George Soros adalah sosok yang membangkrutkan Bank Sentral Inggris pada 16 Desember 1992. Dia mempermainkan poundsterling sehingga ekonomi Inggris saat itu morat-marit.
Nah, kondisi Indonesia saat ini mirip dengan yang dialami Inggris ketika 1992.
"Soros Indonesia' tengah menggempur rupiah," tegas Wibisono kepada wartawan di Jakarta, Selasa (16/6).
'George Soros lokal' ini memiliki contract for difference (CFD) sebesar 10 miliar dolar AS, hanya dengan modal 250 juta dolar AS guna meng-corner rupiah dengan strike position Rp 13.800 per dolarnya. Sejauh ini, BI belum melarang CFD tersebut.
Menurutnya, situasi ekonomi Indonesia yang melemah saat ini memungkinkan pihak-pihak lokal yang ingin menjatuhkan fundamental ekonomi nasional dan memanfaatkannya demi kepentingan tertentu.
"Kalau ini (di Indonesia) seolah-olah disengaja ikut memperlemah," katanya.
Itu disebabkan, lanjut Wibisono, salah satunya karena perdagangan valuta asing tidak dapat dikontrol oleh siapapun, termasuk Bank Indonesia.
[dem]
BERITA TERKAIT: