Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Menperin: Mahasiswa jangan Pesimis, Jadikan MEA 2015 sebagai Peluang

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/zulhidayat-siregar-1'>ZULHIDAYAT SIREGAR</a>
LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR
  • Sabtu, 26 September 2015, 18:00 WIB
Menperin: Mahasiswa jangan Pesimis, Jadikan MEA 2015 sebagai Peluang
rmol news logo Menteri Perindustrian Saleh Husin mengingatkan generasi muda untuk tidak pesimis dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Lalu lintas perdagangan dan investasi di kawasan regional yang mulai berlaku akhir tahun ini harus dijadikan sebagai peluang dan momentum untuk memacu diri.

Pemberlakukan MEA 2015 bertujuan untuk menciptakan ASEAN sebagai sebuah pasar tunggal dan kesatuan basis produksi. Akan terjadi free flow atas barang, jasa, faktor produksi, investasi dan modal, serta penghapusan tarif bagi perdagangan antar negara ASEAN.

Demikian disampaikan Menperin saat memberikan kuliah umum pada mahasiswa Universitas Indo Global Mandiri (UIGM) dan Sekolah Tinggi Ekonomi Bisnis Syariah (STEBIS) dengan tema Gerakan Nasional Dalam Rangka Memasuki Era Masyarakat Ekonomi ASEAN” di Palembang, Sabtu (25/9).

Turut hadir Rektor UIGM yang juga mantan Ketua DPR RI, Marzuki Alie, anggota DPR RI Fauzih H Amro dan anggota DPD RI dari Sumatera Selatan sekaligus Ketua Yayasan Indo Global Mandiri Asmawati.

"Kritis terhadap hal baru itu memang harus, tetapi jangan menjadi pesimis karena sikap ini tidak membawa kita kemana-mana, malah lalai untuk bersiap diri. Untuk MEA, Indonesia berpeluang meningkatkan diri sebagai negara pengekspor dan akses keluar negeri dalam rangka mencari pekerjaan menjadi lebih mudah," jelas Menperin.

Saat ini, lanjutnya, nilai ekspor industri Indonesia sampai bulan Juli 2015 ke negara ASEAN, ditambah Jepang dan Tiongkok, telah mencapai 46,75 persen, sedangkan untuk negara lainnya mencapai 53,25 persen dari total ekspor.   

Di sisi lain, pemberlakuan MEA 2015 juga akan menjadi tantangan, mengingat penduduk Indonesia yang sangat besar, tentunya akan menjadi tujuan pasar bagi produk-produk Negara ASEAN lainnya.

"Kita tidak menutup mata karena ini riil. Tapi ingat, kita perlu menggunakan sudut pandang yang luas dan timbal balik. Artinya, MEA memang membuka pintu bagi mengalirnya produk Thailand, Malaysia, Vietnam ke Indonesia, tapi produk kita juga sama-sama leluasanya dipasarkan ke sana,” ujarnya.

Dalam hal ini, Menperin mengungkapkan bahwa para pelaku industri kreatif sangat berpeluang mendulang keuntungan dari makin terbukanya pasar ASEAN. Apalagi, generasi muda di Tanah Air terkenal dengan kreativitas dan kemampuan menciptakan produk-produk baru berbasis budaya lokal.

Penguasaan teknologi informasi juga menjadi peluang berusaha dan berkarier saat ini. Siapa yang punya ‘passion’ di teknologi informasi saat ini? Ya generasi muda termasuk mahasiswa-mahasiswa,” ulas Saleh Husin sembari berharap mahasiswa tidak hanya menjadi pengguna telepon pintar tapi juga mengembangkan diri sebagai pengembang aplikasi atau developer.

Penguatan daya saing dan penerimaan produk domestik juga menjadi isu utama menghadapi MEA. Untuk itu, langkah konkretnya adalah meningkatkan penggunaan produk-produk yang telah bisa dibuat di dalam negeri.

"Mencintai produk Indonesia adalah upaya nyata untuk mengembangkan industri. Baik produk industri besar, menengah maupun IKM sehingga pendapatan dan aktivitas industri terus berputar," tandas Marzuki Alie. [zul]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA