Walau beberapa analis politik menganggap isu 100 hari semata mengadopsi tradisi Barat, namun lebih banyak yang menilai ulasan kinerja 100 hari sebagai isu penting untuk dibicarakan.
Seperti dikatakan polster papan atas, Denny JA, walau banyak kebijakan membutuhkan waktu panjang untuk membuahkan hasil, namun Jokowi harus tetap memilih ada program 100 hari. Program 100 hari pertama itu, demikian Denny JA, penting untuk menjaga psikologi publik.
Nah, di samping semua isu miring maupun prestasi positifnya, salah satu yang menarik dari 100 hari pemerintahan Jokowi adalah berbaliknya dukungan kalangan yang mendukung Jokowi pada masa kampanye Pilpres.
"Beberapa pendukung terbesarnya telah menjadi kritikus paling sengit, dan beberapa sudah berkelakar soal siapa lagi sosok yang harus mereka pilih di Pemilihan Presiden berikutnya. Dan itu bukan pertanda baik di tiga bulan pertama pemerintahannya," demikian kutipan ulasan reporter
TIME, Yenni Kwok, dalam artikelnya memperingati 100 hari Jokowi.
Apalagi, jajak pendapat untuk mengukur kinerja tidak hanya "menimpa" Jokowi, tetapi kepada hampir setiap rezim baru di era reformasi ini. Mau tak mau, Jokowi harus menelan pahit manisnya hasil jajak pendapat 100 hari.
Kantor Berita Politik RMOL sendiri telah membuka poling meminta pendapat pembaca soal isu ini sejak tiga pekan lalu. Dan terungkap ketidakpuasan terhadap rezim Jokowi sangat tinggi di kalangan pembaca.
Menjawab pertanyaan, "secara umum apakah Anda puas dengan kinerja pemerintahan Joko Widodo dalam 100 hari pertama?", sampai berita ini dilaporkan, hanya 7.6 persen responden yang memilih opsi jawaban
Puas.
Sementara yang menjawab
Tidak Puas mencapai 89.6 persen. Sisanya
Ragu-ragu sebesar 2.8 persen.
Cerminan menurunnya dukungan kepada Jokowi di masa 100 hari pemerintahannya juga dilansir lembaga Lingkaran Survei Indonesia (LSI) pada 29 Januari lalu, sehari setelah peringatan 100 hari.
Kepuasan publik terhadap pemerintah merosot di bawah 45 persen, atau hanya 42,29 persen publik yang menyatakan puas dengan pemerintahan Jokowi-JK. Sedangkan mayoritas publik, yakni sebesar 53,71 persen, menyatakan tidak puas dengan kinerja Jokowi. Mayoritas publik pun menyayangkan Jokowi kehilangan momentum perubahan 100 hari pertamanya.
Kepuasan publik terhadap Jokowi menurut dratstis jika dibadingkan dengan harapan dan dukungan kepadanya setelah terpilih sebagai presiden ke-7.
Jokowi terpilih sebagai presiden dengan dukungan 53,15 persen suara. Bahkan sebelum dilantik sebagai presiden, harapan publik akan Jokowi berada di 71,73 persen (Agustus 2014).
Poling yang digelar
RMOL ini tidak mengikuti kaidah akademis. Poling ini menggunakan metode one IP one vote, artinya tidak mencerminkan sikap seluruh rakyat Indonesia. Poling hanya gambaran sikap pembaca RMOL, yang bersedia memberikan suara dalam poling.
[ald]
BERITA TERKAIT: