Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Jargon Kosong, Akankah Bela Negara Bernasib Serupa dengan Revolusi Mental?

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/zulhidayat-siregar-1'>ZULHIDAYAT SIREGAR</a>
LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR
  • Senin, 19 Oktober 2015, 04:51 WIB
Jargon Kosong, Akankah Bela Negara Bernasib Serupa dengan Revolusi Mental?
as hikam
rmol news logo Pengamat sosial AS Hikam mempertanyakan apakah benar bahwa kekerasan sepakbola bisa menjadi indikator penting agar program bela negara dilaksanakan. Karena kekerasan, vandalisme, hooliganisme dalam olah raga, khususnya sepak bola, di Indonesia adalah tindakan kriminal massal yang sudah sangat lama terjadi di negeri ini dan sampai sekarang belum bisa diatasi oleh aparat.

Aksi itu berawal dari sentimen pendukung/supporter klub sepakbola dan kedaerahan, serta merupakan salah satu alasan pelampiasan kekecewaan dan frustrasi para pelakunya.

Namun aksi-aksi mob (kerumunan) tersebut menjadi marak karena tidak diselesaikan secara tegas dengan hukum, tetapi malah seakan "dipelihara". Misalnya disanjung-sanjung oleh pihak-pihak tertentu sehingga aksi kriminalitas tersebut menjadi semacam 'kebanggaan', solidaritas, identitas kedaerahan tersendiri.

Dalam kasus 'bonek' Surabaya, misalnya, ada kesan kuat bahwa aksi-aksi kekerasan para bonek tersebut bukannya dianggap kriminalitas yang harus ditumpas habis, tetapi malah diterima sebagai "kenyataan sosial" dan oleh sebagian orang dibangga-banggakan.

"Hemat saya, fenomena bonek dan kekerasan yang dilakukan oleh para supporter sepakbola di Indonesia sangat jauh kaitannya dengan BN (bela negara). Yang disebut terakhir ini adalah sebuah wacana dan praksis yang mesti dipahami secara lebih mendalam dan tidak perlu dikait-kaitkan dengan feomena yang jelas merupakan persoalan sosiologis dan psikologis seperti perbonekan tersebut," tegas pengamat sosial AS Hikam (Minggu, 18/10).

AS Hikam menyatakan itu menanggapi penilaian politisi Partai Gerindra, Martin Hutabarat (MH), yang mengatakan bahwa fenomena kekerasan jelang pertandingan final Piala Presiden 2015 kemarin menunjukkan urgensi program bela negara (BN) yang akhir-akhir ini dikumandangkan Menteri Pertahanan. (Baca: KEKERASAN JELANG FINAL PIALA PRESIDEN BUKTI BELA NEGARA SANGAT DIBUTUHKAN)

Menurutnya, ketidakjelasan dalam memberikan pemahaman dan konsepsi tentang bela negara akhirnya akan membuat rancu dan memancing polemik berkepanjangan. Ini sama saja dengan wacana revolusi mental (RM), yang juga cenderung tidak jelas tetapi bisa dipakai untuk omong apa saja. Bahkan soal bonek dan kekerasan sepakbola itu sendiripun bisa dikaitkan dengan perlunya revolusi mental.

"Lalu pertanyaannya adalah, BN dan RM dan segala macam wacana itu maksudnya apa dalam kehidupan kongkrit masyarakat? Apakah cuma menjadi jargon dan slogan kosong yang nanti menghambur-hamburkankan uang negara?" tandasnya mempertanyakan. [zul]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA