Selama ini, kata ekonom senior Fuad Bawazier, group kreditur Inter Governmental Group On Indonesia (IGGI)-Consultative Group on Indonesia (CGI) yaitu Bank Dunia, ADB, serta negara-negara maju dan lain-lain dalam konsorsium kreditur untuk Indonesia yang telah berumur hampir 50 tahun ini kurang tertarik pada pembangunan infrastruktur Indonesia. Karena itulah ekonomi Indonesia tertinggal dan terpuruk.
"Itulah akibat buruk yang diderita Indonesia yang terlalu patuh pada pengarahan IGGI atau CGI," kata Fuad kepada
Kantor Berita Politik RMOL beberapa saat lalu (Rabu, 6/4).
IGGI-CGI, lanjut Fuad, lebih menyukai uang utang Indonesia digunakan untuk proyek-proyek non infrastruktur agar projeknya jatuh atau dikerjakan oleh mereka-mereka juga, seperti (konsultan atau kontraktor asing, dengan laba yang luar biasa besarnya. Mereka ini berbeda dengan China yang lebih suka dana pinjamannya digunakan untuk proyek-proyek infrastrukur.
"Jadi sudah tepat kalau Jokowi lebih memilih China dalam membangun infrastruktur Indonesia. Apalagi harga-harga China jauh lebih murah dari harga proyek CGI," ungkap Fuad.
Namun demikian, lanjut Fuad, ada dua hal yang harus diwaspadai oleh Indonesia ketika merapat ke China. Pertama, kemarahan atau kecemburuan CGI karena Indonesia beralih ke China. Kedua, ketelitian pemerintah Indonesia dalam membuat kontrak atau perjanjian dengan China agar tidak mengulangi kesalahan Indonesia dalam berhubungan dengan IGGI-CGI.
"Tapi yang terpenting, projek infrastruktur Indonesia harus cepat terwujud. Jangan ragu atau maju mundur, karena inilah solusi utama dan terpenting dalam perekonomian Indnesia," demikian Fuad.
[ysa]
BERITA TERKAIT: