Tangki Pertamax Plus Dikuras, Diisi Pertalite

SPBU Antusias Sambut Bensin Baru Oktan 90

Selasa, 28 Juli 2015, 10:09 WIB
Tangki Pertamax Plus Dikuras, Diisi Pertalite
ILUSTRASI/NET
rmol news logo Truk tangki berlogo Pertamina memasuki Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) 3121403, di Jalan Daan Mogot, Grogol, Jakarta Barat. Dua satpam pria mengarahkan truk yang mengangkut 16 ribu kiloliter BBM itu menuju tangki pendam SPBU.
 
Melihat kedatangan truk BBM, Darul, Kepala SPBU tu­run dari ruang kerjanya di lantai dua. Menggunakan rompi biru, pria berkulit bersih itu mendekati truk yang telah berhenti di dekat tempat penyimpanan BBM.

Ia mengawasi dua anaknya melakukan pemindahan BBM dari truk ke tangki pendam. BBM yang dibawa truk ini ada­lah Pertalite, bensin beroktan 90 produk baru Pertamina.

Bensin yang berkualitas di bawah Pertamax ini dibanderol Rp 8.400 per liter. Lebih mahal Rp 1.000 dibanding Premium, bensin beroktan 88.

Diluncurkan akhir pekan lalu, Pertalite baru dijual di 101 SPBUdi Jakarta, Bandung, Surabaya dan SPBU yang di rest area tol Jabodetabek. Salah satunya SPBU 3121403 di Grogol ini.

Dua pegawai SPBU yang mengenakan seragam hitam tam­pak cekatan membuka penutup tangki penyimpanan BBM. Ada 10 penutup tangki dengan warna berbeda-beda: kuning, biru, merah, hijau dan putih.

Warna penutup ini memberita­hukan jenis BBM yang disimpan di tangki pendam. Kuning untuk Premium, biru Pertamax, merah Pertamax plus, hijau Pertamina Dex. Sedangkan putih Pertalite.

Ada tiga penutup tempat peny­impan yang berwarna putih. Cat yang melapisi penutup ini masih kinclong. Sepertinya belum lama diulas.

Sebelumnya, tiga tangki pen­dam itu dipakai untuk menyim­pan Pertamax Plus. Kini hanya ada satu tempat penyimpanan untuk bensin beroktan 95 itu.

Darul mengatakan pihaknya tak perlu menambah tangki pen­dam untuk menyimpan Pertalite. "Tangki Pertamax Plus kita kuras sebelum diisi Pertalite. Sisa Pertamax Plus, kita masukkan ke tangki cadangan," kata Darul sam­bil mengamati pemindahan BBM dari truk ke tangki pendam.

Pihaknya memutuskan men­gurangi stok Pertamax Plus, sehingga tangkinya bisa dipakai untuk Pertalite. "Bukan tidak laku ya (Pertamax Plus)," bisiknya.

Satu tangki pendam di SPBU ini bisa menampung hingga 20 kiloliter BBM. Pengurasan tangki Pertamax Plus untuk di­isikan Pertalite memakan biaya Rp 2 juta. Setelah tangki kosong, baru diisi bensin baru yang ber­warna hijau.

Darul mengungkapkan, pen­jualan Pertalite cukup laris. Dalam sehari, 4 kiloliter atau 4 ribu liter bisa terjual. Stok Pertalite yang didatangkan pada Jumat lalu sudah menipis. Lantaran itu pihaknya perlu mengorder lagi.

Proses pemindahan Pertalite ke tangki pendam kelar tak sampai sejam. Truk pun menin­ggalkan SPBU terbesar di ruas jalan yang menghubungkan Jakarta-Kota Tangerang ini.

Tangki pendam yang berisi Pertalite berkoneksi dengan empat mesin dispenser. Nozzle di keempat mesin itu berwarna putih. Enam nozzle untuk pengi­sian mobil. Dua untuk motor.

Darul mengungkapkan Pertamina memberikan gratis nozzle untuk pengisian Pertalite. Pertamina juga menyediakan spanduk sosialisasi mengenai jenis bensin baru yang akan dipasang di SPBU.

Pemantauan Rakyat Merdeka, tak banyak pengendara mo­bil yang mengisi Pertalite. Nozzle Pertalite bersebelah dengan Premium dan Pertamax. Pengendara yang hendak isi bensin bisa melihat selang peng­isian Pertalite.

Ari, pengendara Toyota Avanza mengatakan telah men­dengar Pertamina mengeluarkan bensin jenis baru. Namun dia memilih tetap mengisi kend­araannya dengan Pertamax, yang oktannya lebih tinggi dari Pertalite. "Pertamax kualitasnya sudah teruji," dalihnya.

Seorang petugas wanita pun memasukkan nozzle berwar­na biru ke tangki mobil Ari. Pertamax dialirkan sesuai per­mintaan Ari.

Menurut dia, masih jarang pengendara mobil yang mengisi Pertalite. Pengendara sempat menanyakan bensin jenis baru ini. Mulai dari harga per liter dan oktannya. "Yang beli (Pertalite) ada saja," kata perempuan yang mengenakan jilbab hitam ini.

Benar saja, mobil Honda Brio berhenti. Pengemudinya mem­inta diisikan Pertalite seharga Rp 150 ribu untuk. Ia mengisi Pertalite karena bensin ber­oktan 90 ini baik untuk mesin kendaraanya. "Harganya juga di bawah Pertamax," alasannya.

Saat ini, harga Pertamax Rp 9.300 per liter. Lebih mahal Rp 900 dibanding Pertalite. Memang oktan Pertamax lebih besar: 92.

Di jalur pengisian khusus mo­tor, banyak pengendara yang me­minta diisikan Pertalite. Namun antrean pengendara tak sepan­jang di jalur pengisian Premium. "Pertalite laris, karena harganya lebih murah dari Pertamax," ujar petugas wanita di jalur pengisian sepeda motor.

Di jalur pengisian ini, nozzle Pertalite bersanding dengan Pertamax dan Pertamax Plus. Pengendara banyak yang me­nanyakan bensin jenis baru dan meminta diisikan ke tangki motornya.

Masih Promosi, Dijual Lebih Murah Rp 300

Pertamina telah melun­curkan bensin baru bernama Pertalite Jumat lalu. Perusahaan pelat merah itu mematok harga Rp 8.400 per liter dan bensin beroktan 90 ini dijual di 103 di SPBU di Jabodetabek, Bandung, dan Surabaya.

Di SPBU3121403, di Jalan Daan Mogot, Grogol, Jakarta Barat misalnya, dalam satu hari, sebanyak 4 ribu liter Pertalite terjual. Memiliki kualitas di atas Premium (oktan 88), dengan harga di bawah Pertamax (oktan 92) membuat masyarakat mencoba BBM yang ditandai nozzle putih di selang pengisiannya.

"Pertalite oktannya 90 baik untuk pembakaran mesin," ujar Darul, Kepala SPBU ini.

Darul menjelaskan, pihaknya masih memantau pasar Pertalite. Sebab harga Rp 8.400 yang dijual ini ternyata masih harga promo. Pihak Pertamina belum menentukan berapa harga sebe­narnya harga Pertalite.

Direktur Pemasaran Pertamina, Ahmad Bambang mengamini harga Pertalite saat ini masih harga promosi. Pertalite dijual Rp 8.400 per liter untuk mendor­ong penggunaan bensin oktan 90 ini. Normalnya, harga Pertalite di atas Rp 8.400 per liter.

"Mestinya dijual di kisaran Rp 8.700-Rp 8.900. Tetapi kar­ena promosi ya segitu dulu (Rp 8.400)," ujar Ahmad di saat me­launching Pertalite SPBU Abdul Muis, Jumat lalu.

Harga promosi itu, katanya, akan diberlakukan selama dua bulan ke depan. Selama periode itu, Pertamina bakal melaku­kan evaluasi terhadap Pertalite. "Mau konsumsi berapa, itu akan kami evaluasi. Dua bulan ke depan akan kami evaluasi," katanya.

Ahmad menjelaskan Pertamina tidak mengambil untung atas penjualan Pertalite saat masa promo. Ahmad mengungkap­kan, walau lebih murah Rp 300/liter dari harga sebenarnya, Pertamina tidak rugi sama sekali. Juga tidak mendapatkan untung dari penjualan Pertalite.

Ia menambahkan, harga Pertalite 8.400/liter akan di­evaluasi kembali dua bulan kemudian, bila harga minyak turun maka harga Pertalite bisa lebih murah lagi. Sebaliknya, jika harga minyak naik, harga Pertalite juga akan dinaikkan.

"Ini seperti Pertamax, tapi kita baru evaluasi 2 bulan lagi, kita lihat nanti harga minyak dua bulan lagi, kalau turun harga Pertalite turun atau sebaliknya," tutupnya.

Setiap SPBU Hanya Dijatah 5 Ribu Liter

Uji Pasar Pertalite

Direktur Utama PTPertamina Dwi Soetjipto terus me­mantau penjualan bahan bakar minyak (BBM) varian baru, Pertalite. Menurut Dwi, sejak Jumat (24/7) lalu diluncurkan di tiga kota, BBM beroktan 90 itu banyak memikat minat masyarakat.

"Kami lihat perkembangannya (Pertalite). Ini kan baru di tes pasar. Sejauh ini tanggapan pasar cukup bagus," ujar Dwi saat ditemui di Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (27/7).

Pasokan Pertalite kata Dwi, akan terus ditambah seiring meningkatnya minat masyarakat. Karena itu, hingga dua bulan ke depan, Pertamina terus memantau perkembangan Pertalite di 101 SPBU, yang tersebar di Jakarta, Surabaya dan Bandung.

"Kalau responnya bagus tentu akan kami naikan terus (suplainya). Sekarang kami lihat dulu dua bulan. Sekarang kan baru 101 SPBU. Kalau di sana sudah siap, kami tambah, tanpa mengurangi Premium," ucap bekas dirut PTSemen Indonesia itu.

Dwi menjelaskan, saat ini Pertamina menyediakan 5.000 liter Pertalite untuk setiap SPBU per hari. Ada 101 SPBU yang mulai menjual bensin jenis ini sejak Jumat. Rinciannya, 40 SPBU di Jakarta, 28 SPBU di Bandung dan 33 SPBU di Surabaya.

Guna mendukung kelan­caran operasional uji pasar pertalite itu, Pertamina telah mempersiapkan infrastruktur dalam hal ketersediaan BBM, armada mobil tangki, dan lain-lain. Hingga saat ini, pertalite diproduksi di Balongan, Jawa Barat, dan Cilacap di Jawa Tengah.

Pada uji pasar, Pertalite di­jual dengan harga Rp 8.400 per liter, di antara harga Pertamax Rp 9.300/liter dan di atas harga premium Rp 7.400/liter. Kadar oktannya juga di antara Pertamax dan Premium.

Vice President Coorporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro men­gungkapkan, pihaknya juga mempersiapkan penjualan Pertalite di luar Pulau Jawa. Waktunya, dua bulan lagi. "Setelah selesai dengan uji pasar, baru kami keluar dari Pulau Jawa," ujar Wianda.

Saat ini, kata dia, Pertamina memang baru memilih tiga kota saja sebagai uji pasar Pertalite, yakni Jakarta, Bandung, dan Surabaya, karena menjadi kota dengan konsumsi BBM yang besar.

Wianda juga bilang, pemili­han tiga kota sebagai tempat uji pasar Pertalite dilihat dari sisi distribusi. "Dari sisi distribusi mana yang kita bisa, kita siap­kan duluan. Jadi jangan sampai sudah ada ekspektasi membeli, tapi dari distribusi kami tidak bisa mendorong secaa maksi­mal," kata dia.

Pengendara Motor Beralih Pakai Pertalite

Antrean di jalur pengisian Premium khusus motor di SPBU3121403 tampak men­gular. Pemandangan berbeda di jalur pengisian Pertamax dan Pertamax Plus. Sepi pre­motor.

Masuk SPBUyang terletak di kawasan Grogol, Jakarta Barat ini, Sakti, pengendara motor langsung menuju jalur "red car­pet" untuk pengisian Pertamax maupun Pertamax Plus.

Menunggang Yamaha Vixion dengan sistem injeksi, ia meminta diisikan Pertamax ke tangki motornya. Menurut dia, performa motornya tak baik jika diisi Premium yang beroktan 88.

Mengamati mesin dispenser untuk memompakan bensin ke nozzle, dia melihat ada bensin bernama Pertalite. Nozzlenya berwarna putih. Harga per liternya Rp 8.400. Sedangkan Pertamax yang biasa dibelinya Rp 9.300 per liter.

Ia pun menanyakan bensin baru kepada wanita petugas pengisian BBM. Menurut petugas itu, kualitas Pertalite tak jauh dengan Pertamax. "Pengguna premium dari pada ngantre juga banyak pilih Pertalite," sebutnya.

Penasaran, Sakti pun men­coba Pertalite yang harganya lebih murah Rp 900 dengan Pertamax. Ia meminta diisikan setara Rp 50 ribu. Pertalite 5,3 liter pun dialirkan ke tangki motornya. "Lumayan jadi full tangkinya," katanya.

Pengguna Pertalite di SPBUini kebanyakan pengendara roda dua. Darul, Kepala SPBUmengatakan banyak pemo­tor pengguna Pertamax yang menjajal pakai Pertalite. Juga pengguna Premium. "Motor yang tadinya antre di Premium, banyak juga yang beralih ke Pertalite," ujar Darul.

Tidak hanya di antrean mo­tor, pengendara mobil juga banyak yang membeli Pertalite. Pasalnya, bensin ini memiliki oktan lebih tinggi dibanding Premium: 90. Sedangkan Premium beroktan 88. "Tapi, mobil-mobil mewah tetap pakai Pertamax," tambahnya.

Penjualan Pertalite di SPBUini laris. Setiap hari 4 ribu liter terjual. Stok 16 ribu liter Pertalite bakal tandas dalam empat hari. Darul mengata­kan akan memperbanyak stok Pertalite jika penjualan sampai 6 hingga 7 ribu liter per hari. "Kualitas Pertalite yang di atas Premium membuat Pertalite laku," pungkasnya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA