CALON PANGLIMA TNI

Pengamat: Percaya Saja TNI Tak Masuk Ranah Politik Lagi

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/yayan-sopyani-al-hadi-1'>YAYAN SOPYANI AL HADI</a>
LAPORAN: YAYAN SOPYANI AL HADI
  • Selasa, 23 Juni 2015, 09:08 WIB
Pengamat: Percaya Saja TNI Tak Masuk Ranah Politik Lagi
ilustrasi/net
rmol news logo . TNI merupakan lembaga pertahanan negara yang keberadaannya tak lepas dari pendidikan dan pengembangan karier serta jenjang kepangkatan. Dengan demikian, bila seseorang dianggap layak dan prestasinya bagus lalu menjadi pimpinan tertinggi TNI, maka itu adalah wajar saja.

"Kan sulit juga ya prajurit itu melampaui jenjang karier sejalan dengan pergantian kepemimpinan negara, lalu saat ada pergantian kepemimpinan TNI masuk dalam ranah dikotomi ini orangnya siapa, itu orangnya siapa. Saya rasa kita harus percaya bahwa TNI tak masuk ranah politik lagi," kata pengamat militer, Dr. Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati, kepada Kantor Berita Politik RMOL beberapa saat lalu (Selasa, 23/6).

Pernyataan Susaningtyas ini terkait dengan kabar bahwa ada pertarungan antar-faksi di tubuh pemerintah, termasuk soal posisi Panglima TNI. Bahkan dikabarkan, penunjukkan Gatot Nurmantyo sebagai Panglima TNI merupakan Kemenangan SBY (Baca: Kemenangan SBY, Gatot Nurmantyo Ditunjuk Jadi Panglima TNI).

Di luar isu politik, bagi Susaningtyas, penting bagi Panglima TNI baru untuk membekali prajurit dengan pendidikan dan pengetahuan politik negara., meski mereka tak boleh lagu berpolitik praktis. Sehingga para prajurit memahami apa dan bagaimana netralitas itu, terlebih kini dirasakan ada pergeseran ancaman terhadap negara, yang tidak lagi sebatas ancaman perang tradisional.

Adanya ancaman cyber war, lanjut Susaningtyas, perang asimetrik dan lain-lain tentu saja tak hanya merupakan perebutan teritorial langsung tapi lebih kepada otoritas penguasaan kedaulatan melalui tekhnologi dan psywar. Hal ini berdampak lebih luas, dan bisa masuk ke relung-relung Ipoleksosbud bangsa.

"Bila kita tak waspada maka bukan tak mungkin kita dapat dilumpuhkan dengan cara itu sebagai bangsa. Justru itu prajurit TNI juga harus pintar dan memiliki profesionalitas teruji. Alutsista yang kita miliki tentu harus konsisten dengan renstra dan kebijakan MEF, jangan nantinya saat ganti pimpinan ganti pula renstra yag pastinya berdampak pada budgeting dan lain-lain," demikian Susaningtyas. [ysa]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA