DI jejaring sosial Twitter, account @diinduun_ tidak setuju dengan rencana Gubernur DKI Jakarta Ahok menggabungkan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA) dalam satu gedung. Ih jangan lah pak,†kicaunya.
Account @nopafyl mengatakan, apabila siswa digabung pada satu tempat, maka permasalahan yang muncul adalah kemacetan yang semakin parah saat jam masuk dan jam keluar sekolah. Semakin macet, guru SD-SMP-SMA rebutan tempat parkir nanti pak,†cuitnya.
Account @fitriaaputri6 menolak rencana penggabungan tersebut. Dia berkelakar, apabila digabungkan, maka para siswa akan terganggu dengan masalah percintaan. Jangan. Nanti anak SD pada cinlok sama SMP, SMP sama anak SMA, hahaha,†guraunya.
Account @BangAgam mengingatkan, penggabungan siswa berbagai tingkatan dapat menimbulkan masalah sosial baru. Ini bisa merusak pergaulan. Sudah banyak kajiannya,†klaimnya.
Account @sawidjan khawatir, penggabungan gedung sekolah mempengaruhi psikologis siswa yang berbeda usia. Hati-hati, anak dengan level usia yang beragam,†kicaunya.
Account @yogii_saputra menyarankan, bekas politisi partai Gerindra tidak lagi mewacanakan perubahan sistem pendidikan lama di Ibukota. Ngacak-ngacak Jakarta aje lu ahok. Program sudah bagus juga,†ketusnya.
Account @bagusadityo pesimistis, wacana yang diutarakan bekas Bupati Belitung Timur itu dapat terlaksana. Pasalnya, membangun dan merenovasi gedung sekolah bersama membutuhkan biaya besar. Ahelah. Emangnya gampang,†kritiknya.
Account @intaaant menjelaskan, pengabungan gedung SD, SMP dan SMA akan menyulitkan para guru membedakan mana siswa SD, siswa SMP, dan siswa SMA. Wah bakal susah bedain mana muka SD, SMP, SMA ini. Yang SD nanti cepat dewasa, yang SMA bertingkah laku seperti anak SD,†kicaunya.
Account @cikem05 mengingatkan, akan terjadi masalah sosial baru apabila siswa berbeda tingkatan, digabung dalam satu tempat pendidikan. Jangan sampai kejadian kayak di JIS Pondok Indah terulang pak,†ingatnya.
Berbeda, Tweeps @langgengbs mendukung rencana penggabungan tempat pendidikan, seperti di sekolah internasional. Keren. Bisa diterapkan, untuk perbaikan pendidikan,†kicaunya.
Tweeps @LaingenLisa salut, apabila Ahok bisa menyediakan gedung sekolah negeri yang bisa menampung siswa untuk tiga tingkatan. Wacana yang bagus dan hebat bila jadi kenyataan,†kicaunya.
Tweeps @tiwi_molina19 mengusulkan, bila perlu Ahok mengabungkan gedung pendidikan siswa SD, SMP, SMA dan Universitas. Sekalian siswa sarjana digabungkan saja pak,†ledeknya.
Di jejaring Kaskus, account clu5t3r mengungkapkan, wacana yang dilontarkan Ahok bukan hal baru dalam dunia pendidikan. Dikatakan, sudah banyak sekolah swasta yang digabung dari tingkat TK hingga SMA. Ini mah ide jadul. Nggak perlu wacana, penggabungan sekolah mah gampang, tinggal liat saja rayon-nya. Terus gabung sesama rayon, beres,†katanya.
Kaskuser Laxxxx berguyon, siswa SD kewalahan, kalau harus digabungkan dengan siswa SMA. Bahaya kalau kakaknya yang SMA suka tawuran & pacaran. Jadi tontonan adenya yang SD, hehe,†guraunya.
Kaskuser Sop Pedes memperkirakan, siswa SD akan jadi korban pemalakan siswa SMP, dan siswa SMP akan jadi sapi perahan siswa SMA. Bahaya, bisa muncul praktek pemerasan dan kekerasan seksual,†katanya.
Kaskuser aopsiblai55 mendukung wacana penggabungan. Setuju gan. Biar nggak macet juga gan, Ane setuju,†katanya.
Kaskuser jurigkuri mengatakan, pengabungan siswa dapat menghemat penggunaan tanah untuk sarana pendidikan. Hemat tanah. Sekolah dibangun bertingkat untuk siswa TK- SMA,†katanya.
Menanggapi wacana Ahok, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan menanggapi positif. Intinya daerah itu (Dinas Pendidikan) punya ruang untuk melakukan terobosan. Yang penting adalah dijalankan dengan efisien, proses belajar mengajar tetap berjalan dengan baik,†kata Anies.
Anis menuturkan, orientasi terobosan yang dibuat Dinas Pendidikan DKI adalah untuk menghemat anggaran. Regrouping atau penggabungan sekolah, kata Anies, adalah kebijakan yang baik untuk mencapai orientasi tersebut.
Namun, menurut Anies, penggabungan antar-jenjang sebaiknya dilakukan untuk jenjang pendidikan yang berdekatan. Misalnya penggabungan SD dengan SMP dengan SMA.
Jadi fasilitas gedung untuk SD digunakan pagi, dan untuk siang dipakai SMP, sementara fasilitas gedung SMP bisa dimanfaatkan untuk SMA,†tutur bekas Rektor Universitas Paramadina ini.
Dengan regrouping sekolah, maka pemerintah tidak perlu lagi membuat gedung baru untuk fasilitas sekolah.
Meskipun demikian, Anies mengakui bahwa ada faktor penting yang harus dijadikan landasan untuk kebijakan tersebut. ***
BERITA TERKAIT: