"Sebab radikalisme di Poso sangat beda dengan radikalisme di tempat lain. Penyebab terjadinya radikalisme di Poso tak lepas peristiwa konflik Poso pada tahun 1998 yang diduga tidak tuntas akar masalahnya," ujar Ketua Tim Pengacara Muslim (TPM) Sulawesi Tengah, Asludin Hatjani SH, MH kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Selasa, (19/5).
Untuk bisa menerapkan deradikalisasi, dia menambahkan, perlu dibahas secara mendalam dengan melibatkan para tokoh saksi sejarah yang mengetahui peristiwa konflik Poso tahun 1998. Juga perlu dihadirkan pejabat Polri yang saat itu ikut menangani konflik serta tokoh saksi sejarah yang bisa menyentuh akar masalah.
"Apalagi masalah diduga adanya paham radikalisme di Poso, tentu Pak Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti bisa mengetahui. Sebab, Pak Haiti menuntaskan tercipta rasa aman dan damai di Poso saat menjabat Kapolda Sulawesi Tengah tahun 2006-2008. Tentu sedikitnya sangat paham apa yang terjadi di Poso pada tahun 1998," lanjut Asuludin Hatjani.
Menanggapi adanya operasi camar maleo yang dilakukan Polda Sulawesi Tengah untuk mengejar dan menangkap kelompok teroris Santoso Cs, menurut Asludin Hatjani operasi itu sangat perlu untuk bisa menciptakan keamanan di Poso dan Sulawesi Tengah pada umumnya dari kelompok radikalisme seperti Santoso Cs.
Namun kata Asludin, operasi itu diduga tidak bisa menghilangkan radikalisme kalau benar ada di Poso. Karena radikalisme biasanya bersumber selain dari keyakinan dan juga dari penyelesaian permasalahan yang tidak adil dan tidak tuntas.
[zul]
BERITA TERKAIT: