Ahok diperiksa dalam kasus pembelian lahan Rumas Sakit (RS) Sumber Waras. Kasus itu bermula ketika BPK menemukan wanprestasi. Pemprov DKI membayar lahan sebesar Rp 755 miliar. BPK menemukan adanya indikasi kerugian daerah sebesar Rp 191 miliar. Hal itu pertama kali diungkap dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK terhadap Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) DKI tahun 2014.
Ahok mengaku telah menyiapkan semua data yang dibutuhkan BPK. Salah satunya, dokumentasi video rapat pimpinan (rapim) yang pernah menyinggung permasalahan pembelian sebagian lahan RS Sumber Waras. Pada video itu, dijelaskan bagaimana Pemprov DKI membuat keputusan membeli lahan tersebut.
Menurutnya, audit investigasi BPK ini melebihi audit investigasi terhadap kasus bailout Bank Century. "Dia (BPK) juga sudah turunin lebih dari 100 orang lebih dan ini mungkin melebihi periksa Bank Century," ungkap Ahok di Balaikota, kemarin pagi.
Sebelumnya, BPK juga telah meminta keterangan Sekda DKI Saefullah, mantan Sekda DKI Wiriyatmoko, mantan Kepala Bappeda DKI Andi Baso Mappapoleonro, Kepala BPKAD DKI Jakarta Heru Budi Hartono, mantan Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dien Emmawati, dan Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Kusmedi Priharto. Audit investigasi juga telah rampung, dari total waktu 60 hari diperpanjang 20 hari, menjadi 80 hari pelaksanaan audit investigasi.
Ahok dijadwalkan diperiksa pukul 08.30 WIB. Namun, Ahok baru tiba di gedung seberang DPR itu setengah jam setelahnya. Rupanya, dia terjebak macet. Saking kesalnya, Ahok yang berbatik coklat memilih berjalan kaki. Ahok turun dari mobil Toyota Hi-Ace yang berhenti di Halte DPR/ MPR. Dia kemudian naik ke jembatan penyeberangan. "Hitung-hitung olahraga," ujarnya.
Beberapa pejabat yang mendampinginya mengekor. Ahok mengaku kesal dengan Dishub lantaran diarahkan ke jalan yang macet. Harusnya lewat Jalan KS Tubun. "Tadi saya lagi BBM-an di dalam mobil terus ngobrol sama Pak Heru. Saya nggak tahu kalau diarahinnya lewat sini, macet banget," Ahok berkisah.
Sambil berjalan, Ahok terus nyerocos. Dari soal sampah, joki
3 in one, bendera partai, sampai kursi taman. Dia kembali berceloteh saat melihat sebuah kursi taman. "Kursi tamannya Pak Jokowi nih," Ahok terkekeh. Ketika ditanya soal Pilkada, Ahok dengan santai menanggapi. "Belanda masih jauh," selorohnya.
Akhirnya, pukul 9 dia tiba. Dia langsung menuju lift bersama sejumlah stafnya untuk naik ke ruang pemeriksaan yang berada di lantai 12. Ahok baru keluar setelah sembilan jam digarap. Ahok keluar dari lift pukul 18.20 WIB. Wajahnya segar, tak tampak capek. Ahok mengaku puas dengan servis BPK.
"Dikasih makan nasi, kue, teh, air minum banyak, kenyang lah pokoknya di sini. Ya pokoknya jauh lebih baik diperiksa, eh bukan diperiksa tapi dimintai keterangan dengan ada catatannya," jelas Ahok.
Ahok mengaku, dia salah persepsi terhadap BPK. Tadinya, dia menilai BPK DKI tendensius dalam memeriksa kasus ini. Maka dia pun meminta BPK pusat turun tangan, meski Ahok awalnya juga tak sepenuhnya percaya. "Saya mohon maaf, dari awal saya suudzon," tuturnya.
Kini, Ahok berterima kasih terhadap BPK. Soalnya, BPK telah menunjukkan adminsitrasi DKI yang memang banyak salah dan buruk. "Ini seperti kuliah. Gila juga ya, ternyata administrasi DKI ini buruk sekali. Wah kita dikadalin. Maka tadi auditor ngomong sambil mengajari," selorohnya.
Saat ditanya apakah dirinya meminum pil pura-pura gila (PPG) yang sering dirinya sebut, Ahok mengaku telah meminumnya sebelum datang ke BPK. "Wajib dong 1,5 tablet obat PPG," ujarnya sambil tersenyum.
Sayang, Ahok tak merinci soal apa saja yang ditanyakan BPK kepada dirinya. Ahok yang didampingi Kepala Biro Humas dan Kerjasama Internasional BPK Yudi Ramdan dalam jumpa pers menyebut, materi pemeriksaan adalah rahasia. ***
BERITA TERKAIT: