Bambang Brodjonegoro: Koreksi Saham China Masih dalam Batas Wajar

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ade-mulyana-1'>ADE MULYANA</a>
LAPORAN: ADE MULYANA
  • Senin, 13 Juli 2015, 13:19 WIB
Bambang Brodjonegoro: Koreksi Saham China Masih dalam Batas Wajar
bambang brodjonegoro/net
rmol news logo Kementerian Keuangan menilai anjloknya bursa saham Republik Rakyat China masih dalam batas kewajaran, mengingat sejak beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan harga saham yang signifikan di negeri panda itu.

Tahun lalu saja, sebut Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di bursa saham China meroket 160 persen. dengan demikian, koreksi hingga 30 persen dapat dikatakan tidak berarti apa-apa, karena masih untung besar.

"Kenaikan yang sangat tinggi itu diakibatkan faktor fundamental berupa ekspektasi yang tinggi, selain karena regulator kurang hati-hati. Banyak saham gorengan. Gadai saham jadi hal yang biasa," ujar Bambang dalam perbincangan dengan redaksi di rumahnya di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta, Minggu malam (12/7).

Dalam praktik ekonomi, lanjut Bambang, harga saham tidak bisa selamanya naik. Harga saham rentan terkoreksi baik karena aksi korporasi maupun aksi non korporasi.

"Yang menarik kalau kita hitung year to date, IHSG China masih tumbuh 23 persen," kata Bambang.

Secara umum, kondisi di bursa saham China itu tidak parah seperti yang dibayangkan banyak orang. Apalagi bila dikaitkan dengan kemampuan Indonesia mengakumulasi investasi dari China.

"Terlepas dari masalah di bursa saham, pertumbuhan ekonomi China memang sedang slowing down karena selama ini over investment, misalnya ada pelabuhan yang kosong, juga jalan yang kosong,” masih kata Bambang.

Dalam fase slowing down ini, pemerintah China mengubah strategi. Pembangunan yang selama ini ditopang investasi mulai digeser ke konsumsi publik.

"Ada keinginan menggeser pertumbuhan dari investment based menjadi consumption based. Konsekuensinya, pertumbuhan ekonomi sedikit terganggu. China siap pertumbuhan ekonominya tidak lagi 10 persen, hanya 7 persen. Tapi angka itu pun cukup tinggi dan sangat baik di tengah situasi perekonomian global yang melemah saat ini," demikian Bambang. [dem]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA