Direktur Eksekutir Pusat Kajian Trisakti Fahmi Habsyi langsung bereaksi satu hari setelah kejadian bahwa kerusuhan Tolikara adalah operasi intelejen asing. Kepentingan intelijen asing ini beririsan dengan sekelompok pihak di Jakarta yang terganggu kepentingannya dengan kebijakan Jokowi yang ingin membangun Papua dengan merapihkan tata kelola kesejahteraan rakyat Papua yang lebih baik.
(
Baca: Pusaka Trisakti: Insiden Tolikara Melibatkan Asing dan Tokoh Intelijen Masa Lalu)Seteru politisi Fadli Zon dalam "perang puisi" di masa Pilpres dan Pileg 2014 ini merangkai sajak yang didedikasikan untuk rakyat Papua. (
Baca sajak: Joko; Sa Cinta Ko, Papua!).
Apa yang sebenarnya ingin disampaikan Fahmi melalui sajak tersebut?
Kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Fahmi menjawab bahwa momen 70 tahun HUT Kemerdekaan ini harus menjadi tekad anak-anak bangsa bahwa paradigma membangun Papua haruslah bergeser. Membangunan Papua tidak dengan seremonial dialog-dialog sebagaimana selama ini ditampilkan.
"Bangunlah Papua dengan hati yang tulus, sebagaimana rakyat Papua yang tulus bersama kita. Pemerintahan Jokowi saya lihat telah memulai dengan dasar itu. Dengan hati, kita bisa didengar apa yang diinginkan rakyat Papua," ungkap Fahmi.
"Misalnya saya lihat dari era masa lalu tidak ada tekad ingin menguatkan infrastruktur yang hubungkan rakyat Papua di pegunungan dan pesisir kota. Apakah mereka inginkan infrastruktur jalan Wamena-Jayapura diperbagus agar arus barang jasa bisa lebih murah dan komunikasi diantara mereka yang digunung dan dipesisir kota lebih bai. Karakter di antara mereka berbeda dalam lihat prespektif NKRI karena sulitnya akses untuk berinteraksi," demikian Fahmi.
[ysa]
BERITA TERKAIT: