah-buahan yang mereka gigit
Menebar kegilaan di mana-mana
 
Pada pohon demokrasi yang tumbuh tanpa kendali
Dengan benalu pemilu yang melilit seluruh dahannya
Bergantungan buah berbisa rabies sisa gigitan kelelawar
Dimakan walikota, walikota menjadi gila
Dimakan bupati, bupati menjadi gila
Dimakan gubernur, gubernur menjadi gila
Dimakan presiden, presiden menjadi gila
Dimakan anggota legislatif, mereka menajdi gila
 
O, intelektual hitam..!
Kelelawar yang bermanuver dalam kegelapan hati...!
 
Mereka bersarang di plafon eksekutif,
     membuat kebijakan menjadi bancakan
Mereka bersarang di plafon legislatif,
     membuat undang-undang menjadi uang
mereka bersarang di plafon yudikatif,
     membuat vonis menjadi bernilai bisnis
Mereka bersarang di plafon kantor-kantor BUMN
     membuat korupsimenjadi nyaris tak terdeteksi
Mereka bersarang di kampus-kampus,
     membuat pendidikan kehilangan nilai moral
 
Begitulah intelektual hitam dalam pandangan kehidupan
Menjadi menjadi racun bagi peradaban
Karena pikiran intelektual hitam menyatu dengan perutnya
Sehngga persoalan bangsa dipandang sebagai mangsa
 
Maka celakalah satu bangsa
     yang membiarkan para kelelawar terbang liar. [***]
 
Bekasi, 13 Januari 2016

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA