HOROR DI PARIS

Intelijen Indonesia Harus Kerja Keras Pasca Serangan di Paris

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/yayan-sopyani-al-hadi-1'>YAYAN SOPYANI AL HADI</a>
LAPORAN: YAYAN SOPYANI AL HADI
  • Minggu, 15 November 2015, 00:06 WIB
Intelijen Indonesia Harus Kerja Keras Pasca Serangan di Paris
tb hasanuddin/net
rmol news logo . Indonesia harus belajar dari horor di Paris, Pransis. Sebab jumlah WNI yang bergabung ke dalam Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) sama dengan jumlah warga negara Pransis yang juga bergabung ke ISIS.

"Sama-sama sekitar 600-an orang. Warga negara Australia justru lebih banyak. Sehingga saya harap oleh Pemerintah, isu ini lebih di-manage dengan baik," kata anggota Komisi I DPR dari Fraksi PDI Perjuangan, Mayjen TNI (Purn) TB Hasanuddin dalam keterangan, Sabtu malam (Sabtu, 14/11).

TB Hasanuddin pun mengingatkan, untuk menghindari serangan serupa maka pemerintah harus memotong komunikasi dan hubungan mereka ke Indonesia. Mereka yang teridentifikasi bergabung dengan ISIS juga bisa disadap.

"Kedua, mengeliminasi ruang gerak mereka. Ini kerja intelijen harus bekerja keras " ungkap TB Hasanuddin.

Ketiga, lanjut TB Hasanuddin, mendeteksi bahan-bahan kimia yang bisa digunakan jadi bahan peledak. Ada ramuan yang bisa dibeli jadi bahan peledak.

"Lihatlah yang dipakai teroris di Alam Sutera, itu diramu sendiri. Bahan-bahan itu harus diawasi," ungkap TB Hasanuddin.

Keempat, tutup TB Hasanuddin, tetap dilakukan upaya deradikalisasi supaya jangan ada yang mau masuk dan terlibat dengan kegiatan radikal. [ysa]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA