Pasalnya, kebanyakan maaÂyaÂrakat Indonesia, terutama golongan menengah ke bawah akan kesulitan membiayai keÂbutuhan hidupnya.
“Dari 240-an juta jiwa penÂduÂduk Indonesia, dua per tiga- nya adalah masyarakat susah. Tingkat pendidikan, pengetaÂhuan dan keÂterampilannya maÂsih renÂdah. Jika pemerintah teÂtap akan menaikkan harga BBM, maka akan kian baÂnyak orang-orang Indonesia yang menjual diri seÂbaÂgai pelaÂcur. Akibatnya, dunia prosÂtitusi akan menjamur. Sebab, mereka tidak tahu mau bagaimana lagi haÂrus memeÂnuhi kebutuÂhan hidup seÂhari-hari,†ujar DiÂrektur LemÂbaga ProstiÂtusi Wacth Paul HaÂsiholan di JaÂkarta, kemarin.
Menurut Paul, kebijakan meÂnaikkan harga BBM sangat tidak tepat bagi masyaÂrakat InÂdonesia. Jika terjadi deÂfisit angÂgaran negara, PreÂsiden Jokowi diminta mencari upaya lain yang lebih manusiaÂwi untuk memeÂnuhi kebutuhan anggarÂan itu. Bukan dengan cara meÂnaikÂkan harga BBM.
Prostitusi Wacth menilai, seÂtiap daerah tujuan wisata di seÂluruh Indonesia marak dengan prostitusi. Para pekerja seks komersial (PSK) itu pun kebaÂnyakan bersusia belia yang seÂharusnya sekolah dan memiÂliki masa depan yang lebih baik.
Untuk itu, Paul meminta peÂmerintah tidak menaikkan harga BBM dan mencabut subsidi dari kalangan masyaÂraÂkat ekonomi lemah. Jika pemeÂrintah ingin mendapat uang dan mengisi kas negara, lanjut Paul, masih baÂnyak hal lain yang bisa dilakuÂkan dan tidak hanya terpaku pada urusan BBM dinaikkan.
“Kan bisa dengan menutup kebocoran penggunaan BBM oleh mafia minyak. Bisa juga meminta para pengusaha untuk menekan pembayaran pajak,†katanya. ***
BERITA TERKAIT: